Mohon tunggu...
Dienesti AureliaMardiyana
Dienesti AureliaMardiyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Hubungan Masyarakat Universitas Kristen Satya Wacana

Saya merupakan mahasiswi S1 Hubungan Masyarakat Universitas Kristen Satya Wacana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mewujudkan Pemindahan Ibu Kota Baru Indonesia ("Ibu Kota Nusantara")

3 Desember 2022   13:52 Diperbarui: 3 Desember 2022   14:24 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Ibu Kota

Menurut (Agassi, 2013) dalam perannya sebagai pusat pemerintahan, ibu kota umumnya difungsikan sebagai pusat kekuasaan politik dan ekonomi sehingga ibu kota memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak negara yang menjadikan satu kota besar dalam negaranya menjadi ibu kota sebagai cerminan keunikan dari sisi kehidupan bermasyarakat, berekonomi, berbudaya, berbangsa dan bernegara, sehingga ibu kota memiliki peranan penting dalam memperkenalkan karakter dan identitas suatu negara. Ibu kota identik dengan sebutan kota multifungsi yang mempunyai misi diplomatik, pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang sangat berkembang, keidentikan ini menjadikan ibu kota sebagai kota tujuan urbanisasi. Negara-negara di dunia membangun ibu kotanya dengan cara yang berbeda-beda, dengan melanjutkan kota yang menjadi ibu kota di masa lalu atau membangun ibu kota baru di kota yang berbeda. Sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia memiliki ibu kota yang menjadi pusat dari fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebagian kecil negara lain memisahkan pusat eksekutif, legislatif, dan yudikatifnya ke kota yang berbeda seperti Belanda (Amsterdam dan The Hague), Afrika Selatan (Pretoria, Bloemfontein, dan Cape Town), Bolivia (La Paz dan Sucre), Swaziland (Lobamba dan Mbabane), Malaysia (Kuala Lumpur dan Putrajaya), dan Sri Lanka (Colombo dan Sri Jayawardenapura Kotte).

Tipe-tipe Ibu kota

Berdasarkan pernyataan (Campbell, 2004) ada tipe-tipe ibu kota dalam beberapa kategori, dimana Campbell melihat tipe-tipe ibu kota dari segi historical/sejarah yang ada dalam sebuah ibu kota, yaitu:

  • Classic Capitals:  ibu kota karena keklasikannya seperti Jakarta, Caracas, Bogota, Madrid, Mexico City, London.
  • Relocated Capitals: ibu kota baru karena adanya pemindahan dari ibu kota lain seperti Ankara (dari Istanbul 1923, Turki), Lilongwe (dari Blantyre 1976, Malawi), Astana (dari Almaty 1998, Kazakhstan).
  • Constructed Capitals: ibu kota yang dibangun sebagai ibu kota baru seperti di Australia (dari Melbourne ke Canberra, 1927), Brasil (dari Rio Janeiro ke Brasilia, 1960), Brasil), Pakistan (dari Karachi ke Islamabad, 1960), Nigeria (dari Lagos ke Abuja, 1991).
  • Federal Capitals: ibu kota sebuah negara yang terdiri dari wilayah/federasi/bagian seperti Moscow (Rusia), Kinshasa (Kongo), Canberra (Australia), Ottawa (Kanada).
  • Capitals: ibu kota saja, bukan sebagai pusat pemerintahan seperti Bloemfontein/ CapeTown (Afrika Selatan), Amsterdam/ The Hague (Belanda).  
  • Archipelago Capitals:  ibu kota kepulauan (terletak dalam pulau) seperti Tokyo (di pulau Honshu, Jepang), Jakarta (di pulau Jawa, Indonesia).
  • Capitals with Unique Jurisdictions: ibu kota dengan yurisdiksi unik seperti Abuja (Federal Capital Territory).

Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kota

Menurut Rahardjo (Adisasmita & Adisasmita, 2011) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kota, yaitu:

  • Demografi penduduk seperti keadaan penduduk, proses penduduk, lingkungan sosial penduduk, wilayah yang ditinggali
  • Kemudahan tingkat aksesbilitas karena adanya lokasi yang strategis
  • Fungsi kawasan perkotaan yang terus berkembang
  • Faktor utama berupa tersedianya kelengkapan fasilitas sosial ekonomi
  • Munculnya perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam pusat kota
  • Dalam meningkatkan aksesibilitas penduduk ke semua tujuan, disertai dengan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi
  • Faktor jumlah penduduk dengan kesesuaian lahan/ wilayah
  • Faktor peningkatan dan kemajuan IPTEK yang mempercepat proses perkembangan kota dalam upaya mendapatkan perubahan yang lebih modern.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Beban Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia

Dari hasil penelitian dan analisa (Hutasoit, 2018), beban Jakarta saat ini memang perlu dipertanyakan kelayakkan Jakarta sebagai ibu kota negara. Berbagai problematika dialami Jakarta sudah cukup mengkhawatirkan dan kajian pemindahan ibu kota sangat urgent dilakukan.

Beban berat yang disandang Jakarta saat ini adalah:

  • Kepadatan wilayah

Dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, kepadatan penduduk Jakarta mencapai 15.663 jiwa/km2. Angka ini menunjukkan peningkatan 0,93% dari tahun sebelumnya sebesar 15.518 jiwa/km2. Kepadatan penduduk Jakarta memperlihatkan jumlah angka tertinggi diantara propinsi lainnya. Luas wilayah Pemda Jakarta sekitar 662,3 km2, sementara dari data jumlah penduduk pada 2017 terhitung 10,37 juta jiwa. Sedangkan data laju pertumbuhan penduduk Jakarta pada 2017 menunjukkan angka 1,06%.

  • Kemacetan parah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun