Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Belajar dari Orang Desa Saat Menghadapi Covid-19 dan Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

3 April 2020   10:06 Diperbarui: 3 April 2020   10:20 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jualan nasi bakar secara online (FB Iwed Na Amru)

Hari Sabtu tanggal 14 Maret 2020 yang lalu kami bertiga melakukan perjalanan wisata dari Indramayu ke Cirebon. Kami bertiga tidak naik kendaraan pribadi melainkan kendaraan umum yakni menggunakan bus. Karena sudah lama tidak merasakan lagi naik bus antar kota.

Walaupun busnya menggunakan Air Conditioner, tetapi sepanjang perjalanan dipenuhi dengan pengamen dan pedagang asongan yang silih berganti dari tempat saya naik hingga daerah perbatasan dengan Cirebon. 

Sesampainya di Pasar Sandang terbesar di Jawa Barat yakni Pasar Tegal Gubug, bus tiba-tiba mengambil jalur kanan dan melaju bukan di jalurnya melainkan berlawanan arah. Hal ini tentu membahayakan penumpang dan pengguna jalan lain. Tapi bagi yang sering naik bus di jalur pantura tentu hal ini sudah dianggap wajar apalagi jalur yang dilalui dalam kondisi macet.

Penumpang yang menuju arah Cirebon dan Kuningan sangat banyak, dan membuat bus penuh sesak oleh penumpang. Semula masih terasa udara dari pendingin ruangan kini berganti peluh keringat karena berdesak-desakan.

Empal Gentong H. Apud (Dok. Pribadi)
Empal Gentong H. Apud (Dok. Pribadi)
Karena perut mulai lapar, akhirnya kami bertiga turun di RM H. Apud untuk menikmati empal gentong atau empal asem yang paling terkenal di wilayah Cirebon. Setelah makan empal gentong dan sate akhirnya kami menuju hotel di Cirebon yang sudah dipesan sebelumnya menggunakan transportasi online.

Sesampainya di hotel kami beristirahat sebentar, karena ada janji dengan salah seorang Kompasianer akhirnya kami langsung menuju tempat yang sudah ditentukan. Kami bicara banyak hal tentang ngeblog di Kompasiana, dan banyak hal lainnya termasuk mulai menyinggung informasi terbaru tentang Virus Corona yang mulai melanda Indonesia. Setelah puas ngobrol dengan salah satu kompasianer tersebut, saya pamit untuk kembali ke hotel.

Menginap di hotel di Cirebon (Dok. Pribadi)
Menginap di hotel di Cirebon (Dok. Pribadi)
Kabar terbaru saat itu, Gubernur Jawa Barat sudah mengeluarkan himbauan kepada seluruh pelajar di Jawa Barat untuk belajar di rumah mulai hari Senin tanggal 16 Maret 2020 hingga tanggal 29 Maret 2020 untuk mencegah penyebaran virus Corona. 

Di grup whatsapp guru sudah mulai ramai bahwa Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten sedang rapat dadakan untuk memutuskan besok masuk sekolah atau belajar di rumah. Hingga akhirnya pada saat saya dan keluarga makan mie get Cirebon muncul kabar bahwa mulai besok para pelajar dari tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK belajar di rumah. Mendengar kabar tersebut, saya berbicara dengan istri dan anak saya bahwa virus corona sudah semakin menyebar ke berbagai daerah sehingga semua siswa mulai Senin akan belajar di rumah.

Mie Get Cirebon (Dok. Pribadi)
Mie Get Cirebon (Dok. Pribadi)
Hari Minggu saya masih bisa menikmati jalan-jalan di Kota Cirebon, karena belum ada larangan atau penutupan wilayah. Sehingga kami bebas berbelanja di mall, makan di rumah makan dan lain-lain. Hingga akhirnya pada siang hari kami sekeluarga pulang ke Indramayu lagi.

Malam itu sudah banyak siswa menanyakan keputusan apakah besok masuk sekolah atau tidak. Tetapi karena surat resmi dari dinas belum keluar maka pihak sekolah sepakat untuk masuk dengan catatan siswa diberi sosialisasi tentang virus corona.

Saya diminta oleh wakasek untuk menjelaskan tentang ciri-ciri seseorang yang terkena virus corona, dimana gejalanya adalah seperti demam, masuk angin, flu, pilek, batuk, tenggorokan kering layaknya penyakit pada umumnya tetapi yang membedakan virus ini akan masuk ke sistem pernafasan sehingga orang yang terkena akan sesak nafas dan bisa meninggal dunia.

