Mohon tunggu...
Dien Makmur
Dien Makmur Mohon Tunggu... -

https://www.facebook.com/senja.d.kintamani

Selanjutnya

Tutup

Puisi

12.12.12. My Way (Bercinta dengan Sex Pistols)

12 Desember 2012   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:47 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1
MY WAY (BERCINTA DENGAN SEX PISTOLS)

cepat gebukan drum pada lagu my way-nya sex pistols seperti merepresentasikan atmosfer pada ruang dengar. ini menjadikanku tak perduli; dengan rokok kretek yang sebetulnya sangat tidak kusukai; dengan maraknya status citraan patriotik bak seorang politikus; dengan orang-orang yang mengaku sebagai penyair di facebook hanya dengan modal beberapa lembar foto yang tengah mendeklamasikan sebuah karya orang lain pada sebuah perhelatan panggung sastra; bahkan, aku tak lagi perduli dengan lincah tingkah mereka mendemonstrasikan kata nggombal pada tiap status perempuan cantik

biar saja, itu cara mereka

bawa saja aku pergi ke wahana mimpi, sex pistols. tanpa harus terlebih dulu menenggak wanginya arak atau menelan butiran penenang atau juga mencumbu cangklong kaca. maka, teruslah nyanyi untukku! hingga aku benar-benar pulas mendengkur sampai pagi benar, lalu esok, kutemukan betapa berantakannya gambar pulau yang kulukis pada kumal bantal dengan liur basi.


2
OBSESSION

sepertinya ini baru kemarin. melihatmu sungguh anggun, dengan rambut yang dibiarkan tergerai, mengenakan shift dress cokelat tua sepanjang lutut tanpa ada motif juga aksen. memadukan waist belt kulit dengan hiasan kuningan berukuran besar. kakimu juga nampak begitu indah dengan alas platform velvet berhak chunky. sore itu penuh kesan.

tak lama selepas lewati bahasa basa-basi dengan sedikit menanyakan kabar, lantas kita berdua berkhayal di table pojok yang memang sangat homy, sofa-sofa klasik dan suasana temaram dengan alunan musik bossanova. berkhayal tentang rumah, tentang anak, tentang kesetiaan juga tentang warna rambut.

"esok, kita akan sampai ke rumah impian. rumah yang dibangun di atas kolam lengkap dengan teratai pula sepasang putih angsa, rumah dengan daun jendela ganda menghadap ke tempat di mana matahari rebah di perbukitan"

"hmm..pastnya sungguh nyanyi suasana itu, lalu, jika aku sudah melahirkan, dengan nama apa akan kau berikan pada putra-putri kita kelak?"

kau menimpali cerita khayalanku dengan berseri-seri, hingga warna pale pinks dan aprikot yang di tambahkan dengan bronzer pada permukaan parasnya nampak lebih hangat.


3
NOVEMBER RAIN

ombak berubah warna dari kelabu menjadi biru, dedaun dari hijau zaitun kusam menjadi hijau zamrud cemerlang, juga warna pasir, awalnya hitam lembap, lalu berubah menjadi coklat berkilauan seperti bertabur mutiara. itu dulu. sewaktu matahari gampang kita temukan. kini musim hujan. tak lagi seperti itu, sayang.

nyaris di tiap paginya kabut menang mutlak. kita melulu temukan kekalahan

matahari. gumpalan putihnya memenuhi teras langit bagian timur. tak ayal, kelopak bunga pula dengan kaca jendela kamar masih dipenuhi butiran embun sewaktu kita buka mata. begitu juga dengan sore hari, kita selalunya kehilangan semburat jingga di langit barat. yang ada dingin. sangat dingin.

barangkali kini waktunya aku mengulang mimpi. seperti musim yang sudah terlewati. dalam mimpi itu, kita bermimpi mandi di derasnya hujan, mengumpulkan kembang melati yang dironce ala pengantin, lantas kukalungkan pada leher jenjangmu. hei! masih di mimpiku juga, aku lihat pelangi yang memancar indah di basah tubuhmu. begitu, kau sungguh nampak ayu, sayang.

****

"hallo, engkau masih di situ mendengarkan cerita ini, sayang?"

samar kudengar isak dari seberang yang kemudian disusul dengan suara berulang tanda terputusnya saluran telefon "tuuuttt... tuuttt.... tuuutttt...."

di meja ini, kopi kopi la minita tarrazu ala costa rica terasa lebih cepat dingin dari biasanya.



DIEN MAKMUR
12.12.12

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun