Catatannya ada di tulisan lain. Namun, jika penasaran, ada baiknya melakukan penelusuran lebih dalam tentang jejak Jerman di Indonesia. Beberapa literaturnya ada di internet.
Ke"anehan" kedua adalah kawasan ini juga dikenal dengan nama Arca Domas. Menurut berbagai literatur di internet dan keterangan warga yang kami temui, dulu di kawasan ini ditemukan arca. Agak simpang siur informasinya. Ada yang mengatakan arca itu sudah tidak lagi ada di situ, ada lagi yang mengatakan arca sudah hancur. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa arca masih ada, tapi harus berjalan kaki sangat jauh ke arah gunung.
Arca Domas sendiri dalam Bahasa Sunda kuno artinya "800 patung". Selain itu Arca Domas juga dikenal di masyarakat Baduy Banten sebagai lokasi ritual yang sangat sakral. Sedangkan di catatan lain, ada kawasan bernama Arca Domas pula di kawasan yang berada di kaki Gunung Salak, Bogor, yaitu di Desa Cibalay, Kecamatan Tenjolaya. Â Sedangkan Arca Domas tempat makam Jerman ini terletak di kaki Gunung Pangrango.
Lalu, mana yang benar? apakah ada hubungan antara kesamaan nama ini? atau hanya kebetulan saja?
Mungkin hal ini cukup menarik untuk dijadikan bahan untuk penelusuran berikutnya.
Kami memilih berjalan kaki melewati rute jalan yang berbeda untuk pulang. Dari jalan tanah di samping mesjid, kami mengikuti jalan tersebut untuk menuju desa Krakal lalu ke Caringin. Total waktunya sekitar 1,5 jam melewati ladang, villa, dan jalan aspal. Di Caringin kami memutuskan naik angkutan umum ke Ciawi, karena meski masih ingin jalan kaki, malas juga mesti "adu kuat" dengan motor dan angkot yang memenuhi jalanan.
Kunjungan singkat ke makam Jerman ini sungguh menggugah rasa ingin tahu tentang kepingan lain narasi sejarah yang dapat mengungkapkan jejak Jerman di Indonesia pada masa lampau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H