Manusia, alih-alih bekerja (dapat uang) untuk memperoleh kebahagiaan, justru manusia itu malah tenggelam dalam ketidakbahagiaan, penderitaan dan penuh tekanan dengan pekerjaannya. Karena manusia, bekerja bukan atas pilihan-pilihan sendiri melainkan karena keterpaksaan. Terpaksa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat materi.
Dan akhirnya, dalam keterpaksaan itu manusia tidak akan menemukan kesenangan/kebahagiaannya. Kerja yang hanya mengejar upah untuk memenuhi kebutuhan merupakan kerja yang tak bermakna atau kerja yang kehilangan "nilai"-nya.
Pemaknaan (be)kerja bukan hanya bagaimana manusia itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup. Maka kerja haruslah kerja yang mengandung "nilai". Kerja yang mengandung "nilai" adalah wujud kemanusiaan itu sendiri, sebagai esensi bukan sebatas eksistensi belaka. Esensi sebagai manusia yang bebas merdeka.Â
Kerja manusia tidak hanya dalam bentuk profesi (karyawan, buruh PNS dsb) dan mendapatkan upah (uang), akan tetapi bisa juga dalam bentuk pengabdian dalam usaha-usaha memperbaiki kualitas kehidupan manusia dengan kepuasan hati, kesenangan bahkan kebahagiaan sebagai timbal baliknya.
Maka menjadi manusia itu tidak harus memenuhi segala kebutuhan materinya, apalagi kebutuhan-kebutuhan semu yang diciptakan oleh pasar demi perkembangan sistem ekonomi kapital yang hanya mementingkan keuntungan materi (uang).Â
Karena pasar menuntut manusia hanya memikirkan bagaimana mendapat uang, dengan cara-cara apapun, bahkan yang melanggar nilai-nilai manusia itu sendiri.Â
Menjadi manusia cukup dengan menikmati setiap kehidupan dengan landasan kebebasan sebagai pengejewantahan "pilihan merdeka" manusia. Sebagaimana tercantum dalam teks Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Bab II mengenai Pengertian-pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan "...seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara harmonis...". Jadi kita manusia, akan selalu menilai manusia dari nilai-nilai kemanusiaannya bukan dari pekerjaan apa yang dilakukan, atau bahkan seberapa banyak upah didapatkan.
Mari memanusia kemudian mati bahagia, dengan menikmati dua gelas es teh. Ada yang mau bergabung?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H