Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalang Pembunuhan Itu Mantan Pejabat

4 Januari 2016   12:52 Diperbarui: 4 Januari 2016   12:52 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Seandainya saja aku menolak ajakanmu. Uang tidak seberapa,” katanya. Entah apa maksudnya dia menyebut uang.

“Sudahlah, semua sudah terjadi, jangan banyak dipikir. Kita juga belum tahu apa yang terjadi dengan Jhon, Rudi dan Tio. Sekarang kamu bisa bilang menolak, kemarin kamu berharap. Uangnya juga sudah kamu pakai dengan cewek. Pokoknya kalau ditanya jangan mengaku!” tiba-tiba Amro marah menjawab ucapan Nadi.

Keduanya pun kembali diam larut dalam pikiran masing-masing. Nadi masih bertanya-tanya apa yang menimpa tiga rekannya. Dia berpikir saat ini tiga rekannya sudah ‘habis’ dan dia menunggu giliran. Dia pun hanya pasrah dan tetap diam.

Sementara di luar sel sudah tampak sunyi. Sebagian besar polisi di kantor itu sudah pulang. Hanya beberapa polisi jaga yang terdengar suaranya dari sel.

“Siap Ndan 86,” kata perwira yang berada di ruangan sebelah tampak menerima telepon dari komandannya. Kemudian tak lama terdengar percakapan lagi, “Kami akan bersihkan, Ndan.”

Nadi kembali terbangun dan menguping apa saja yang dibicarakan di ruang sebelah. Sementara di ruang jaga tahanan, dua petugas jaga tampak memandang tajam ke arah sel yang tersisa dua tahanan. Suasana kembali sunyi dan hari semakin gelap.

Mungkin karena kelelahan, rasa ketakutan dan cemas mampu membuat Nadi mengantuk. Sementara Amro sudah tertidur pulas di pojok ruangan yang bau pesing itu.

Suasana tahanan itu memang sepi karena sel yang menampung lima pemuda itu memang sel khusus untuk para penjahat kelas berat.

Di ruangan lain, sebuah ruangan agak besar dan sejuk, tampak empat polisi berdiskusi. Ruangan yang di atas pintunya ada papan nama bertuliskan ‘Kasat Reskrim Komisaris Polisi Sarjana Sik’ itu pun tampak rapi.

Iya, di dalam ada Sarjana, sang Kepala Satuan Reserese dan Kriminal Polres Metro Baru, kemudian ada Ajun Komisaris Polisi Rahman Sik, Kepala Unit Buru Sergap Satuan Reserese dan Kriminal Polres Metro Baru. Kompol Sarjana ini yang dari tadi berada di ruang sebelah tahanan. Sementara dua pria lainnya adalah bintara, anggota buru sergap bernama Sofyan dan Teguh. Meskipun kedua bintara ini polisi, tapi penampilannya tidak seperti polisi.

Sofyan rambutnya gondrong dengan kumis dan jenggot lebat, sementara postur tubuhnya tinggi besar. Sedangkan Teguh yang sebelumnya menggiring Jhon, postur tubuhnya atletis dengan gaya rambut tipis samping kiri kanan seperti penampilan musisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun