Mohon tunggu...
Dier Dzar Ghifari
Dier Dzar Ghifari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang manusia bebas yang tengah berproses di tempat dan keadaan apapun, mencoba menyusun rangkaian-rangkaian pengetahuan yang tersebar di dunia ini entah di manapun atau dari siapapun. Mari berbagi dan ramaikan aspirasi dan gagasan kita sehingga mampu membisukan teriakan-teriakan kepalsuan para komparador.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anomali Sistem Politik Indonesia

4 Maret 2011   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saling tekan, saling ancam, saling menyalip kepentingan dalam setiap isu yang berhembus. Begitulah aksi-aksi manuver yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia dewasa ini, penggunanaan bahasa absurd mengatas namakan rakyat akan selalu didendangkan oleh para politisi senayan dan tak terkecuali politisi daerah.

Mereka semua berlomba menuju muara kekuasaan dan coba mempertahankan diri agar tidak terpental dari muara kekuasaan tersebut, begitulah politik indonesia yang telah mendefinisikan dirinya sendiri dalam ruang modifikasi merebut dan mempertahankan kekuasaan.

Hembusan isu-isu yang dilemparkan ke publik semata-semata on design dalam ruang konspirasi, istilah gali lubang tutup lubang menjadi lumrah dalam pergantian isu yang bertujuan mengabsurdkan fokus rakyat atas jalannya roda pemerintahan.

Sedangkan isu-isu strategis yang memiliki keterkaitan langsung dengan rakyat seperti kenaikan harga cabe, kelangkaan bahan pangan, masih maraknya pungli di semua sektor pemerintahan, penyediaan lapangan kerja, pelayanan kesehatan rakyat miskin, susu yang terkontaminasi bakteri dan lain-lain seolah bukanlah isu trendy yang menjadi perhatian para politisi, bahkan rakyatpun dipaksa untuk tidak memperhatikan isu yang memiliki relasi langsung dengan dirinya.

Dewasa ini muncul sebuah intrik pemaksaan kebijakan yang dilakukan pemerintah pada rakyat, kami mengambil contoh pada kenaikan harga Tarif Dasar Listrik (TDL). Seperti kita ketahui bersama dewasa ini bahwa pengadaan listrik adalah sepenuhnya tanggung jawab pemerintah terhadap rakyat melalui PLN, karena listrik merupakan kebutuhan mendasar bagi rakyat dalam tatanan modern sekarang ini. Akan tetapi entah memakai sistem kalkulasi seperti apa, PLN selalu mengeluh soal kerugian, maka dimunculkanlah rencana kenaikan TDL. Rencana ini tentu saja langsung mendapatkan penolakan oleh rakyat, penolakan ini amat beralasan mengingat rakyat telah cukup terbebani dengan segala kebutuhan dasar yang terus berganti harga, karena mendapatkan penolakan tersebut akhirnya penyedia layanan pengadaan listrik tersebut yakni PLN memunculkan sebuah program pasca bayar dengan sistem listrik pulsa.

Hal ini kemudian memicu opini rakyat dalam bahasa seperti ini, " biasanya listrik bisa diutang koq sekarang malah harus beli pulsa kaya hape aja ". hal ini cukup memberikan keanehan pada rakyat dalam sistem pembayaran listrik dengan menggunakan pulsa ini, bahkan secara terselubung ada indikasi pemaksaan sistem dengan cara, jika seorang pelanggan listrik sudah menunggak 2 bulan tagihan listrik maka ia harus menggunakan sistem pulsa ini, sementara bagi pelanggan yang terbilang rajin membayar tagihan listrik tiap bulannya maka ia harus rela mengalami pemadaman listrik bergilir pada setiap distrik gardu perminggunya. Dampak yang muncul, jika seorang pelanggan listrik pada suatu hari tak punya uang untuk membeli pulsa listrik maka ia harus bergelap-gelapan ria diantara orang lain yang pulsa listriknya melimpah.

Langkah-langkah tersebut bertujuan agar rakyat secara terpaksa menggunakan sistem baru serta menerima kebijakan baru yang menurut kami merugikan rakyat miskin, begitupun dengan kenaikan harga BBM, pemerintah selalu melangkakan BBM terlebih dahulu sehingga rakyat mau tidak mau harus menerima kenaikan harga BBM tersebut.

Dan tentu saja, pola pemerintah dengan dengan merekayasa agar sebuah kebijakan atau sistem selalu menambah beban bagi rakyat atau bahkan memberikan kerugian. saat itu pula dapat dikategorikan rekayasa kritisasi perekonomian yang berimbas pada realita sosial . Dari keadaan kritis tersebut maka pemerintah atau penguasa mempunyai jalan legal dalam mengeluarkan sebuah kebijakan yang bersifat totaliter sekalipun.

Fenomena di atas selaras dengan pemikiran Michel Foucoult dalam bukunya yang berjudul (Power And Knowledge) yang menyatakan bahwa seorang individu takkan merasa telah ditindas apabila secara akal dirinya tak sadar telah ditindas, membuat ketidak sadaran terhadap seorang individu adalah dengan cara merekayasa keadaan melalui konspirasi, atau dengan kata lain satu fakta atau peristiwa akan saling mempengaruhi secara linier dalam sebuah lingkaran kepentingan. Kemudian jika kita mengacu pada sistem politik indonesia yang terdiri dari 4 elemen dasar yakni rakyat sebagai pemilik kedaulatan, partai politik yang berfungsi sebagai artikulator kepentingan rakyat, legislatif yang berfungsi sebagai perancang pedoman kerja bagi eksekutif berdasarkan artikulasi kepentingan rakyat, serta eksekutif yang menjalankan pedoman kerja agar setiap kepentingan rakyat bisa terpenuhi, semuanya tak berjalan sebagaimana mestinya.

Kepentingan-kepentingan parsial terlalu berwarna dalam pertumbuhan partai politik dewasa ini. Begitupun dengan penguasa, secara horizontal ia akan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan terus berusaha menggemukkan dirinya agar kekuasaan yang sedang dikendalikannya terasa lebih nyaman. Bukan sebuah rahasia lagi bahwa berkali-kali SBY serta partai pendukungnya melakukan pendekatan dengan PDIP, kemudian dalam memanasnya keretakan dalam koalisi yang dibangun oleh SBY dewasa ini memunculkan sebuah isu penambahan komposisi baru.

Penambahan komposisi baru ini bukan berarti akan ada salah satu partai yang dilengserkan oleh SBY, terlalu riskan bagi SBY melakukan perpisahan terhadap Golkar dan PKS mengingat persentase suara yang dimiliki dua partai tersebut di parlemen, langkah yang dilakukan SBY pun hanya berupa pengurangan jatah kursi menteri bagi kedua partai itu agar diberikan kepada partai yang bergabung. Yang paling santer mencuat sekrang ini adalah merapatnya Gerindra ke dalam koalisi SBY bahkan posisi menteri pertanian yang sekarang masih ditempati oleh kader PKS pun tengah dipersiapkan bagi kader Gerindra.

Ada sebuah logika yang terbangun pada pemerintahan SBY saat ini, bagaimana SBY melakukan politik akomodatif sehingga posisi menteri dalam Kabinet yang dipimpin SBY adalah kepanjangan tangan dari partai yang mengusungnya. Entah apa yang terjadi dengan sistem politik bangsa ini? komposisi menteri yang duduk di kabinet selalu berdasarkan hubungan politik dengan sang penguasa bukan berdasar pada keahlian dalam bidang yang ditekuninya.

Rasanya masih segar di ingatan kita bagaimana Sri Mulyani menjadi korban politik akomodatifnya SBY walaupun Sri Mulyani hijrah ke lingkungan global akan tetapi perpolitikan bangsa ini tidak menunjukkan rasa penghargaannya terhadap anak bangsa yang mempunyai kapabilitas dan integritas.

Hubungan romantis yang terjalin antara penguasa negeri ini dan pemilik modal lokal ataupun internasional belum menjadi perhatian utama rakyat, hal ini yang akan menjadi bom waktu yang berakibat pada keterpurukan bangsa ini di masa depan.

Entah apa yang mau diwariskan pemimpin kita saat ini pada generasi bangsa apabila saat inipun kita tak mampu menjaga, mengelola dan mengembangkan segala kekayaan bumi indonesia. Hanya dengan merekonstruksi ulang sistem pendidikan indonjesia yang bertujuan agar terbentuknya kemandirian berpikir bagi generasi penerus bangsa ini. Sehingga secara mandiri mampu mengelola, mengembangkan apa yang dimiliki oleh bangsa ini tanpa harus mengantungkan nasibnya terhadap bangsa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun