Mohon tunggu...
dika parja
dika parja Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausahawan

Saya hobi jalan-jalan ke berbagai tempat destinasi wisata. Saya senang berbagi apa saja hal unik yang ada di tempat yang saya kunjungi, termasuk buah pikir saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak dari Bogor, Bandung, Hingga Mahameru

22 November 2023   08:58 Diperbarui: 22 November 2023   09:18 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawa Timur memang memiliki banyak tempat pariwisata yang keindahan alamnya tak perlu ditanyakan lagi. Di antara tempat wisata yang paling sering dikunjungi wisatawan lokal ataupun asing adalah gunung Bromo dan gunung Semeru.

Kami, setelah berkutat lama-lama di dunia saham, memperhatikan grafik dan sebagainya, sungguh bikin memusingkan diri. Maka kami memutuskan berangkat dari Bogor, lalu Bandung, hingga ke Semeru.

Sejenak kesampingkan dulu keindahan gunung Bromo. Sebab, gunung Semeru tak hanya memiliki kealamian yang luar biasa indahnya, tapi juga memacu adrenalin bagi penikmatnya.

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa. Ketinggiannya mencapai 3676 meter dari permukaan laut (mdpl). Bahkan, beberapa waktu lalu gunung ini menjadi setting film "5 cm" yang diangkat dari novel hasil buah tangan Dee. Di gunung ini, terdapat alam yang begitu indah jika kita rasakan secara langsung.

Seperti di Ranupani, Ranu Kumbolo, Cemoro Kandang, Kali Mati, dan terakhir adalah puncak Semeru yang dinamai Puncak Mahameru. Di tempat-tempat itulah keindahan alam Semeru tersembunyi.

Sama seperti di Ranupani, di Ranu Kumbolo tersimpan sebuah danau. Letaknya saja yang berbeda. Jika Ranupani berada di luar hutan, Ranu Kumbolo jauh berada di dalam hutan. Jika ingin ke sana, Anda akan melalui perjalanan di pinggiran bukit dan di tepi jurang. Lelah memang. Tapi itu akan hilang ketika melihat keaslian alam Ranu Kumbolo layaknya danau yang sengaja dijatuhkan ke tengah-tengah bukit.

Danau yang ukurannya terbilang kecil ini dikelilingi sebuah bukit. Biasanya, para pendaki yang ingin mendaki ke Puncak Mahameru, akan nge-camp terlebih dahulu di Ranu Kumbolo. Barulah esoknya mereka melanjutkan perjalanan. Sedangkan bagi mereka yang tidak ingin ke Mahameru, biasanya mereka berhenti di Ranu Kumbolo, lalu menginap di sana selama 1 atau 2 malam. Di waktu libur, Gunung Semeru akan kebanjiran pendaki.

Tak heran, Ranu Kumbolo terlihat seperti sebuah desa dengan tenda sebagai rumahnya. Bagi yang suka memancing, Ranu Kumbolo bisa menjadi pilihan. Ada beberapa jenis ikan di Ranu Kumbolo. Meskipun bebarapa orang mengatakan sulit mendapat ikan di sana. Berenang juga menjadi alternatif refreshing yang menarik saat berada di Ranu Kumbolo.

Menariknya lagi, di Ranu Kumbolo sudah bisa terlihat kecantikan sunrise khas Ranu Kumbolo, yang muncul dari balik bebukitan. Biasanya, peristiwa alam inilah yang selalu dimanfaatkan para pecinta fotografi. Jika lagi tidak beruntung, Anda tidak bisa melihat sunrise itu karena tertutupi kabut yang berada di atas permukaan air danau. Tapi kabut itu biasanya sudah menghilang pada jam 9 pagi.

Sebelum melanjutkan perjalanan, ambillah air dari danau secukupnya untuk persediaan selama perjalanan. Di balik bukit yang berdiri mengelilingi Ranu Kumbolo, terbentang hamparan bunga berwarna ungu. Ya, bunga Lavender. Dan ingat, bunga ini tidak boleh dipetik. Pemandangan di sana sangat terbuka. Hamparan bukit yang berdiri kokoh nan jauh dari pandangan mata kita amat mempesona.

Dari situ, beberapa jam berjalan, maka kita akan sampai di Kalimati. Sesampainya di sana, Anda akan melihat padang pasir yang ditumbuhi rerumputan. Karena tempatnya yang luas dan tanahnya yang datar, Kalimati tentunya menjadi tempat berkemah yang tepat. Tak heran jika banyak tenda di sana. Namun tak sebanyak tenda di Ranu Kumbolo.

Di Kalimati juga lah, kita bisa melihat gunung Semeru beserta puncaknya dari jarak yang sangat dekat. Tekstur lapisan gunungnya yang penuh dengan pasir dan bebatuan, tanpa ada pepohonan, kerap menjatuhkan mental pendaki. Apalagi, hawanya yang sangat dingin, juga sering membuat malas si pendaki sehingga memutuskan untuk tetap berdiam di tenda.

Dari Kalimati, ada lokasi mata air terdekat. Anda bisa memanfaatkannya untuk perbekalan selama berkemah di Kalimati atau ketika ingin melanjutkan pendakian ke Mahameru. Waktunya sekitar 30 menit untuk bisa sampai ke tempat mata air tersebut.

Biasanya, para pendaki berangkat menuju Puncak Mahameru dari Kalimati pada malam hari. Tujuannya, agar bisa melihat Sunrise dari puncak. Selain itu, para pendaki memang diharuskan untuk segera turun dari puncak pada jam 10 pagi. Pasalnya, gas yang biasa disebut Wedus Gembel itu semakin meluas sehingga menutupi puncak Mahameru sampai bawah. Beberapa pendaki ada yang menjadi korban gas beracun itu.

Yang tak kalah penting ketika menuju puncak Mahameru, masker. Sebab, permukaan tanahnya dilapisi pasir halus yang debunya berbahaya jika terus-menerus dihirup. Beberapa orang menyarankan, jika ingin menaiki Gunung Semeru tanpa debu yang terlalu berkelebat, sebaiknya naik pada bulan November hingga Desember.

Suhu di Gunung Semeru pun kadang berada di bawah nol derajat. Dinginnya dahsyat. Jaket harus siap siaga. Terlebih saat berada di Ranu Kumbolo hingga Puncak Mahameru. Namun, sensasi itulah yang menambah kecantikan alam Semeru. Sekali-sekali, nikmatilah kecantikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun