Bunga mendekatkan wajahnya, merasakan nafas Abdi yang menderu. Tercium bau busuk yang merasuk kedalam lubang hidungnya, memaksa Abdi untuk berpaling ke arah yang lain. Dan saat itu juga, Abdi menyadari tak ada siapapun di warung kopi yang bahkan sama sekali tidak nampak seperti warung kopi. Di sekelilingnya hanya ada semak belukar. Kopi susu hangat yang diminumnya tadi adalah batok kelapa yang berisi cairan coklat kehitaman menjijikan. Mata Abdi mendelik.
Jari jemari dengan kuku-kuku panjang meraih wajahnya, memaksanya menatap wajah perempuan yang tengah tersenyum jahat, dengan darah segar mengucur deras dari dahinya yang retak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H