“Siapkah kau ikut aku?” kalimat itu terlontar dari bibir pria yang tertutup kumis putih. Kali ini aku cium aroma harum semerbak. Wangi yang belum pernah tercium olehku. Namun, semakin dia mendekat, semakin sakit kurasakan di jantung dan kepalaku. Bibirku tak mampu menjawab. Meski kurasakan sangat dingin, keringat bercucuran.
Dia kembali berkata, “hentikan jika kau belum siap ikut bersamaku. Hentikan! Hentikan semua ini.” Saat pria itu berkata dengan suara lantang, tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Aku kembali terjaga untuk kesekian kalinya. Seluruh badan terasa pegal semua. Aku kaget terbangun di lantai tanpa memakai baju, meringkuk di sudut kamar. Bukan di kasur tempat biasa aku baringkan badan kurusku ini. Basah keringat di tubuh dan lantai. Aku coba bangkit. Seluruh sendi terasa nyeri. Mata terasa berat, begitu juga kepala.
Kuperhatikan di sekelilingku. Di lantai dekat kasur, ada asbak yang penuh puntung rokok dan beberapa linting ganja yang tersisa ujungnya. Di sebelahnya masih berdiri tegak dua botol voodka. Di ujung meja, tampak bong dan pipet yang masih berserakan di antara plastik kecil serta korek api.
Kuperhatikan jam dinding dan kalender. Kucoba mengingat, tapi aku tak juga ingat berapa lama aku ada di kamar. Aku duduk dan merenung, mencoba mengingat peristiwa yang kualami.
Keperhatikan sekeliling dinding kamar. Poster bergambar beberapa orangutan dengan tulisan ‘Save Orangutan’ masih tergantung. Poster pengendara motor trail yang sedang beraksi di event motocross masih menempel rapi. Begitu juga pakaianku di balik pintu.
Lalu darimanakah monyet-monyet itu? Siapakah pengendara motor itu?kemana perginya bidadari cantik itu? Dan, apakah pria itu malaikat maut? Seribu tanya membuat sakit kepalaku.
Aku berdiri ke kaca lemari. Aku bercermin. Kuperhatikan rambutku kusut. Di bawah kelopak mata tampak menghitam. Wajahku masih pucat. Perut terasa mual. Rasanya badan ini remuk tanpa daya. Kubuka korden jendela, ternyata hari sudah terang. Saat aku hendak melangkahkan kaki ke kasur, tiba-tiba aku terjatuh dan semua menjadi gelap gulita. (*)
‘Katakan TIDAK untuk Narkoba’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H