Melihat perkembangan media sosial dewasa ini, rasanya semakin hari semakin miris melihat dan membacanya. Apalagi sejak pemilihan presiden 2014 lalu para pendukung kedua pasangan seolah-olah saling menyerang, menjelekkan bahkan hingga saling membenci satu sama lain.
Sejak saat itu media sosial terasa tidak hangat lagi seperti tahun pertama (2009) saya menggunakan media sosial facebook yang begitu akrab dan hangat antara pengguna yang satu dengan yang lain. Bahkan saya bisa menemukan kembali teman-teman waktu SMP, SMA yang telah puluhan tahun tidak bertemu.
Media sosial sangat membantu orang yang kehilangan saudara, tetangga, keluarga bahkan orang tuanya sendiri selama bertahun-tahun. Tetapi kini rasanya dunia media sosial disesakkan dengan banyaknya hujatan, cacian, saling hina, saling ejek antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain, pendukung yang satu dengan pendukung yang lain.
Apalagi tahun 2018, dan tahun 2019 merupakan tahun politik. Dimana tahun ini ada pemilihan kepala daerah tingkat II dan tingkat I di berbagai wilayah Indonesia. Suasana di media sosial semakin saling serang dan mencari kesalahan pasangan atau calon lain.
Sementara itu pada tahun 2019 ada pemilihan legislatif, presiden dan wakil presiden bisa dipastikan media sosial akan semakin penuh dengan dukung mendukung, caci mencaci antara pendukung yang satu dengan pendukung yang lain.
Saya membuat tulisan ini bukan berarti saya pendukung Jokowi atau pembenci Prabowo atau sebaliknya karena saya mempunyai prinsip bahwa mencintai seseorang tidak boleh berlebihan dan membenci seseorang tidak boleh berkepanjangan.
Mencintai seseorang tidak boleh berlebihan artinya kita boleh mencintai seseorang tetapi sewajarnya saja jangan terlalu fanatik karena semua orang pasti memiliki kekurangan dan juga kesalahan kecuali dia adalah seorang Nabi yang kita yakini akhlak dan kepribadiannya, dan juga harus diteladani.
Membenci seseorang tidak boleh berkepanjangan maksudnya adalah kita tidak boleh membenci seseorang berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan hingga akhir hayat. Sebagai orang Islam bahkan kita dilarang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam.
Sebagai seorang pendidik tentu saya sangat sedih dan menyayangkan ketika pada politisi, pejabat, atau siapapun yang berseberangan dengan pemimpin sekarang kemudian dia mencaci maki, menghujat pemimpin yang sedang berkuasa. Karena dampaknya adalah akan ditiru oleh anak sekolah saat ini. Mereka beranggapan para siapapun boleh menghujat, menghina, mencaci maki.
Padahal hal tersebut tidak diajarkan oleh para guru di sekolah. Para guru mengajarkan kepada anak didiknya bagaimana cara menghormati orang lain, bertingkah laku yang sopan dan berbahasa yang santun. Sementara di luaran mereka melihat kenyataan yang berbeda dengan yang diajarkan oleh gurunya.
Saya terkadang bingung dan suka merenum dalam hati dengan orang yang suka menghujat, menghina, mencaci maki termasuk kepada Jokowi yang sekarang sedang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Apakah mereka tidak punya hati? Seandainya mereka dihujat, dihina, dicaci maki apakah mereka tidak marah, atau tidak akan dendam?. Tentu sebagai orang yang normal akan marah ketika kita dihina, dicaci maki, atau dihujat.