Sebagai pembina upacara (Dok. Pribadi)
Sebagai pembina upacara (Dok. Pribadi)
Selain itu saya juga memberikan penjelasan tentang cara mengatasi virus corona seperti sering-sering mencuci tangan dengan sabun, bersih-bersih kondisi lingkungan sekitar, jaga jarak dengan orang lain atau physical distancing dan social distancing, makan makanan bergizi, olahraga, istirahat yang cukup dan diam di rumah agar terhindar dari penyebaran virus Covid-19. 

Setelah para siswa diberi tugas oleh bapak dan ibu gurunya masing-masing. Para pelajar langsung di pulangkan ke rumahnya masing-masing. Begitu juga bapak dan ibu gurunya langsung pulang menuju ke rumah masing-masing.

Setelah pemberitaan di media mainstream dan televisi yang bertubi-tubi mengenai Covid-19 atau virus corona, maka masyarakat mulai panik. Banyak orang yang berburu bahan makanan untuk persediaan selama beberapa hari di supermarket atau minimarket.

Sumber Kompas.com
Sumber Kompas.com
Selain itu barang-barang seperti masker, hand sanitizer, desinfektan mulai langka di pasaran. Bahkan APD (Alat Pelindung Diri) yang biasa digunakan oleh tenaga medis yang biasanya melimpah bahkan sering diimpor ke luar negeri, tiba-tiba kosong di pasaran bahkan kalaupun ada harganya selangit. 

Ada pula nasabah yang mulai menarik simpanan dari bank secara tidak porposional dengan melakukan penarikan simpanan di bank secara besar-besaran (rush), selain itu banyak pula yang melakukan transaksi spekulasi sekedar mencari keuntungan pribadi, dan melakukan panic selling atau panic redeeming terhadap beberapa produk.

Ditambah lagi penyebaran-penyebaran informasi hoax di media sosial dan aplikasi perpesanan semakin masif  yang membuat orang semakin panik. Mereka seakan-akan ditakuti bahwa orang yang terkena virus corona hidupnya tidak akan lama lagi. Padahal ada banyak orang yang sembuh dari virus Covid-19.

Penyebar berita hoax akhirnya ditangkap (Dok. Kompas.com)
Penyebar berita hoax akhirnya ditangkap (Dok. Kompas.com)
Masifnya informasi hoax tersebut membuat tenaga medis tidak mau pulang karena kalau pulang ke rumah atau ke kontrakannya, masyarakat yang ada di sekitar khawatir tertular virus corona. Begitu juga dengan ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan) jarang yang dijenguk oleh keluarganya karena ketakutan tertular.

Tetapi sebagai seorang guru dan juga blogger yang tinggal di desa, saya merasakan kehidupan di desa berbeda sekali dengan kehidupan di kota yang diberitakan di televisi, dan media mainstream atau media sosial. Masyarakat desa tidak terlalu berlebihan menghadapi virus Corona. 

Inilah beberapa bukti perilaku cerdas masyarakat desa dalam menghadapi penyebaran virus Corona dan membantu pemerintah dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan :

Pertama, Percaya, tawakal dan ikhtiar Kepada Sang Pencipta. Masyarakat desa tetap percaya dan tawakal kepada Allah SWT dengan segala hal termasuk dalam menghadapi musibah virus Corona dengan berpasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT sehingga mereka tidak ada kekhawatiran berlebihan. 

Mereka pasrah dan berserah diri sambil berikhtiar atau berusaha secara sungguh-sungguh baik dalam mencari nafkah atau mengatasi penyebaran virus corona. Mereka yakin bahwa hidup dan mati sudah diatur oleh Sang Pencipta yang penting sudah tawakal dan ikhtiar.   

Pengambilan uang ATM (Dok. Pribadi)
Pengambilan uang ATM (Dok. Pribadi)
Kedua, Tidak ada penarikan uang secara besar-besaran (rush). Karena masyarakat desa jarang yang memiliki tabungan atau deposito yang berjumlah besar. Kalaupun ada hanya penarikan untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan mendesak saja. Sehingga jarang sekali ditemukan masyarakat yang antri panjang di ATM  atau kehabisan dana dalam waktu yang singkat. 

Ketiga, Tidak ada panic buying. Masyarakat di desa membeli bahan makanan atau barang-barang kebutuhan sehari-hari sewajarnya baik di pasar maupun mini market. Terbukti barang-barang di mini market pun tidak ada yang sampai kosong seperti beras, dan minyak sayur.

Persediaan beras dan minyak masih stabil (Dok. Pribadi)
Persediaan beras dan minyak masih stabil (Dok. Pribadi)
Sangat jarang melihat orang desa membeli bahan makanan untuk persediaan selama beberapa hari. Selain karena harganya yang mulai melambung, juga karena tidak memiliki uang banyak.

Mereka sudah sejak lama makan dan minum seadanya dan tidak berlebihan. Lauk pauk cukup dengan tahu, tempe atau ikan yang didapat dari memancing di sungai. Selain itu yang penting ada lalapan dan sambal terasi.

Sayurannya di dapat dari yang mereka tanam seperti labuh atau kembang labuh, kacang panjang, oyong atau emes, dan lain-lain. Buah-buahan dari pinggir pekarangan rumah seperti jambu air, jambu biji dan mangga.  

Petani sedang nyemprot hama (Dok. Pribadi)
Petani sedang nyemprot hama (Dok. Pribadi)
Keempat, Waspada tapi tidak panik berlebihan. Walaupun mereka takut dengan pandemic Covid-19 tetapi mereka tidak takut berlebihan. Mereka tetap beraktivitas ke sawah karena saat ini ada yang sedang musim tanam dan ada juga yang sedang musim panen. Alasan mereka tetap pergi ke sawah adalah kalau mereka tidak bekerja mau makan apa katanya, kecuali pemerintah menanggung biaya hidup selama masa di rumah saja. 

Tetapi Pemerintah Desa dan Kecamatan Gabuswetan Kabupaten Indramayu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan atau Puskesmas sudah melakukan tindakan preventif dengan mengadakan penyemprotan desinfektan di jalan, hingga ke rumah-rumah agar terhindar dari virus corona.

Tempat cuci tangan di depan Bank BRI (Dok. Pribadi)
Tempat cuci tangan di depan Bank BRI (Dok. Pribadi)
Pemerintah Desa dan Puskesmas mengadakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap warganya yang datang dari daerah atau negara lain apalagi yang termasuk zona merah dengan mengadakan pemeriksaan di balai desa secara cuma-cuma. Sehingga masyarakat desa tenang, warga yang baru datang juga nyaman. 

Begitu juga dengan instansi pemerintah, swasta,  minimarket, tempat makan, dan jasa keuangan seperti bank sudah menyediakan air mengalir dengan sabun untuk menghindari penyebaran virus Corona. 

Kelima, Perekonomian tetap berputar. Walaupun di desa tetapi akses internet sudah menjangkau hampir semua wilayah. Sejak pembatasan terhadap berkumpulnya orang, maka kini marak pesanan makanan atau jualan secara online. Bahkan ada beberapa orang yang sudah memanfaatkan pembayaran secara online untuk membeli barang atau makanan secara online.  

Jualan nasi bakar secara online (FB Iwed Na Amru)
Jualan nasi bakar secara online (FB Iwed Na Amru)
Pemilik warung, makanan, atau barang lainnya cukup dibagikan di media sosial atau aplikasi perpesanan lalu pemesanan pun berdatangan. Setelah barang datang, atau makanan selesai dimasak lalu dikirim ke alamat pemesan masing-masing. Dengan demikian perekonomian tetap berjalan di tengah upaya pencegahan penyebaran virus corona. 

Walaupun beberapa orang desa ada yang tidak paham dengan teknologi, dibantu oleh mereka yang melek teknologi dengan menjadi reseller barang kebutuhan sehari-hari atau makanan yang dibuat oleh pedagang tradisional.

Sambal dan lalapan (Dok. Pribadi)
Sambal dan lalapan (Dok. Pribadi)
Keenam, Hidup hemat. Orang desa hidupnya hemat dan sederhana, mereka tidak terlalu pusing dengan banyaknya keinginan. Bagi mereka yang penting bisa makan hari ini dan besok, dan lusa sudah cukup. Mereka tidak banyak keinginan untuk bermewah-mewah. Jarang sekali orang desa yang memiliki keinginan untuk membeli mobil yang harganya selangit, membangun rumah mewah karena memang uangnya tidak ada. Mereka merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.

Ketujuh, Cinta Rupiah. Masyarakat desa lebih mencintai rupiah ini terbukti dengan tidak ada yang memborong dolar dan menjualnya lagi pada saat harganya tinggi. Mereka lebih suka menggunakan uang rupiah untuk keperluan sehari-hari. Sehingga akan terjaga stabilitas rupiah untuk orang-orang desa.

Jadi walaupun sebagian masyarakat desa berpendidikan rendah tetapi kita harus belajar dari mereka dalam banyak hal. Mungkin dengan cara-cara ini, sistem keuangan di Indonesia akan stabil dan bisa membantu pemerintah mengatasi penyebaran virus Corona atau Covid-19. 

Oleh karena itu, kita tidak usah malu untuk belajar kepada orang-orang desa dalam menghadapi ketidakpastian terutama dalam menghadapi wabah pandemi global ini dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Mereka tetap hidup sederhana, aman damai dan semoga bisa tetap sehat lahir dan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun