Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Untuk Orang Tua/Wali Murid

30 Januari 2017   05:56 Diperbarui: 30 Januari 2017   05:58 3092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan bersama sebagai pembelajaran kebersamaan (Dokumen Pribadi)

Kepada

Yth. Orang tua/Wali Murid

Di manapun

Bapak dan ibu tugas seorang guru di kelas bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Kalau hanya mengajar tentu siapa pun bisa mengajar yang penting bisa berdiri, dan berbicara di depan kelas dengan pengetahuan seadanya sudah cukup.

Tetapi kami sebagai seorang pendidik harus mendidik putera dan puteri bapak dan ibu. Mungkin bapak dan ibu tidak mengetahui kelakuan dan tingkah laku putera dan puterinya, karen kesibukan mencari uang atau lainnya.

Terkadang mereka di sekolah sudah melebihi batas wajar dan sulit diatur. Bukan hanya membuat gaduh di kelas saat belajar, tetapi mereka sudah bertindak di luar kewajaran. Dari yang membawa obat terlarang, meloncat pagar sekolah, merusak peralatan sekolah, merokok dan mabuk di toilet, meminta uang ke temannya, bahkan berkelahi di kelas.

Apakah guru diam melihat hal-hal tersebut? Kalau bapak dan ibu jadi guru kira-kira apakah mendiamkan hal tersebut? Saya yakin bapak dan ibu tentu tidak akan tinggal diam. Sama halnya dengan kami sebagai pendidik tentu tidak akan tinggal diam. Guru akan memanggil anak-anak tersebut dan memberikan sanksi kepada mereka.

Tetapi sebagai manusia, guru pun ada kalanya lepas kendali sehingga tidak bisa menahan emosinya karena anak yang dinasehati sudah melakukan hal-hal yang melanggar tata tertib sekolah berulang kali tetapi tetap saja melakukan hal tersebut.

Selama ini, tidak ada guru yang melaporkan anak didiknya ke polisi saat ada anaknya berkelahi di kelas, saat ada anak yang membawa narkoba di tasnya, saat mereka membolos dan merusak peralatan sekolah. Guru hanya memanggil dan menasehati.

Tetapi saat guru lepas emosi dan kendali, dengan mudahnya bapak dan ibu melaporkan ke Polisi. Dengan mudahnya bapak dan ibu melaporkan ke oknum wartawan untuk menekan guru agar di proses secara hukum.

Tidakkah bapak dan ibu mengintrospeksi anak bapak dan ibu terlebih dahulu?. Tanyakan kepada teman-temannya, tanyakan kepada guru yang lain sebelum melaporkan kepada pihak berwajib. Karena di zaman sekarang anak sendiri bisa berbohong dan mengarang cerita memojokkan guru.

Sekarang saya bertanya kepada bapak dan ibu, kira-kira bisa tidak bapak dan ibu mendidik anak sendiri, memberikan pelajaran sendiri, memberikan ujian sendiri, dan buat ijazah sendiri. Karena bapak dan ibu tidak percaya lagi kepada kami para guru.

Guru-guru mendidik putera-puteri bapak dan ibu karena mereka sayang. Bapak dan ibu tentu tidak pernah tahu kebaikan guru.  Guru-guru dengan rela memberikan sebagian uang gajiannya untuk anak-anak yatim piatu, anak yang tidak mampu, membelikan sepeda kepada anak didiknya yang tidak mampu.

Tapi sudahlah kebaikan guru setinggi gunung pun tidak akan mampu mengalahkan keburukan seujung kuku. Tetap semangat kawan-kawan guru di Indonesia

Salam dari kami

Guru Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun