Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amel, Si Pemandu Karaoke

8 Januari 2016   19:01 Diperbarui: 8 Januari 2016   19:01 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah dikasih tau Tari bagaimana bekerja di sini?" tanya seorang perempuan setengah baya yang biasa dipanggil mami di situ. Amel geleng-geleng. Tari adalah teman sekampung Amel yang mengajaknya ke tempat itu.

"Nanti kerjanya mulai jam 8 malam. Amel cukup duduk di ruangan yang kami siapkan bersama teman yang lain. Kalau ada tamu yang minta ditemani, Amel ikuti mereka. Cuma nemani mereka duduk, nyanyi, gitu aja. Nanti ada komisi per jamnya dari kami. Semua kebutuhan akan dipenuhi di sini," jelas Mami panjang lebar.

Kelak, Amel baru tahu jika semua kebuthan yang disediakan di tempat itu harus dipotong gaji atau komisi. Amel hanya mengangguk-anggukan kepala karena dia masih bingung dan bertanya-tanya pekerjaan apa yang akan dilakoninya.

Tak butuh waktu lama, hanya dua kali 'mejeng' di showroom (tempat ladies duduk menunggu tamu dan dipilih), Amel sudah mendapat tamu. Begitu juga hari-hari berikutnya. Amel pun menjadi bunga karaoke dan tiap malam mendapat tamu dengan jam booking full.

Iya di antara puluhan ladies yang ada di Gembira Ria, Amel termasuk paling menonjol. Kulitnya putih, wajahnya cantik, tubuhnya tinggi berisi dan rambutnya panjang. Meskipun pertama kali pakai pakaian minim dan ketat kikuk, namun lama-lama Amel terbiasa. Wajar jika dia terlihat lebih seksi dibanding yang lain sehingga banyak tamu yang memilihnya.

Di kamar itu sudah dua jam Amel masih menangis. Tak lama hueeek..hueeek..hueeek dia muntah di lantai kamar. "Aduhhh sakitnya kepalaku. Kemana semua orang saat aku seperti ini. Mereka baik kalau ada perlu, sekarang aku seperti ini hilang semua," dia kembali berteriak.

"Tuhan, sekali lagi aku tanya kepadamu. Kenapa jalan ini yang Kau berikan, kenapa jalan yang semakin menyakitkan, kenapa aku dan kenapa harus aku yang menanggungnya Tuhaaaan. Jika Engkau tak bisa memberiku jalan lain, lebih baik hentikan saja nafasku," dia membanting tubuhnya di kasur bermotif bunga-bunga. Dia pun tertidur.

Dua jam lalu, sebelum dia dibopong sekuriti ke kamar, Amel bersama tiga rekannya berada di satu ruang karaoke. Mereka menemani lima pria bernyanyi dan minum. Mereka bertiga dibooking full time dari jam 8 malam hingga pukul 3 pagi.

Ruang VIP berukuran sekitar 6x5 meter. Sofa warna merah setengah melingkari ruangan. Di depan Sofa, sebuah layar televisi berukuran 41 inchi dengan speaker besar di sebelah kanan dan kiri. Di pojok ruangan ada toilet dan di depannya ada sebuah wastafel.

Seperti biasa, Amel adalah orang pertama yang dipilih tamu. Di dalam ruangan itu, dua pria tampak berbadan tegap dan berambut cepak, sementara yang tiga tampak berpakaian rapi. Jika dilihat penampilannya, tiga orang itu pengusaha dan dua lainnya pengawal.

Salah satu pria yang dipanggil Pak Joe memesan empat minuman impor dan beberapa minuman ringan. Tak lupa lengkap dengan cemilan dan buah. Amel duduk di sofa paling ujung berdekatan dengan tamu bernama Frangky. Pria setengah baya dengan potongan rambut kelimis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun