Mohon tunggu...
diyah
diyah Mohon Tunggu... Freelancer - Dee

lulusan antropologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Agrowisata Pabrik Gula Jatibarang, Jawa Tengah

11 Februari 2018   14:21 Diperbarui: 12 Februari 2018   07:20 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara bel di stasiun kereta api yang menandakan kedatangan kereta api terdengar dari kejauhan. Suara nya semakin jelas terdengar ketika kami mendekati lokasi Agrowisata Pabrik Gula di Jatibarang, Jawa Tengah.

Agrowisata ini sudah ada sejak harga gula Indonesia rendah, dan produksi gula tidak dilakukan setiap hari, karena perkebunan tebu, bahan utama pembuatan gula, sudah dimiliki perorangan. 

Para perusahaan gula Indonesia, termasuk pabrik gula pun mulai memikirkan untuk menjalankan kegiatan lain yang meramaikan pabrik gula. Kegiatan agrowisata pun menjadi pilihan logis, karena banyak tempat-tempat bersejarah dan menarik di kawasan pabrik dan perkebunan tebu tersisa.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di kawasan Agrowisata Pabrik Gula Jatibarang yang berlokasi di seberang Pabrik Gula Jatibarang, yang masih beroperasi sampai saat ini, menaiki kereta api yang dijalankan seperti kereta perkebunan gula pada masa lalu merupakan daya tarik utama bagi masyarakat. 

Dengan hanya membayar sebesar 5000 rupiah perorang, maka kita sudah bisa menaiki kereta api yang berjalan memutari perkebunan tebu milik perusahaan tersisa, dan bangunan-bangunan lama yang menjadi kantor perusahaan gula. 

Selain itu, rumah besar bergaya kolonial seperti istana, yang disebut dengan Rumah Besaran (karena ukurannya yang besar), juga menjadi tempat yang menarik dikunjungi di tempat tersebut. 

Rumah tersebut dulunya merupakan kantor dan rumah kediaman resmi kepala pabrik dan perkebunan gula, yang masih digunakan sebagai kantor dan kediaman kepala pabrik gula sampai sekarang. 

Beberapa waktu yang lalu bangunan ini sempat dijadikan museum gula, namun sekarang tertutup untuk umum, dengan alasan yang tidak begitu jelas.  

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tidak hanya bangunan tua dan kereta api, ada juga wahana permainan untuk anak-anak, seperti ayunan, mandi bola, kolam renang, ungkit-ungkit, dan lainnya. Juga ada sebuah kolam kecil tempat anak-anak bisa berperahu kecil seperti kano untuk memutari kolam kecil tersebut. 

Sedangkan di tengah kolam kecil tersebut terdapat taman kecil dengan sekumpulan burung merpati tinggal di sebuah kandang kayu. Didalam kawasan juga ada taman bacaan yang menyediakan bacaan komik, buku, dan majalah.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Untuk mencapai tempat ini, sebaiknya kita menggunakan kendaraan pribadi, meskipun ada kendaraan umum yang lewat di depannya tapi sangat jarang. Untuk masuk ke tempat ini, harga tiket sangat murah. Tempat ini terbuka setiap hari, pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. 

Namun saat weekend dan liburan sekolah lah tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat, karena itu akan lebih baik apabila mengunjungi pada hari biasa
(Diyah Wara).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun