Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah yang Dilakukan Guru Honorer untuk Memenuhi Kebutuhan Hidupnya

12 Januari 2020   22:05 Diperbarui: 12 Januari 2020   22:15 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru PNS dan Honorer (youtube/Nesaga TV)

Beberapa hari ini guru-guru yang mengajar di sekolah negeri sedang menghadapi dilema, karena aturan absensi menggunakan fingerprint yang terhubung dengan dapodik. Pasalnya aturan absensi tersebut membebani guru-guru baik guru PNS, terlebih guru honorer.

Guru honorer selama ini mengajar tidak full di satu sekolah khususnya untuk guru SMP. Mereka yang hanya kebagian mengajar beberapa jam saja tentu bisa memanfaatkan mengajar di sekolah lain atau usaha yang lain. Tetapi dengan adanya aturan absensi fingerprint ini sulit dilakukan terutama yang rumahnya jauh dari sekolah. Mereka hanya bisa mengajar di satu sekolah dan usaha setelah kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Aturan absensi guru menggunakan fingerprint, sebenarnya masih pro-kontra dan beberapa sekolah di beberapa daerah belum menerapkan hal tersebut. Berikut ini beberapa hal yang menjadi pro-kontra aturan absensi fingerprint :

Pertama, guru menghadapi orang bukan benda. Guru menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan murid bukan benda. Guru menghadapi berbagai karakter dan berbagai permasalahan. Setiap hari tidak akan sama permasalahannya.  

Kedua, guru mentransfer ilmu dan mendidik siswa. Bukan hanya tenaga yang dikeluarkan oleh guru tetapi juga pikiran bagaimana bisa mentransfer ilmu dengan baik dan juga mendidik siswa agar lebih baik. Guru harus memiliki kesabaran dan memberikan tauladan yang baik kepada siswa dan siswinya.

Ketiga, absensi fingerprint masih bisa dimanipulasi. Secara teknis absensi fingerprint sulit untuk dimanipulasi karena pada saat fingerprint, jam berapapun guru melakukan fingerprint maka akan tercatat baik pada saat absen masuk ataupun pulang. 

Begitu juga dengan pelaporan yang tidak bisa diedit menggunakan Microsoft Excel karena langsung dicetak dan diserahkan kepada dinas pendidikan kabupaten atau kota. Tetapi teknologi selalu ada celah, termasuk teknologi fingerprint yang membuat guru jadi tidak jujur.

Celah tersebut bisa dimanfaatkan oleh oknum guru dengan masuk pagi hari kemudian fingerprint lalu pulang tidak masuk kelas, dan kembali ke sekolah untuk fingerprint saat pulang. Padahal yang paling penting menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru yakni Nadiem Makarim adalah guru berada di kelas bukan hanya perangkat pembelajaran yang lengkap atau fingerprint saja.   

Celah lain adalah ada oknum guru menggunakan sidik jari orang lain pada saat merekam data absensi fingerprint. Mereka mencari orang yang dianggap paling rajin atau paling sering berada di sekolah. Tentu hal ini tidak dibenarkan oleh aturan tetapi ini sering terjadi di lapangan dan pengambil kebijakan tidak mengetahui hal tersebut.

Keempat, guru honorer butuh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Guru honorer di SD atau SMP negeri hanya mendapatkan penghasilan di bawah UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) bahkan ada guru yang hanya mendapatkan gaji 200-300 ribu per bulan, dan dibayar pada saat BOS (Bantuan Operasional Sekolah) cair.

Maka tidak heran banyak guru yang nyambi bekerja di bidang lain atau usaha sendiri. Diantara pekerjaan yang sering dilakukan oleh guru honorer untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah sebagai berikut :

Guru Les. Selain mengajar di sekolah, ada beberapa guru yang menjadi guru les terutama mata pelajaran tertentu seperti guru bahasa Inggris, matematika, dan seni. Dengan menjadi guru les tentu mereka mendapatkan penghasilan di luar sebagai guru honorer.

Tukang Ojek. Ada beberapa guru yang nyambi sebagai tukang ojek, baik ojek online maupun ojek pangkalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jualan Pulsa. Selain mengajar, ada beberapa guru yang bisnis jualan pulsa, kartu perdana, jual token dan bisnis pembayaran online. Konsumennya tidak hanya di sekitar rumahnya tetapi di antara rekan-rekan guru di sekolah.

Jualan Jus/Minuman. Setelah pulang sekolah atau saat tidak ada jam mengajar ada beberapa guru honorer yang jualan jus atau minuman lainnya untuk menambah penghasilannya sebagai seorang guru honorer.

Jualan makanan. Tidak hanya minuman yang dijual oleh guru honorer saat tidak ada jam mengajar atau setelah jam pulang sekolah. Tetapi ada juga beberapa guru honorer yang berjualan makanan di sekolah dengan dititipkan di koperasi atau kantin, atau jualan sendiri di rumahnya.

Jualan pakaian. Di saat senggang, ada beberapa guru honorer yang memanfaatkan untuk berjualan pakaian baik sesama guru di sekolah, atau di rumah. Ada juga yang menjualnya secara online dengan memanfaatkan media sosial yang mereka miliki.

Bisnis digital. Ada juga rekan-rekan guru honorer yang sudah bisa memanfaatkan internet untuk mendapatkan penghasilan seperti menjadi blogger, youtuber, jual beli logo, gambar atau video dan bisnis digital lainnya.

Sebagai seorang blogger, tentu bukan hanya mengkritik kebijakan tanpa memberikan solusi. Berikut solusi yang bisa diambil oleh pemerintah.

Pertama, Evaluasi aturan absensi fingerprint. Guru memiliki tanggungjawab sendiri, dan penilaian yang paling baik bukan dari atasan atau sesame guru tetapi dari murid dan masyarakat. Murid akan menilai guru yang malas dan rajin di kelas, dan akan menceritakan guru yang rajin dan malas kepada orang tuanya.

Kedua, Memberi kesejahteraan kepada guru honorer. Selama ini belum ada perhatian lebih dari pemerintah pusat kepada guru honorer di sekolah negeri. Mereka mayoritas masih mendapatkan penghasilan di bawah UMK oleh karena itu solusinya adalah mencari cara bagaimana memberikan penghasilan minimal kepada guru honorer.

Itulah beberapa solusi untuk memperbaiki permasalahan guru di negeri ini. Semoga pengambil keputusan di negeri ini lebih bijak lagi terhadap guru baik yang PNS apalagi guru honorer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun