Peternak sapi ini disebut oleh Arief, telah sesuai dengan konsep Circular Economy berkelanjutan dalam pengelolaan limbahnya. "Lokasi peternakan sapi berada di dataran rendah. Jadi, tidak ada limbah dari peternakan yang dibuang ke aliran sungai. Artinya, kami benar-benar selalu memperhatikan lingkungan," timpal Arief.
Konsep Circular Econonomy ini dikatakan Co Founder A+CSR Indonesia, Jalal, bisa menjadi solusi dalam penanganan masalah limbah atau sampah. "Memang penerapan Circular Economy tidak mudah, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang telah lama beroperasi," sebut Jalal.
Ada konsekuensi perusahaan-perusahaan lama bila hendak menerapkan Circular Economy berkelanjutan dalam menangani masalah limbah atau sampah ini. Di antaranya adalah konsekuensi biaya yang tidak sedikit.
Namun demikian, bilamana Circular Economy telah mulai berjalan, perusahaan sebenarnya memperoleh benefit yang tidak sedikit pula. Menurut Jalal, perusahaan bisa menekan biaya operasional perusahaan.
Tak hanya perusahaan semata. "Masyarakat pun memperoleh benefitnya yakni meminimalisir sampah yang bisa merusak lingkungan. Karena dengan Circular Economy, semua sampah produksi termanfaatkan," tegas Jalal.
Jalal bersyukur saat ini kesadaran pentingnya menjaga kelestarian lingkungan mulai tumbuh di kalangan perusahaan dengan mengimplementasikan Circular Economy. Yang lebih membanggakan, kesadaran menerapkan Circular Economy ini justru tumbuh di kalangan generasi milenial atau Gen Z yang memulai bisnis usaha. Â Â (Didit B. Ernanto)*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H