Mohon tunggu...
Diegarino Dwi Harsandy
Diegarino Dwi Harsandy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah seseorang yang independen dan penuh dedikasi dalam menjalani peran dalam dunia teknologi. Saya memiliki pengalaman yang solid dalam membangun solusi teknologi yang inovatif, terutama dalam hal komputer dan programming. Saya menemukan kepuasan dalam mengatasi tantangan dan memecahkan masalah secara mandiri, sambil tetap berkolaborasi dengan tim untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, saya juga memiliki latar belakang yang luas dalam penguasaan beberapa bahasa, kemampuan ini memungkinkan saya untuk berinteraksi dengan kolega internasional dan mengembangkan solusi yang dapat diakses oleh audiens global.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Elemen Estetika dalam Pakaian di Jepang

11 Oktober 2024   04:54 Diperbarui: 11 Oktober 2024   07:50 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://historyplex.com/japanese-traditional-clothing

Jinbei (甚平)

Walaupun asal-usul pasti kapan masa awal munculnya jinbei belum diketahui, pakaian ini cukup populer digunakan pada zaman Azuchi-Momoyama (1568-1600 M) yang kegunaannya sebagai pakaian mandi yang nyaman dan sederhana. Terlebih terhadap beberapa rumah yang belum memiliki fasilitas modern. Penggunaan jinbei terdiri dari katun tipis yang nyaman dan mudah kering, sangat cocok digunakan setelah mandi berendam di pemandian umum. Atasan jinbei memiliki kancing atau tali pengikat di depan, sedangkan celana pendeknya memiliki karet di pinggang untuk kenyamanan. Kini, jinbei umumnya digunakan sebagai pakaian santai yang menjadi pilihan dalam festival musim panas.

Sumber: https://we-xpats.com/
Sumber: https://we-xpats.com/
  • Happi (法被/半被)

Happi di dalam konteks pakaian tradisional Jepang tidak memiliki kaitan  dengan kata "happy" dalam bahasa Inggris walaupun kedengarannya cukup sama. Titik awal kata "happi" diperkirakan bermula dari pakaian tanpa lengan yang dipakai oleh bangsawan terdahulu yang disebut "banpi" (半臂). Happi biasanya dipakai di luar kaos dalam dan memasangnya dengan fundoshi yang yang biasanya dikenakan oleh pengemudi dan pekerja becak selama abad ke-19. 

Pada akhir zaman Edo (1603-1868 M), ketika happi mulai dipakai oleh banyak orang menjadi sulit untuk membedakan dari bentuk dan desain happi itu sendiri. Lalu muncullah "shirushi banten" (印半纏) yang merupakan lambang atau tanda yang terdapat pada happi seperti nama, intansi, dan lambang keluarga pemakainya. Saat ini, happi berkembang sebagai pakaian yang digunakan dalam festival perayaan seperti matsuri (祭り) di mana ketika banyaknya orang berkumpul dalam memeriahkan tradisi dan budaya mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun