Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sakau!

5 Januari 2016   11:41 Diperbarui: 5 Januari 2016   11:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara deru mesin itu cukup memekakkan telinga. Aku semakin tersudut di ruanganku sendiri. pengendara itu tak kalah beringas seperti monyet-monyet sebelumnya. Bahkan, dia mengarahkan motornya ke aku. Dia siap melindasku dengan roda yang bergerigi.

Aku terguling. Seluruh ruangan kamarku menjadi terang. Tak lama berubah menjadi merah dan menghitam. Aku masih ketakutan. Pengendara itu telah hilang entah kemana. Suasana kembali menjadi hening.

Badanku lemas tak berdaya. Nyeri di setiap sendi menyadarkan penglihatan. Aku kembali terjaga dalam tak berdaya. Kubuka pelan-pelan mataku perhatikan sekeliling. Memastikan monyet-monyet dan pengendara motor gila itu pergi.

Samar kulihat seorang perempuan cantik bak bidadari berdiri di antara gantungan bajuku, di balik pintu. Rambunya terurai panjang hitam legam. Wajahnya putih berseri, meski tanpa polesan make up. Dia tersenyum kepadaku.

Aku makin terpana. Sejuta tanda tanya tentang siapa dia. Senyumnya damai, sedamai air di danau yang tak mengalir, pun tanpa ombak.

Aku semakin kaget ketika dia mulai melepaskan pakaiannya satu per satu. Tapi dia tetap di tempatnya, di balik pintu kamarku itu. Aku semakin terpana melihat keindahan tubuh bidadari itu. Kuperhatikan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

 Tapi aku tak berdaya, hanya leherku yang bergerak karena menelan ludah. Mendesir darahku. Menyeruak nafsu birahiku. Menggodaku mengeluarkan segala hasrat. Bidadari itu seolah harapan yang selalu merayu hari-hariku.

Tak ada kata yang keluar dari mulutku. Bibirku terkatup rapat. Dingin. Begitu pun dia. Hanya tersenyum. Hendak kugerakkan kaki untuk mendekatinya. Namun, seolah badan ini lumpuh.

Badanku semakin menggigil. Gemeretak gigiku beradu memecah sunyi. Kepalaku semakin pening. Kembali kupejamkan mata. Kusia-siakan pemandangan indah karena ketakberdayaanku.

Saat kubuka pelan kelopak mata, bidadari cantik itu berubah menjadi pria tua berjanggut panjang yang memutih. Semakin kubuka mataku semakin jelas aku melihat wajahnya yang memancarkan sinar terang. Di kepalanya ada sorban yang terikat. Pria itu berjubah putih panjang hingga ke lantai.

Aku semakin takut saat pria tua itu mendekatiku. Nafasku tersengal. Jantungku terasa nyeri yang semakin lama semakin sakit. Aku merasakan seluruh tubuh semakin dingin dan suasana sunyi. Dia semakin mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun