Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amel, Si Pemandu Karaoke

8 Januari 2016   19:01 Diperbarui: 8 Januari 2016   19:01 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amel teriak, namun teriakannya percuma. Suara musik keras dan tertawa meredam suara Amel di toilet. Orang-orang di room yang sedang bernyanyi tak mendengarnya. Dia pun berusaha melepaskan pelukan Franky dan berusaha kabur.

"Hai, dasar lonte. Berapa kamu minta hah? Saya ini tamu yang sudah bayar di sini," Franky teriak yang membuat Amel tersinggung karena disebut lonte. Dia lari menangis ke rekannya yang masih joget.

Rekannya kaget dan menanyakan apa yang terjadi. Namun belum sempat dijawab, Franky yang tadi mengikuti Amel, hendak menyeret ke toilet lagi. Merasa sudah tak tahan, Amel sengaja mengambil botol dan hendak memukul Franky.

Menyadari ada yang tidak beres, Pak Joe minta anak buahnya mematikan musik. Suara Franky yang teriak ke Amel pun terdengar semua orang di room itu. "Berapa sih hargamu?hah?nih...nih...," kata Franky sambil menghambur uang dan kembali hendak menyeret Amel.

Secara reflek, Amel pun memukulkan botol ke Franky tapi hanya kena lengan. Botol pun mengenai dinding dan pecah. Franky pun makin emosi. Susana semakin gaduh. Untung Pak Joe berusaha menenangkan rekannya dibantu dua anak buahnya. Sementara Amel makin tak terkendali karena emosi. Dia berteriak-teriak. "berapa pun duitmu tidak bakal bisa membeli aku bos. Dasar lelaki bajingan," kata Amel sambil menantang Franky.

Keributan itu tampaknya menarik perhatian beebrapa waiters di luar ruangan. Mereka kemudian melapor ke bagian keamanan. Tak lama sekuriti dan mami karaoke masuk. Amel dibawa keluar. Sementara Franky diamankan. Pesta pun terhenti.

Hampir setiap malam, di tempat itu, Amel dan puluhan temannya harus berhadapan dengan pria-pria mabuk yang beranggapan bisa membayar apa saja dengan uangnya. Amel dan puluhan rekan-rekannya setiap malam dari jam 8 sampai jam 3 pagi harus menerima resiko-resiko seperti itu.

Setiap pagi pulang ke kamar dalam kondisi mabuk. Tidur dan bangun siang. Sore harus dandan secantik-cantiknya dan siap-siap 'dipajang' lagi. Kemudian mereka menemani pria-pria pemburu kesenangan, pesta minuman. Para pria yang baru dikenalnya malam itu.

Amel dan teman-temannya tak bisa kemana-mana karena harus menanggung utang biaya dari tempat asal maupun biaya membeli pakaian dan peralatan make up. Iya, makan dan kebutuhan lainnya mereka disediakan, namun harus dibayar dengan harga lebih mahal daripada di toko.

Keluar ke dokter untuk periksa kesehatan saja harus dikawal sekuriti. Mengirim uang ke keluarganya pun harus melewati sekuriti yang tentu dengan ongkos lebih. Tak ada jalan keluar bagi mereka. Hanya kepada Tuhan mereka mengeluh dan protes. (*)

*Nama dan tempat hanya fiktif karangan penulis. Jika sama hanya kebetulan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun