Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Suatu Masa di Depok Lama

10 Oktober 2016   14:58 Diperbarui: 11 Oktober 2016   02:50 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah sudut di Depok Lama, potensi wisata yang belum tergarap (Foto: Diella Dachlan)

Kontras dengan sejarah pahit, popularitas "Belanda Depok" yang membuat banyak orang (termasuk saya) berasumsi macam-macam tentang akulturasi Belanda ke dalam kehidupan masyarakat Depok, menurut Yano, hal itu hanya olok-olok.

"Setelah saya telusuri, rupanya julukan "Belanda Depok" itu adalah olok-olok anak muda, karena jaman itu orang Depok bicara bahasa Belanda yang tidak dimengerti oleh sebagian besar warga Depok" cerita Yano, ketika kami mengunjungi rumahnya.

Nama Depok sendiri ada beberapa versi. Salah satunya adalah "De Erste Protestante Organisatie van Kristenen" (jemaat Kristen yang taat, hal 26). Ada juga yang mengatakan nama Depok berasal dari kerinduan warga Depok yang tinggal dan menjadi warga Belanda setelah peristiwa kelam di Depok sekitar tahun 1950. (hal 27-28). Ah, kadang sejarah memang punya banyak versi.

Sebuah sudut di Depok Lama, potensi wisata yang belum tergarap (Foto: Diella Dachlan)
Sebuah sudut di Depok Lama, potensi wisata yang belum tergarap (Foto: Diella Dachlan)
Impian untuk Depok

Menjelajahi Depok Lama yang baru saja kami akrabi dalam waktu sangat singkat itu, tetapi sudah lebih jauh daripada sekedar melintasi Jalan Margonda Raya, membuat sebuah angan-angan muncul.

Terbayang jika Depok Lama ini menjadi rute baru para penjelajah sejarah. Atau, sekedar jalan kaki menikmati bangunan arsitektur, mencicipi kuliner Depok Lama seperti Perkedel Bakar, Dodol, Huzaren Sla dan lain-lain yang saat ini belum tersedia di pusat-pusat kuliner di Depok.

Dalam benak, terbayang rute, informasi yang dapat disajikan, lalu pada akhirnya mendorong ekonomi sekaligus melestarikan budaya dan sejarah.

Impian yang sama ternyata dimiliki lebih dulu oleh Yano. Bahkan lebih jauh, ia ingin Depok juga bisa dikenal lewat agrowisata, karena hasil kebun seperti jambu, mangga dan lain sebagainya.

Beliau masih punya banyak impian lain untuk Depok. Kata-kata beliau yang terus terngiang-ngiang meski kami sudah lama meninggalkan rumahnya adalah "Sekarang giliran generasi muda merawat sejarah lewat berbagai kegiatan. Saya ingin sekali Depok bisa jadi tujuan wisata sejarah, kuliner dan agrowisata".

Yano telah melakukan bagiannya dengan meletakkan sekeping puzzle besar untuk mendokumentasikan sejarah Depok. Sekarang giliran kita untuk meletakkan kepingan puzzle berikutnya untuk mewujudkan impian itu.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun