Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas Menelusuri Jejak Prabu Siliwangi

8 Mei 2017   20:36 Diperbarui: 19 Juni 2017   04:19 9562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya enam peserta yang akhirnya dapat masuk ke Situs Badigul setelah menunggu dengan sabar dan rombongan telah bubar

Ketika sebagian besar rombongan meninggalkan lokasi, saya, Bimo dan keempat teman baru yang juga peserta Napak Tilas Prabu Siliwangi masih bertahan di lokasi. Tiba-tiba teman-teman baru itu berinisiatif meminta ijin kepada satpam untuk sebentar menengok situs Badigul, karena letaknya hanya 200 meter dari lokasi kami berada. Kami sangat berterima kasih ketika mereka mengijinkan kami masuk (tentu mereka pun menanggung resiko dimarahi atasannya, bukan?).

Meskipun hanya 30 menit berada di lokasi berbentuk gundukan yang menurut kabar dulunya adalah bukit dengan tanah yang dikerok dan tak lagi dapat ditanami, saya pribadi sangat bersyukur, meski masih amat miris.

100 meter sebelum mencapai situs Badigul di air terjun buatan di komplek perumahan Rancamaya
100 meter sebelum mencapai situs Badigul di air terjun buatan di komplek perumahan Rancamaya
Bukan salah mereka yang tidak tahu bahwa lokasi ini sangat bersejarah, karena memang tempat ini seperti layaknya taman cantik buatan manusia yang berpadu harmonis dengan rumah-rumah megah di sekelilingnya. Tidak ada catatan atau penanda lokasi yang nilai sejarahnya amat tinggi ini.

Apakah mungkin ada jalan tengah untuk lokasi bersejarah ini dirundingkan dengan pihak pengembang Rancamaya, agar tetap dapat diakses?. Lokasi ini memang sudah menjadi milik perusahaan. Tapi sejarah dan nilainya adalah milik seluruh masyarakat Sunda, milik seluruh warga Indonesia. Ini kekayaan dan bagian dari jati diri kita semua, yang sebaiknya tidak boleh dibatasi aksesnya atas nama kepemilikan swasta!.

Tulisan: Diella Dachlan
Foto: Diella Dachlan, Bimo Tedjokusumo, Laurini Noordin

Tulisan terkait:

Referensi:

  1. Dienaputra, R. D. (2012). Sunda, Sejarah, Budaya dan Politik. Abstrak.
  2. Lubis, H. N. H. (2016). Kerajaan Sunda. Abstrak.
  3. Maung dan Prabu Siliwangi: Mitos atau Fakta?, Irfan Teguh, 15 Maret 2017, Tirto.co.id
  4. Mumuh Muhsin, Z. (2012). Kujang, Pajajaran, Dan Prabu Siliwangi. Abstrak
  5. Danasasmita, 2014, Menelusuri Situs Prasasti Batutulis, Kiblat Utama, Bandung
  6.  Danasasmita, 2003, Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi, Kiblat Utama, Bandung
  7. Pengembangan Jalur Wisata Sejarah sebagai Penunjang Wisata Sejarah Kota Bogor,
    Febri Nur Wirawan, 2014, Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB
  8. Prasasti dan Budaya Sunda. Pikiran Rakyat, 16 November 2009, Elis Suryani N.S. Dosen dan Mahasiswa S3 Filologi Unpad

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun