Suara bel di stasiun kereta api yang menandakan kedatangan kereta api terdengar dari kejauhan. Suara nya semakin jelas terdengar ketika kami mendekati lokasi Agrowisata Pabrik Gula di Jatibarang, Jawa Tengah.
Agrowisata ini sudah ada sejak harga gula Indonesia rendah, dan produksi gula tidak dilakukan setiap hari, karena perkebunan tebu, bahan utama pembuatan gula, sudah dimiliki perorangan.Â
Para perusahaan gula Indonesia, termasuk pabrik gula pun mulai memikirkan untuk menjalankan kegiatan lain yang meramaikan pabrik gula. Kegiatan agrowisata pun menjadi pilihan logis, karena banyak tempat-tempat bersejarah dan menarik di kawasan pabrik dan perkebunan tebu tersisa.
Dengan hanya membayar sebesar 5000 rupiah perorang, maka kita sudah bisa menaiki kereta api yang berjalan memutari perkebunan tebu milik perusahaan tersisa, dan bangunan-bangunan lama yang menjadi kantor perusahaan gula.Â
Selain itu, rumah besar bergaya kolonial seperti istana, yang disebut dengan Rumah Besaran (karena ukurannya yang besar), juga menjadi tempat yang menarik dikunjungi di tempat tersebut.Â
Rumah tersebut dulunya merupakan kantor dan rumah kediaman resmi kepala pabrik dan perkebunan gula, yang masih digunakan sebagai kantor dan kediaman kepala pabrik gula sampai sekarang.Â
Beberapa waktu yang lalu bangunan ini sempat dijadikan museum gula, namun sekarang tertutup untuk umum, dengan alasan yang tidak begitu jelas. Â
Sedangkan di tengah kolam kecil tersebut terdapat taman kecil dengan sekumpulan burung merpati tinggal di sebuah kandang kayu. Didalam kawasan juga ada taman bacaan yang menyediakan bacaan komik, buku, dan majalah.
Namun saat weekend dan liburan sekolah lah tempat ini sangat ramai dikunjungi masyarakat, karena itu akan lebih baik apabila mengunjungi pada hari biasa
(Diyah Wara).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H