Mindset adalah sekumpulan kepercayaan atau cara berpikir yang memengaruhi sikap dan pandangan kita. Bagaimana seseorang melihat potensi, kecerdasan, tantangan, dan peluang sebagai proses yang harus dilakukan dengan ketekunan, kerja keras, dan usaha untuk mencapai tujuan mereka adalah apa yang disebut mindset, yang juga disebut sebagai inti dari self learning. Oleh karena itu, kesuksesan sebenarnya dapat dicapai dengan mindset tertentu.
Dengan mindset tertentu, pendekatan kita untuk sukses dapat diubah karena ia sebenarnya adalah posisi atau perspektif mental kita. Pandangan-pandangan ini akan mempengaruhi cara kita menangani fenomena atau situasi tertentu, yang kadang-kadang tidak terduga. Mindset sendiri terdiri dari berbagai asumsi, metode, atau catatan yang dimiliki individu atau kelompok tertentu. Alat-alat ini sangat erat tertanam dalam diri atau kelompok tertentu. Pendidikan, pengalaman, dan prasangka akan membentuk mentalitas yang mapan ini. Sekumpulan pikiran itu kemudian akan terjadi berulang kali di berbagai tempat dan waktu. Keyakinan dan proyeksi kemudian memperkuat pikiran sehingga menjadi kenyataan yang dapat diandalkan di mana dan kapan saja.
Kemudian, berdasarkan berbagai definisi mindset sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa mindset setiap orang, termasuk diri kita sendiri, dibentuk oleh latar belakang tertentu, seperti sejarah, kebudayaan, atau berbagai peristiwa yang memengaruhi kita sepanjang hidup kita. Oleh karena itu, sangat logis bahwa mindset atau sekumpulan pikiran setiap orang sangat berbeda dan sangat mungkin untuk membentuk mindset sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Ada bebrapa faktor-faktor pembentuk mindset:
1. Latar belakang budaya
Sangat sulit untuk mengubah sosialisasi dan pendidikan budaya ketika mereka dimulai pada usia muda. Apalagi jika itu sudah tertanam dalam ruang kesadaran kita. Untuk kita, hal-hal kultural ini akan berfungsi sebagai patokan dan kebenaran. Oleh karena itu, jika kita dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang budaya dan kebiasaan yang positif, kita patut bersyukur karena mengubah pola pikir dan kebiasaan yang sudah mengakar akan lebih sulit.
2. Sistem kepercayaan
Kemudian ada sistem kepercayaan, yang dalam hal ini berhubungan dengan spiritualitas dan religiusitas. Secara sederhana, sistem kepercayaan ini mencakup apa yang kita percayai dan menjadi pegangan dalam hidup kita, seperti agama atau apa pun bentuk kepercayaan yang kitananggap menjadi pedoman utama dalam hidup, terutama yang berkaitan dengan spiritualitas.
Setiap keluarga pasti memiliki prinsip yang unik. Oleh karena itu, sangat dimaklumi bahwa pola pikir setiap orang unik. Selain itu, jangan lupa bahwa sebelum memasuki keluarga baru, kita harus mempelajari nilai-nilai mereka. Setelah kita mempelajarinya, kita harus memahami dan menerima bahwa nilai-nilai mereka dan nilai-nilai kita berbeda. Ketika seseorang menerima dan tidak mau berubah atau mengubah, terjadi kondisi hormat-menghormati yang dikenal sebagai toleransi.
4. Lingkungan