Mohon tunggu...
Difa Ramadhanti
Difa Ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Andalas Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Indonesia

Masih belajar dan terus berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin Bunda

25 Februari 2021   18:37 Diperbarui: 25 Februari 2021   18:59 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kakaknya hanya diam. Kenapa kamu tidak pernah mengerti? Batinnya.

....

Setiap hari. Ketika pagi selalu seperti itu. Gadis itu tidak pernah melihat bundanya di rumah karena ketika pulang sekolah ia hanya mendapati dirinya sendiri. Ia kesepian. Tapi ia selalu paham sebab Bunda pasti sudah pergi bekerja lalu akan pulang beberapa hari kemudian. Kakaknya pun bekerja dan pulang pukul 8 malam. Maka ketika ia pulang Anin akan sendirian hingga kakaknya pulang. Ia kesepian. Ia berharap ketika pulang akan disambut oleh bunda. Atau oleh kakaknya pun tidak masalah. Ia hanya ingin ada seseorang yang menyambutnya di rumah ketika pulang sekolah. Anin tidak pernah merasakan hal itu. Perasaan senang dan hangat ketika disambut di depan pintu ketika pulang sekolah. Yang ia dapati setiap hari hanyalah bunyi gerendel kunci, derit pintu, dan dirinya sendiri.

Pernah suatu hari ia protes kepada kakaknya. "Kenapa Bunda selalu tidak ada ketika aku pulang? Aku tidak pernah melihat Bunda ketika di rumah, padahal kita tinggal satu rumah. Kenapa pula Bunda selalu cepat pergi lagi lalu tidak pulang beberapa hari? Aku, kan, ingin bercerita tentang teman-temanku dengan Bunda."

Kakaknya tidak menggubris. Ia asyik dengan laptopnya tanpa berniat menanggapi pernyataan adiknya.

"Sebenarnya, apa pekerjaan Bunda, Kak? Kenapa, sih, Kakak selalu merahasiakan pekerjaan Bunda? Aku, kan, juga anak Bunda. Kenapa cuma Kakak yang tahu?"

Kakaknya menghela napas, "Kamu tidak akan pernah paham, Anin."

"Bagaimana aku bisa paham, aku saja tidak tahu apa-apa."

"Kamu tahu, Anin. Tapi kamu sendiri yang menyangkal seolah-olah tidak tahu apa-apa. Coba tanyakan saja pertanyaan itu kepada diri kamu sendiri lalu cari jawabannya dalam memori kamu. Kamu pasti menemukannya tapi kamu selalu mengelak."

Lalu, kakaknya pergi masuk ke dalam kamar dan menangis.

Kapan ia akan mengerti? Tuhan, tolong sadarkan ia. Aku mohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun