Mohon tunggu...
Diva Arifin
Diva Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pendaki amatir yang kebetulan juga suka sepakbola dan film.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Kalah, Siapa Yang Salah?

13 Mei 2024   02:49 Diperbarui: 13 Mei 2024   03:12 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adelia menjaga ketat pemain Korea Utara/AFC

Timnas U-23 kalah dalam pertandingan perebutan tempat di Olimpiade Paris 2024 kontra Guinea. Garuda muda kalah tipis 0-1, secara skor memang kalah. Wajar aja, wong Guinea itu tim dengan rangking dunia jauh lebih baik dari Indonesia kok, selain itu banyak pemain Guinea yang udah jadi pemain utama di liga-liga eropa. Sekadar informasi, Guinea merupakan peringkat 76 dunia, dibandingkan dengan Indonesia 136 tentu berbeda jauh. Meskipun kalah, namun secara permainan, Marselino dkk bisa menahan Guinea dan ini sebenarnya sudah menjadi pencapaian yang bagus buat timnas, mengingat ada beberapa pemain yang absen.

Jalannya Pertandingan

Sejak awal pertandingan, Guinea langsung mencoba menekan Indonesia, namun usaha tersebut belum berhasil. Indonesia pun mencoba mengimbangi permainan negara semenanjung Afrika tersebut dan sesekali melakukan tembakan ke arah gawang lawan, namun masih belum membuahkan hasil. Sial menimpa Indonesia, di menit 27, Witan melanggar pemain Guinea, wasit menunjuk titik putih. Jika dilihat di tayangan ulang, pelanggaran tersebut masih bisa diperdebatkan. Karena, jika dilihat sekilas, pelanggaran dilakukan di luar kotak pinalti, namun keputusan wasit sudah bulat. Gawang Ernando pun akhirnya kebobolan dari titik 12 pas dari mantan wonderkid Barcelona beberapa tahun silam, yaitu Ilaix Moriba. Babak kedua, Indonesia berusaha menyamakan skor, namun malah hampir kebobolan setelah Ernanda dilewati oleh pemain Guinea. Untung Komang mampu menghalau tendangan Ousmane Camara. 

Shin Tae Yong mendapat kartu merah/FIFA+
Shin Tae Yong mendapat kartu merah/FIFA+

Kesialan lagi-lagi menimpa Indonesia, menit 72, Dewangga dianggap melakukan pelanggaran terhadap Algassime Bah di kotak penalti, Guinea kembali mendapat pinalti. Protes sempat dilakukan oleh tim Indonesia, karena staf Indonesia yakin itu bukan sebuah pelanggaran karena kaki Dewangga mengenai bola terlebih dahulu, begitupun jika dilihat sekilas dari tayangan ulang di TV. Namun wasit masih tetap teguh dengan pendiriannya. Shin Tae Yong bahkan mendapat kartu merah akibat protes tersebut. Untungnya pinalti yang dieksekusi oleh Algassime Bah gagal dikonversi menjadi gol, skor tetap 0-1 untuk Guinea U-23. Hingga akhir pertandingan tidak ada lagi peluang yang berarti dari kedua tim. Gol tunggal dari pemain yang sekarang membela klub Getafe tersebut memupus harapan timnas untuk tampil di Olimpiade Paris 2024.

Permasalahan Timnas

Sebuah pencapaian memang bisa menahan permainan Guinea. Tapi kalo mau jujur-jujuran, sebenarnya memang kelas timnas belum layak untuk tampil di event "Piala Dunia"nya pesta olahraga sedunia tersebut. Bagaimana tidak, pemain yang bermain semalam ada beberapa yang bukan pemain inti, Justin Hubner tak bisa bermain akibat ditarik kembali oleh klubnya dan Rizky Ridho yang dikartu merah di laga vs Iraq. Shin Tae Yong pun terpaksa memasang Nathan Tjoe A On sebagai bek tengah, meskipun memang bermain cukup bagus di posisi tersebut, namun tanpa Nathan di posisi gelandang, permainan Indonesia tidak bisa berkembang. Dengan hal ini saja, kita bisa tahu, kedalaman squad jadi salah satu masalahnya, padahal hanya satu posisi yang kosong. Permasalahan kedalaman skuad adalah ketika kualitas pemain utama berbeda jauh dengan pemain penggantinya. Pemain keturunan sejauh ini sangat membantu untuk meningkatkan kualitas permainan timnas, namun lagi-lagi jika dibandingkan kualitasnya dengan pemain pelapisnya, jelas berbeda. Masa iya kita terus mengandalkan pemain utama yang bisa saja absen dikarenakan banyak hal seperti cedera, akumulasi kartu dll.  Salah satu penyebabnya adalah kualitas liga yang kurang bagus. Gak heran, kompetisi aja cuma 1 yang jalan, itupun problematik banget. Banyak permasalahan yang mendasar kaya jadwal, wasit yang sering salah ngambil keputusan, pemain yang emosian, semua jadi satu. Hasilnya ya bisa dilihat, kualitas pemainnya gaada yang seimbang sama pemain keturunan yang baru baru ini membela Indonesia, bahkan mendekati pun saya agak ragu, jika dilihat dari 3 pertandingan terakhir.

Masalah seperti ini adalah masalah struktural, yang hanya bisa diselesaikan oleh federasi. Sudah lebih dari satu dekade dan bukannya lebih membaik, tapi sebaliknya. Soalnya, ini hanya salah satu masalah dari tim yang dibawahi PSSI. Padahal PSSI itu membawahi seluruh tim sepak bola, baik itu pria/wanita dan dari kelompok umur hingga senior. Soalnya kalo mau ngomongin permasalahan timnas yang lain, akan lebih parah masalahnya. Contohnya aja timnas U-17 wanita yang ikut di Piala Asia U-17. Padahal selama tahun ini, nggak ada tuh kompetisi sepakbola wanita yang jalan, bahkan untuk tim senior sekalipun. Tapi kok ya bisa bisanya PSSI dulu mengajukan buat jadi tuan rumah Piala Asia U-17. Hasilnya bisa dilihat, timnas U-17 wanita Indonesia tidak pernah menang di 3 pertandingan babak grup, kebobolan 27 gol dan hanya mencetak 1 gol.

Adelia menjaga ketat pemain Korea Utara/AFC
Adelia menjaga ketat pemain Korea Utara/AFC

Gagal Lagi, Sekarang Salah Siapa?

Indonesia kembali kalah di kesempatan terakhir untuk lolos Olimpiade, namun siapa yang harus di salahkan? Apakah wasit yang kembali membuat keputusan bermasalah, atau pemain yang egois? Kita sudah melihat bagaimana banyaknya fans bola "dadakan" yang muncul dan mungkin saja mereka belum memahami betul permainan sepak bola seperti apa. Mereka, menunjuk banyak pihak sebagai kambing hitam hingga melakukan verbal abuse atau penghinaan kepada berbagai pihak, bahkan ke pemain timnas Indonesia dan yang lebih memprihatinkan lagi banyak juga yang melakukan rasisme di media sosial federasi timnas Guinea. Sudah sepantasnya hal seperti ini dihentikan, atau bahkan harus diseriusi sebagai oleh kepolisian sebagai tindakan kejahatan untuk memberikan efek jera bagi para pelaku. Soalnya, kepolisian di Indonesia masih belum atau jarang melakukan hal tersebut sehingga tidak ada efek jera bagi para pelaku. Kita harus bisa objektif jika tim yang kita dukung kalah, jangan melampiaskan kepada pihak lain, karena hal itu tidak bisa mengubah hasil pertandingan. Hal yang harus dilakukan adalah membuat tim dan pemain yang semakin bagus, baik pemain utama maupun pelapis. Karena, jika pemain kita bagus, meskipun diperlakukan tidak adil dan bisa dibobol oleh lawan, kita bisa mencetak gol lebih banyak untuk memenangkan pertandingan.

Tugas berat buat PSSI kedepannya, dan kita lihat apakah kepengurusan PSSI yang sekarang sama aja dengan pendahulunya atau tidak. Meskipun saya sendiri ga terlalu berharap sama PSSI, karena dari dulu sampe sekarang ya gitu-gitu aja. Tapi semoga mereka bisa bertugas dengan bagus untuk kemajuan sepak bola indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun