Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kecantikan Perempuan Suku Baduy, Suatu Kenangan Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy

11 Januari 2025   21:12 Diperbarui: 11 Januari 2025   21:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama temen temen guru PPPK, sumber dokumen pribadi 

Kecantikan Perempuan Suku Baduy, Suatu Kenangan Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy.

              "Aih manih geulis " 

demikian celetukan yang keluar dari mulut Abah Ali merasa heran melihat sosok gadis gadis cantik perempuan suku Baduy.

" Geuning langsing Langsing  keneh nya" tambah penasaran Abah Ali setelah melihat ibu ibu paruh baya yang sedang menjemur pakaian didepan rumah tetapi tubuh perempuan itu tetap langsing.

Kekaguman Abah Ali beralasan, karena selama ini menurut pandangan Abah Ali bahwa masyarakat suku Baduy merupakan masyarakat biasa seperti masyarakat kampung pedalaman lainnya. Masyarakat dimana  ibu ibu dan gadis gadisnya tidak mempunyai keistimewaan, ternyata gadis gadis dan ibu ibu masyarakat suku Baduy berkulit putih dengan pipi merah merona, langsing cantik dan anggun. 

Sudah dipastikan bagi siapa saja baik laki laki maupun perempuan yang datang ke Baduy kemudian bertemu dengan perempuan Baduy akan berdecak kagum atas kecantikan nya, begitu juga dengan Abah Ali walaupun asli Bogor, lama tinggal di Bandar Lampung tetapi baru kali pertama mengunjungi suku Baduy.

Awal nya ayah didi bersama Dudung Abdul Qodir dan Abah Ali ingin menikmati buah Duren, diputuskan lah mengunjungi sahabat lama Kiai Waseh di Rangkas Bitung sebagai penghasil Duren di Lebak. Oleh Kiai Waseh, ayah didi bersama temen temen  di bawa ke Ciboleger tempat penghasil Duren sekaligus sambil Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy.

Suku Baduy merupakan suku asli Indonesia yang berada di Pegunungan kampung Ciboleger,  Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten. Tradisi dan budaya merupakan dua hal yang masih sangat dijaga oleh masyarakat Suku Baduy

Sore itu suasana area parkiran Ciboleger Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy penuh kendaraan pengunjung dengan beraneka jenis dan bentuk dari sedan, mini bus hingga bus bus Wisata. Hal ini menandakan bahwa tempat Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy sudah dikenal serta banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Jarak tempuh Jakarta ke Ciboleger   lebih kurang 2,5 jam menggunakan kendaraan pribadi melalui jalur tol Jakarta - Merak. Sebelum pintu tol Serang Timur kendaraan keluar di pintu tol Kragilan menuju tol Panimbangan, kemudian  keluar di pintu tol terakhir Rangkas Bitung.

Setelah memarkir kendaraan, kemudian turun berjalan kaki sekitar 1 km dengan kondisi jalan menanjak menuju rumah tukang duren yang bernama Kang Asmun.

             Masjid Jami 


Karena saat itu masuk waktu shalat Ashar maka istirahat sholat Ashar terlebih dahulu di masjid Jami yang berlokasi persis  di pinggir jalan menuju ke pemukiman warga Baduy.

Masjid dua lantai terlihat modern dengan arsitektur masa kini dilengkapi lantai keramik serta pintu kaca lebar membuat masjid terlihat anggun di tengah rumah rumah adat Suku Baduy.

Sepanjang kiri kanan jalan yang dilalui  terdapat rumah makan, toko kelontong hingga tukang jualan hasil bumi penduduk masyarakat suku Baduy, seperti petai gula merah dan Duren. Penjual gula merah dan Duren yang paling mendominasi sepanjang jalan menuju ke tempat Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy.

Guru SD PPPK 


Sebelum sampai ke rumah Kang Asmun pedagang duren yang dituju, terdapat bangunan Sekolah Dasar Negeri. Di sekolah tersebut berkumpul serombongan guru guru PPPK dari Lebak dan sekitarnya yang dipimpin oleh Ade Bukhori. Ade Bukhori adalah mantan pengurus guru honorer Kabupaten Lebak, yang sekarang menjadi pimpinan perkumpulan Guru PPPK. Ade Bukhori dkk sengaja hadir di Baduy untuk bertemu dengan ayah didi dalam rangka persiapan pembentukan organisasi PPPK PGRI.

Rombongan Guru PPPK pimpinan Ade Bukhori kemudian bergabung dengan rombongan ayah didi bergerak bersama sama menuju ke rumah penjual duren Kang Asmun.

Rumah Adat Sulah Nyanda Kang Asmun 


Rumah penjual duren Kang Asmun letaknya hanya 50 meter dari batas gerbang antara penduduk umum Ciboleger dengan penduduk Suku Baduy Luar.  Letaknya persis  tiga rumah dari rumah bangunan Saba Budaya. Rumah Sabda Budaya merupakan tempat pusat informasi Wisata Alam  dan Budaya Suku Baduy .

Rumah Kang Asmun bukan hanya menjual buah Duren, tetapi menjual juga Kopi asli Baduy, Gula merah dan berbagai pakaian adat suku Baduy. Rumah panggung berukuran 9 M  X 9 M terbuat dari bilik pagar panggung dengan kontruksi batu sebagai alas panggung nya disebut Rumah Adat Sulah Nyanda . Rumah yang diisi seorang istri dan 3 anak anak itu sudah dilengkapi dengan penerangan listrik.

 Rumah Adat Sulah Nyanda adalah tempat tinggal tradisional yang ditempati oleh Suku Baduy. Nama Sulah Nyanda sendiri terinspirasi oleh bentuk atap rumah adat ini, yang mirip dengan posisi perempuan yang baru saja melahirkan, yaitu tidak tegak lurus dan bersandar.

Di Rumah Adat Sulah Nyanda milik Kang Asmun ayah didi bersama temen temen menikmati buah  Duren asli tanaman Suku Baduy, sambil ngobrol mendiskusikan tentang masa depan organisasi guru PPPK pimpinan Ade Bukhori.

Seperti biasa Dudung Abdul Qodir lah yang paling banyak menyantap buah Duren , sedangkan ayah didi karena faktor usia lebih berhati hati untuk sekedar mencoba rasa duren  saja. Rasa duren yang lezat manis dan beraroma khas membuat kenangan tersendiri bagi temen temen dan ayah didi. Hal ini bisa dibuktikan karena duren yang dijual kang Asmun diborong seluruhnya oleh Kiyai Waseh, untuk dibawa ke Jakarta sebagai oleh oleh.

Kang Asmun sendiri merupakan bagian dari masyarakat Baduy luar yang beberapa waktu lalu dibina langsung dalam bidang UMKM oleh Kiai Waseh, saat Kiai Waseh menjadi pejabat di salah satu Dinas di  Kabupaten Lebak .

Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar 

Suku Baduy sendiri terbagi menjadi suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar . Suku Baduy Luar seperti Kang Asmun secara tradisi dan norma telah dipengaruhi oleh budaya modern. Ketua adat atau biasa disebut Jaro sudah membolehkan warga nya untuk mempergunakan alat elektronik maupun produk buatan pabrik, berbeda dengan Suku Baduy Dalam yang belum diperbolehkan oleh Puun atau ketua Adat nya untuk mengenal listrik dan barang barang buatan pabrik. Suku Baduy Dalam tidak mengenal adanya perubahan sedikitpun berbeda dengan Suku Baduy Luar yang sudah banyak mengalami perubahan.

Sesuai dengan namanya Suku Baduy Luar terletak di bagian luar dan lebih banyak jumlah warganya serta mendiami daerah Keduketuk, Cikaju, Gajeboh, Kadu kolot,Cisagu.  Sedang kan Suku Baduy Dalam mendiami hutan bagian dalam ke arah selatan tersebar di Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Tidak semua pengunjung atau wisatawan dapat sampai ke pemukiman Suku Baduy Dalam di pedalaman hutan ke arah selatan, karena jarak tempuh dan medan perjalanan yang tidak mudah, di butuhkan perjalanan lebih kurang 4 jam jalan kaki bisa sampai ke pemukiman Suku Baduy Dalam.

Untuk membedakan kedua Suku Baduy dilihat dari warna pakaiannya yang dikenakan sehari hari, Suku Baduy Luar berpakaian warna hitam dengan bawahan warna hitam atau biru, sedangkan Suku Baduy Dalam warna pakaiannya Putih Untuk atasan dan hitam untuk bawahan. Sudah dipastikan warga Suku Baduy Dalam kemana mana  tidak menggunakan alas kaki seperti sandal.

Santap Nasi Ngaliwet


Sepulang pesta Duren di rumah Kang Asmun di wilayah Suku Baduy Luar,  ayah didi dan temen temen bersama rombongan guru PPPK mampir di rumah kediaman Kiai Waseh di Cipanas untuk santap nasi diwaktu malam. Rupanya istri tercinta Kiai Waseh sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut tamu istimewa nya dengan makan malam ala Kampung Cipanas yaitu Ngaliwet. Tradisi Ngaliwet merupakan bentuk penghargaan kepada tamu dalam bentuk menyediakan makanan. Ngaliwet adalah masakan yang terbuat dari nasi dengan bumbunya yang dicampur saat memasak kemudian disajikan dalam bentuk digelar di atas daun pisang kemudian makan bersama sama. Lauk ikan asin dan lalap jengkol dan petai merupakan ciri khas makan Ngaliwet, ayam goreng, tahu tempe dan bebek bakar yang disajikan tuan rumah malam itu hanya sebagai menu tambahan.

Bagaimana Perasaan Abah Ali setelah Makan dengan Menu  Ngaliwet?

Rasa senang dan bahagia terlihat terpancar dari wajah Abah Ali, setelah menikmati pemandangan alam dan budaya suku Baduy, menikmati keindahan penampilan cantik nya gadis dan perempuan Suku Baduy ditambah Ngaliwet dengan menu Bebek bakarnya nyonya Kiyai Waseh, lengkaplah rasa senang dan bahagia malam itu.

Pulang ke Jakarta dari Cipanas lewat Jasinga


Pukul 22.00 tepat, setelah ngobrol dan ngopi sebagai penutup makan di waktu malam ayah didi dkk mohon pamit izin undur diri kepada tuan rumah nyonya Kiai Waseh, untuk kembali ke Jakarta.

Pulang ke Jakarta dari rumah Kiai Waseh di Cipanas, tidak lagi kembali ke Rangkas Bitung melalui tol Jurusan Merak Jakarta, melainkan ayah didi dkk mengambil jalur pulang ke Jakarta melalui Jasinga, Leuwiliang Bogor kemudian masuk tol Jagorawi. Di selingi mampir istirahat ngopi di Darmaga Bogor sampai di Jakarta tepat pukul 00.30 dinihari.

Sehari setengah malam perjalanan Wisata Alam dan Budaya Suku Baduy sambil makan Duren dan Ngaliwet serta ngobrolin masa depan organisasi guru PPPK, ayah didi bersama Kang Dudung, Abah Ali,Kiai Waseh serta Ade Bukhori dan guru guru PPPK Kabupaten Lebak, merupakan kisah perjalanan anak bangsa aktifis guru yang mengasyikkan dan penuh kenangan.

Tidak ada salahnya bagi temen temen sahabat semuanya bila ada kesempatan ke daerah Banten, untuk mampir menikmati wisata alam dan budaya suku Baduy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun