Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendibud Ristek) akan menawarkan kurikulum yang lebih fleksibel pada tahun 2022 mendatang.
Kurikulum yang ditawarkan akan lebih berfokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu fokus pada materi. Hal ini dinilai penting agar guru memiliki waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi.
Kurikulum prototipe akan diterapkan terbatas di 2.500 sekolah di seluruh Indonesia melalui program Sekolah Penggerak. Sekolah-sekolah tersebut mencerminkan keragaman yang ada di sistem pendidikan Indonesia. Karena sebagian besar sekolah tersebut adalah sekolah biasa saja bukan sekolah favorit atau unggulan. Bahkan sarana dan prasarana, sebagian sekolah berada di daerah tertinggal.
Dengan demikian ujicoba ini memberikan sorotan tentang bagaimana guru memaknai dan menerapkan sebuah kurikulum. Kurikulum dievaluasi oleh para guru Indonesia.
Â
Nah sekarang apa perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum prototipe :
Kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Kerangka Kerja Evaluasi Kurikulum 2013
Hasil Evaluasi Dokumen Kurikulum 2013
a. Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit dipahami, dan diimplementasikan oleh guru.
b. Kurikulum yang dirumuskan secara nasional belum disesuaikan sepenuhnya oleh satuan pendidikan dengan situasi dan kebutuhan satuan pendidikan, daerah, dan peserta didik.
c. Mapel informatika bersifat pilihan, padahal kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik pada abad 21.
d. Pengaturan jam belajar menggunakan satuan minggu (per minggu) tidak memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan. Akibatnya, kegiatan pembelajaran menjadi padat.
e. Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata pelajaran (jenjang SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain
f. Struktur kurikulum pada jenjang SMA yang memuat mata pelajaran pilihan (peminatan) kurang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih selain peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga dipersepsi hirarkis.
Hasil Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013
a. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru dalam membuat perencanaan.
b. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-pisah sulit dipahami sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai filosofi Kurikulum 2013.
c. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal, belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif.
Contoh kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat gugus, pemilihan instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai kebutuhan, dan pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan ceramah yang cenderung teoretik.
d. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep implementasi Kurikulum 2013.
e. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman pengawas, kepala sekolah, dan guru, kemampuan dan kinerja guru, serta peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya:
1. Orientasi holistik: kurikulum dirancang untuk mengembangkan murid secara holistik, mencakup kecakapan akademis dan non-akademis, kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan spiritual.
2. Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang berdasarkan kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu.
3. Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum dirancang sesuai konteks (budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan murid.
Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
Kurikulum prototipe memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan  soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu  cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran  yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the  right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe
Pengembangan Karakter
Kurikulum 2013 sudah  menekankan pada pengembangan karakter, namun belum memberi porsi khusus dalam struktur kurikulumnya.
Dalam struktur kurikulum  prototipe, 20 - 30 persen jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek.
Pembelajaran berbasis projek penting untuk pengembangan karakter karena:
a) memberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning)
b) Mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari peserta  didik dari berbagai disiplin ilmu
c) struktur belajar yang fleksibel
Tema-tema Utama Pembelajaran Berbasis Projek
Kemendikbudristek menyediakan 7 tema utama yang  perlu dikembangkan menjadi modul dengan topik dan tujuan yang lebih spesifik.
1. Bangunlah Jiwa dan Raganya
2. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun  NKRI
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Gaya Hidup Berkelanjutan
5. Kearifan Lokal
6. Kewirausahaan
7. Suara Demokrasi
Contoh Pembelajaran Berbasis Projek
Â
2. Fokus pada Materi Esensial
Pembelajaran yang  mendalam (diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis problem dan projek, dll.) perlu waktu
Materi yang terlalu padat  akan mendorong guru  untuk menggunakan ceramah satu arah atau metode lain yang efisien dalam mengejar ketuntasan penyampaian materi
Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran, untuk  memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi - terutama kompetensi  mendasar seperti literasi dan numerasi secara lebih  mendalam.Â
Melanjutkan prinsip penyederhanaan, Kurikulum prototipe juga lebih berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran
Sebagai ilustrasi:
- Rata-rata jumlah kompetensi  Kurikulum Prototipe untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia mengalami pengurangan 57% dari rata-rata jumlah KD Kurikulum 2013
- Â Rata-rata jumlah kompetensi
Kurikulum Prototipe untuk mata pelajaran Matematika mengalami
pengurangan 28% dari rata-rata jumlah KD Kurikulum 2013
- Rata-rata jumlah kompetensi
Kurikulum Prototipe untuk mata pelajaran Sains mengalami pengurangan 19% dari rata-rata jumlah KD Kurikulum 2013
3. Fleksibilitas Perancangan  Kurikulum Sekolah dan Penyusunan Rencana Pembelajaran
Saat Ini
Kerangka kurikulum saat ini mengunci tujuan pembelajaran per tahun.
Struktur kurikulum saat ini mengunci jam pelajaran per minggu.
Kurikulum Prototipe
Kurikulum prototipe menetapkan tujuan belajar per fase (2-3 tahun) untuk
memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.
Kurikulum prototipe menetapkan jam pelajaran per tahun agar sekolah dapat berinovasi dalam menyusun kurikulum dan pembelajarannya
Karakteristik Kurikulum di Setiap Jenjang
Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat bagi rekan-rekan dimanapun berada. Â Bagi rekan-rekan yang membutuhkan materi ini silakan unduh disiniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H