Mohon tunggu...
dika parja
dika parja Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausahawan

Saya hobi jalan-jalan ke berbagai tempat destinasi wisata. Saya senang berbagi apa saja hal unik yang ada di tempat yang saya kunjungi, termasuk buah pikir saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak dari Bogor, Bandung, Hingga Mahameru

22 November 2023   08:58 Diperbarui: 22 November 2023   09:18 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari situ, beberapa jam berjalan, maka kita akan sampai di Kalimati. Sesampainya di sana, Anda akan melihat padang pasir yang ditumbuhi rerumputan. Karena tempatnya yang luas dan tanahnya yang datar, Kalimati tentunya menjadi tempat berkemah yang tepat. Tak heran jika banyak tenda di sana. Namun tak sebanyak tenda di Ranu Kumbolo.

Di Kalimati juga lah, kita bisa melihat gunung Semeru beserta puncaknya dari jarak yang sangat dekat. Tekstur lapisan gunungnya yang penuh dengan pasir dan bebatuan, tanpa ada pepohonan, kerap menjatuhkan mental pendaki. Apalagi, hawanya yang sangat dingin, juga sering membuat malas si pendaki sehingga memutuskan untuk tetap berdiam di tenda.

Dari Kalimati, ada lokasi mata air terdekat. Anda bisa memanfaatkannya untuk perbekalan selama berkemah di Kalimati atau ketika ingin melanjutkan pendakian ke Mahameru. Waktunya sekitar 30 menit untuk bisa sampai ke tempat mata air tersebut.

Biasanya, para pendaki berangkat menuju Puncak Mahameru dari Kalimati pada malam hari. Tujuannya, agar bisa melihat Sunrise dari puncak. Selain itu, para pendaki memang diharuskan untuk segera turun dari puncak pada jam 10 pagi. Pasalnya, gas yang biasa disebut Wedus Gembel itu semakin meluas sehingga menutupi puncak Mahameru sampai bawah. Beberapa pendaki ada yang menjadi korban gas beracun itu.

Yang tak kalah penting ketika menuju puncak Mahameru, masker. Sebab, permukaan tanahnya dilapisi pasir halus yang debunya berbahaya jika terus-menerus dihirup. Beberapa orang menyarankan, jika ingin menaiki Gunung Semeru tanpa debu yang terlalu berkelebat, sebaiknya naik pada bulan November hingga Desember.

Suhu di Gunung Semeru pun kadang berada di bawah nol derajat. Dinginnya dahsyat. Jaket harus siap siaga. Terlebih saat berada di Ranu Kumbolo hingga Puncak Mahameru. Namun, sensasi itulah yang menambah kecantikan alam Semeru. Sekali-sekali, nikmatilah kecantikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun