Tanggal 13 Desember 2017 kemarin sebanyak 138 desa di kabupaten Indramayu baru saja melaksanakan pesta demokrasi yakni pemilihan kuwu atau kepala desa. Kegiatan pemilihan kuwu di Indramayu mayoritas berjalan dengan tertib dan lancar walaupun ada dua desa yang bermasalah itu pun karena salah satu pendukungnya melampiaskan kekecewaannya.
Ada beberapa catatan menarik selama kegiatan pemilihan kuwu di Indramayu yang berlangsung kemarin. Berikut ini saya rangkum dari perjalanan para calon kuwu atau kepala desa sebelum mendaftarkan diri, pelaksanaan kampanye, saat pencoblosan dan sesudah pencoblosan.
Pertama, cara memperkenalkan diri sebelum pemilihan. banyak hal yang dilakukan oleh calon kuwu atau kepala desa agar dirinya bisa memenangkan pemilihan kuwu diantaranya ada yang sering memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat sekitar, ada yang sering memberikan bantuan pengerasan gang  atau jalan, melayat orang meninggal dunia dan memberikan bantuan kepada keluarganya.
Ada juga sering memperkenalkan diri pada kegiatan-kegiatan keagamaan, budaya seperti ngunjung, nadran, baritan, sedekah bumi dan lain-lain. Semua itu digunakan untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat bahwa dirinya akan maju pada pencalonan kepala desa atau kuwu di desanya.
Bahkan ada yang mengajak masyarakat jalan-jalan atau ziarag gratis jauh sebelum pemilihan kuwu atau kepala desa sehingga masyarakat merasa senang dengan pemberian secara cuma-cuma terssebut. Sementara itu para incumbent atau petahana yang ingin maju ke pemilihan kuwu yang kedua melakukan berbagai hal yang bisa menarik simpati rakyat seperti pengerasan jalan dan gang, memberikan berbagai bantuan untuk warganya.
Kedua,Dana pemilihan kuwu tahun ini dibiayai oleh APBD.Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya anggaran untuk pemilihan kuwu atau kepala desa sekarang dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten Indramayu. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mengambil dana dari calon kuwu yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta.
Tetapi calon kuwu tidak serta merta tenang dengan biaya karena ditanggung oleh APBD, karena biaya curnis (Ngucur Manis) istilah untuk ngopi di rumah calon kuwu dari beberapa calon kuwu yang sempat saya temui ternyata dalam satu hari bisa mencapai 2 juta lebih.
Waktu penetapan calon hingga ke pencoblosan agak lama hampri dua bulan, bisa dihitung sendiri biaya yang dikeluarkan oleh calon kuwu bisa mencapai ratusan juta. Selain itu banyak warga yang memanfaatkan pada calon kuwu dengan hal-hal yang diluar biasanya seperti meminta kopi untuk di rumah, sembako bahkan hingga pinjam uang pun ke calon kuwu.
Ketiga, Calon kuwu anak dan ibu ada juga suami isteri.Tidak mau pencalonannya diundur atau gagal karena tidak ada calon kuwu lain yang maju maka caranya dengan mengajukan calon dari keluarganya sendiri. Ada yang ibu dengan anaknya, ada juga suami dengan isterinya, atau adik dan kakaknya.
Tentu dengan cara seperti ini bisa dipastikan salah satu keluarganya masih menduduki sebagai kuwu di desanya, entah itu ibu atau anaknya, suami atau isterinya, atau kakak dengan adiknya. Berbeda dengan calon kuwu dengan lawan orang lain yang bisa mengeluarkan dana bahkan hingga milyaran rupiah agar bisa terpilih menjadi kuwu atau kepala desa.
Keempat, Banyak Petahana yang tumbang.Pada pemilihan kuwu atau kepala desa kali ini ada beberapa calon yang berasal dari kuwu incumbent atau petahana. Dari sekian banyak petahana ternyata mayoritas petahana tumbang dengan calon kuwu yang baru. Alasan pemilih tidak lagi memilih calon petahana adalah karena kinerjanya kurang baik dan tidak ada perubahan atau pembangunan yang mencolok di desanya. Padahal saat ini sudah ada dana desa dari pemerintah pusat yang mencapai 1 milyar. Â
Walaupun dari beberapa kasus ada yang menggunakan money politik dengan memberikan uang atau istilahnya sodakoh kepada masyarakat tidak mampu tetapi cara ini tidak berarti. Masyarakat mulai cerdas dengan cara menerima pemberian uang atau barangnya, tetapi coblosnya ke calon kuwu yang lain.
Kelima, uang bukan segala-galanya.Banyak yang beranggapan bahwa uang banyak bisa mengalahkan segalanya. Tetapi kenyataanya tidak demikian, ada beberapa calon kuwu yang gagal menjadi kuwu karena uang yang disiapkan tidak tepat sasaran.
Di desa biasanya ada yang namanya kader, kader ini mempunyai peran penghubung antara calon kuwu dan pemilih. Kader yang bertugas mengajak pemilih untuk mencoblos calonnya ada yang berupa iming-iming uang ada juga barang. Tetapi kenyataannya ada beberapa kader yang menguntungkan diri sendiri dengan tidak memberikan uang dan barang kepada calon pemilih tetapi digunakan sendiri. Hanya sebagian kecil saja yang diberikan kepada calon pemilih.
Itulah beberapa ulasan tentang demokrasi pemilihan kuwu di Indramayu yang mungkin bisa menjadi pelajaran bagi siapa saja yang ingin berkompetisi dalam pemilihan anggota DPRD tingkat II, DPRD tingkat I, DPR Pusat, pemilihan bupati, gubernur, atau bahkan presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H