Dystopian kebersihan jakarta
Jakarta kota terbersih di dunia!
Jakarta: The Cleanest City in The World.
Recent survey said that Singapore defeated by Jakarta in term of cleanliness.
Begitulah headline di surat kabar negeri impian, kota khayalan, dan redaksi mimpi. Mimpi yang indah membangunkan tidurku. Ketika ku terjaga, yang ada hanyalah kenyataan. Kenyataan bahwa kota ini kumuh, kota ini langganan banjir, kota ini penuh sampah.
Headline yang muncul di dunia nyata adalah "Pencemaran Teluk Jakarta Kian Parah". Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), MS Sembiring mengatakan bahwa masalah sampah di Teluk Jakarta selalu menjadi polemik. Akan tetapi hingga sampai saat ini belum ada solusi yang tepat.
Ironisnya, sampah-sampah yang bermuara ke Teluk Jakarta sebagian besar berasal dari limbah domestik. Berdasarkan data limbah tahun 2015, limbah industri sebesar 52.862 ton, sedangkan limbah rumah tangga sebesar 10.875.651 ton dan sekitar 90 % sampah domestik berupa sampah anorganik. Data ini menunjukkan bahwa warga Jakarta sendirilah yang mengotori kotanya (Kompas.com).
Pertanyaannya adalah sadarkah warga Jakarta? Adakah upaya Pemprov DKI dalam penanganan sampah?
Pengelolaan sampah adalah agenda yang dimasukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2018 DKI Jakarta. Program ini akan dilakukan secara mandiri oleh warga. Ke depannya Dinas Lingkungan akan memperkuat regulasi sehingga masyarakat dapat mengelola sampahnya sendiri (Kompas.com).
Pemprov DKI melalui Gubernur DKI Anies Baswedan berkata bahwa kesadaran penduduk Jakarta dalam mengelola sampah mulai meningkat. Menurutnya, kesadaran tidak membuang sampah secara sembarangan sudah mulai tampak pada generasi muda (detik.com). Kesadaran ini dibuktikan dengan sampah yang ada di pintu air Manggarai hanya "seuprit" saat dilakukan pembersihan 30 Januari yang lalu (Kompas.com)
Seperti telah kita ketahui, sampah adalah salah satu penyebab banjir Jakarta. Kontradiktif dengan sedikit sampah yang ada di pintu air Manggarai, banjir besar di Jakarta justru terjadi tidak lama sesudah berita tersebut dilayangkan. Seakan-akan yang bapak bersihkan di Manggarai hanyalah sebagai ajang pamer bahwa program pengelolaan sampah yang dilakukan telah berjalan dengan baik.
Setelah banjir di bulan Februari, baru kita bisa melihat kenyataan yang ada. Kenyataan yang menyakitkan bahwa Jakarta masih tetap banjir dan masih memiliki banyak sampah. Bayangkan, produk sampah harian Jakarta sekitar 7000 ton. Sebagian lolos ke laut karena dibuang sembarangan oleh warga ke sungai (Kompas.com).
Sampah yang mengikuti aliran sungai dan berkumpul di Teluk Jakarta, menimbulkan kerusakan ekosistem, meracuni biota laut, dan berbahaya bagi kehidupan manusia.
Apabila terus berlanjut, maka masalah sampah ini bagai bom waktu, yang tidak kita ketahui kapan meledaknya. Semoga rakyat Jakarta secara umumnya dan Pemprov DKI secara khususnya mampu menjaga kebersihan dan mengelola sampah di kota kita semua ini. Agar tidak terjadi headline berita
Jakarta: The Dirtiest City in The World
Jakarta Kota Terkotor di Dunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H