Mengapa korupsi bisa muncul?
- karena kebutuhan (corruption by need), khususnya tindakan pemerasan (yang mengandung unsur pemaksaan) dalam menjalankan kegiatan resmi seperti penyuapan untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pengelolaan kependudukan atau penyuapan untuk memperoleh pelayanan khusus.
- Korupsi juga disebabkan oleh keserakahan, khususnya kong time kong (kerja sama) untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui persekongkolan yang saling menguntungkan dan melibatkan sejumlah pihak, seperti persekongkolan dalam proyek dan jabatan pemerintah.
Asal Usul Semar Mencermati perkembangan aksara Panakawan berdasarkan sumber dan dokumen yang ada, maka nama Semar mulai muncul pada masa peralihan dari Majapahit ke Demak (abad ke-15 M). Tokoh Semar merupakan kelanjutan dari tokoh Tualen atau Nalader ma atau Prasanta. Ada pula yang berpendapat bahwa tokoh Semar dan Panakawan adalah murni ciptaan Sunan Kalijaga yang diperkirakan lahir pada tahun 1450 M (Sunyoto, 2012: 220), dan untuk menjaga kelangsungan cerita maka tokoh Semar adalah diidentikkan dengan tokoh Tualen atau Naladerma atau Prasanta. Hal ini mungkin mendukung teori bahwa nama Semar berasal dari bahasa Arab ismar/simaar yang berarti paku yang berfungsi sebagai penguat benda-benda rapuh. Sosok Semar juga muncul di Candi Sukuh yang menunjukkan bahwa nama dan gelar Semar sudah ada sebelum Candi Sukuh didirikan pada abad ke-15, pada saat kerajaan Majapahit sedang mengalami kemunduran.
Gaya Kepemimpinan, Visi dan Misi Semar
Semar merupakan salah satu tokoh wayang masyarakat Panakawan yang berasal dari Indonesia. Keberadaan simbolis Semar mempunyai pengaruh yang besar terhadap suasana spiritual masyarakat Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Kemunculan tokoh Semar dalam wayang banyak mengandung makna dan pelajaran tentang kehidupan, termasuk pelajaran tentang menjadi orang baik atau pemimpin yang baik.
Semar mempunyai banyak nama atau sebutan yang secara simbolis mencerminkan ajaran moral yang berbeda. Nama-nama tersebut antara lain: Semar hËseming Samasar (panduan makna hidup), Badranaya (Mewujudkan sifat konstruktif dan menunaikan perintah Tuhan untuk kemaslahatan umat manusia), Nayantaka (Wajah pucat seperti mayat), Saronsari (Segala budi pekerti selalu anggun ), Dhudho Manang Munung (Bukan laki-laki, bukan perempuan dan tidak banci), Juru Dyah Punta Prasanta (Pamomong bagi para pejuang), Janggan Smara Santa (Menjadi guru bagi semua yang menyukai meditasi yaitu kesabaran dan keikhlasan), Wong Boga Sampir (Yang bebas lahir dan batin), Bojogati (Pelayan yang sangat setia dan bertanggung jawab atas kewajibannya).
Berkaitan dengan kepemimpinan, terdapat berbagai simbolisasi yang terdapat pada tokoh semar yang dapat dijelaskan antara lain:
- Kuncung Putih: (Temuwo) Pemikiran dan pandangan yang tua, luas dan dalam, bijaksana dalam menyampaikan pemikiran dan pandangan pada berbagai golongan rakyat.
- Mata Rembesan: Seorang pemimpin harus memiliki pandangan yang tajam, mengetahui dan mudah tersentuh terhadap penderitaan yang dihadapi rakyatnya.
- Hidung Sunthi: Seorang pemimpin harus memiliki penciuman yang tajam, mengetahui semua persoalan yang ada pada rakyatnya, mengetahui keinginan dan kebutuhan rakyatnya.
- Mulut Cablek: Seorang pemimpin haruslah berkata yang baik, dapat menghibur dan memberikan solusi bagi persoalan rakyatnya, selalu memberi nasehat dan semangat pada kebaikan. Pemimpin haruslah cakap dalam berbicara, pandai menyampaikan ide dan gagasan.
- Giwang lombok abang: Pemimpin haruslah tahan terhadap kritikan dan masukan sepedas apapun itu (tidak anti Kritik), mendengarkan semua keluh kesah rakyatnya.
- Badan Ngropoh (bulat) warna hitam: Seorang pemimpin memiliki tekat yang bulat, citacita yang kuat.
- Tangan Nuding: pemimpin harus dapat menjadi panutan menunjukkan kearah kebenaran, menunjukan jalan & solusi persoalan yang dihadapi rakyatnya.
- Pocong Dhagelan: Pemimpin harus mikul dhuwur mendhem jero, menghargai jasa siapapun dan menyembunyikan aib atau segala yang tidak baik.
- Kain Kampuh Poleng: pemimpin harus mampu mengendalikan hawa nafsunya, mengutakan kepentingan rakyat dari kepentingan pribadi, lebih menghormati golongan rakyat jelata dibandingkan golongan atas/kaya.
- Posisi jongkok sekaligus berdiri: Seorang pemimpin harus selalu siap sedia melayani rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat, berperan ganda sebagai majikan sekaligus pelayan. Pemimpin adalah pelayan yang selalu setia, dan bertanggung jawab pada kewajibannya
tantangan terbesar dalam mencegah korupsi.
- Campur tangan politik yang terjadi di tubuh KPK seringkali menghambat upaya pemberantasan korupsi secara tegas dan adil. Keputusan strategis KPK yang dipengaruhi oleh kepentingan politik akan mengurangi independensi organisasi dan dapat berujung pada penuntutan yang tidak adil.
- Data Indeks Persepsi Korupsi Transparency International tahun 2021 menunjukkan skor indeks korupsi Indonesia masih rendah, yakni 37 pada skala 0 hingga 100, dimana 0 adalah negara yang sangat miskin korupsi dan 100 adalah negara bebas korupsi.
- Keterbatasan sumber daya menjadi kendala serius bagi Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menjalankan fungsinya. Data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menunjukkan anggaran KPK dipangkas dalam beberapa tahun terakhir. Kurangnya pendanaan yang memadai akan menghambat langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah, menyelidiki dan menghukum korupsi.
- sistem peradilan yang lemah juga menjadi kendala dalam memberantas korupsi. Proses hukum yang panjang, pemidanaan yang tidak memadai, serta pemulihan aset yang tidak optimal mengurangi efektivitas upaya pemberantasan korupsi.
- Data dari Laporan Tahunan KPK menunjukkan bahwa proses hukum yang berlarut-larut dan kurangnya pemidanaan terhadap kasus korupsi yang ada menimbulkan ketidakpastian hukum dan memberikan ruang bagi terjadinya impunitas.
Bagaimana Implementasi Program Pencegahan Korupsi
Langkah dan strategi yang digunakan dalam melaksanakan program antikorupsi oleh pemerintah atau organisasi yang dipimpin oleh “Semar”.
Pertama, Semar akan mengajak semua pihak untuk ikut serta dalam bentuk doa antikorupsi.