Berkunjung ke Masjid Jami Assalafiyah
Bagian 1
Kiara pencekik Hubungan nya dengan Lingkungan
Part 4
Cerita tentang pohon Kresek atau Grasak,Ara susu,Kiara koneng atau Kiara bodas yang dikenal secara luas disebut Kiara pencekik alias Beringin pencekik belum lah usai. Kakek bersama temen temen ustadz Sahrul , Kodil,Bule, Ewin dan Usuf bertempat di KTH 5 masih lanjut bercengkerama ngobrolin tentang pohon besar itu.
KTH 5 sendiri suatu tempat dengan luas kira kira 400 meteran persegi berupa tanah kosong bekas lokasi penjualan sapi saat lebaran Idhul qurban tiba. Lokasi ini di jadikan untuk tempat berkegiatan ustadz Sahrul bersama temen temennya.Â
Letak KTH  5 sendiri, sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk yang dijadikan tempat usaha  penjual kayu, sebelah Selatan dibatasi oleh jalan raya, bagian Timur berbatasan dengan rumah tinggal yang lama tidak ditempati oleh pemiliknya sedangkan sebelah Utara dibatasi oleh sungai Sunter.
Dengan posisi seperti itu tempat di KTH 5 cocok untuk ngobrol,diskusi dan berkegiatan karena relatif jauh dari pemukiman warga, hingga bila ngobrol dengan suara keras pun tidak akan menimbulkan kebisingan bagi tetangga.
KTH 5 disamping cocok untuk kegiatan diskusi, karena lahannya luas, tempat ini juga dipergunakan oleh masyarakat untuk budidaya tanaman holtikultura seperti tanaman sawi,kangkung dan cabe.
Nama KTH 5 sendiri diambil dari urutan tempat berkegiatan bidang lingkungan ustadz Sahrul bersama temen temen.Â
KTH 1 tempat kegiatan yang pertama ada di RT 01. KTH 2 tempat sekretariat ada di RT 10. KTH 3 Â di Lamping berada di sebelah Utara kompleks makam wakap Pangeran Jayakarta. KTH 4 biasa juga disebut show room karena dulunya bekas tempat show room penjualan mobil bekas sedangkan KTH 6 ada di jalan raya Bekasi masuk wilayah di RT 08.
Salah satu dari temen ustadz Sahrul bernama Ewin merupakan orang yang diberi tanggung jawab untuk mengepalai kegiatan di KTH 5. Disamping sebagai penanggung jawab kegiatan di KTH 5 Ewin sehari hari diberi kesempatan untuk menambah penghasilan dengan berjualan minuman seperti,kopi,es teh dan makanan kecil .
Obrolan diskusi masih berlanjut,di KTH 5 . Diskusi masih sekitaran pertanyaan Sang Kakek tentang Kiara pencekik hubungan nya dengan Lingkungan Hidup?
"Pohon Kiara pencekik itu yang unik adalah akarnya" cetus Usuf menyela, dalam obrolan siang menjelang sore itu. "disebut Unik karena akar pohon Kiara pencekik ada diatas tanah, sedangkan tanaman lain umum nya akar ditanam dalam tanah" Usuf menjelaskan, bak Profesor ahli tanaman.
Di jelaskan oleh Usuf "Artinya umum nya akar pohon disembunyikan dalam tanah, sedangkan akar Kiara dipamerkan. Hal ini kebalikan dengan bunga nya,pohon Kiara bunga nya disembunyikan dalam buahnya sedangkan pohon lain bunga dipamerkan."
Menurut Usuf,Akar Kiara mempunyai akar sulur disamping akar tunggang, akar sulur dan akar tunggang ini akan menjulur dari atas kebawah dimulai semenjak tanaman itu memulai tumbuh dengan menempel di inangnya. "maka akar akan  terlihat jelas dari luar" tambah Usuf.
"Akar sulur dan akar tunggang yang kuat digunakan oleh Kiara pencekik untuk mengambil makanan dengan baik dari udara, dari tanah  maupun nutrisi dari pohon inang yang ditumpangi" demikian Usuf menjelaskan. "Tidak jarang pohon inang yang ditumpangi perlahan lahan akan mati karena nutrisinya diserap dan dicekik oleh pohon Kiara" Usuf  menjelaskan dengan bersemangat.
Usuf adalah salah satu temen Ustadz Sahrul yang hobynya jalan jalan keliling kota, disamping karena hoby jalan jalan,kelebihan lain Usuf dibanding temen temen lainnya adalah, Usuf punya ketrampilan mengendarai kendaraan mobil. Oleh sebab itu Usuf,sering di minta bantuan kerabatnya untuk membawa mobil nya bila hendak jalan jalan bepergian keluar kota. Dari perjalanan jauh ke berbagai  kota itulah, Usuf mendapatkan banyak pengetahuan  tentang pohon Kresek.
Menurut nya, akar tunggang  dan akar sulur yang banyak serta kuat dari pohon Kresek atau Kiara pencekik dapat berfungsi sebagai penyimpan sekaligus penahan air. "Di berbagai daerah pohon Kiara di yakini oleh masyarakat setempat, sebagai pohon keberkahan, karena tanah disekitar pohon tidak pernah kekurangan air" tambah Usuf bersemangat.
"Oleh sebab itu daerah atau tanah dimana ada pohon Kiara pencekik tumbuh, dipastikan akan melimpah dengan air" demikian Usuf menyimpulkan."maka wajar bila pohon Kiara dinyatakan oleh sebagian warga sebagai penyedia air  untuk menjaga lingkungan"
Temen temen ustadz Sahrul yang lain cuek saja mendengar keterangan Usuf panjang lebar menjelaskan tentang hubungan pohon Kresek dengan lingkungan, hanya Kakek tua yang serius memperhatikan kata demi kata yang disampaikan Usuf. Cueknya temen temen ustadz Sahrul ada beberapa kemungkinan, mungkin sudah paham tentang pohon Kresek karena orang orang itu merupakan penggiat lingkungan atau mungkin cuek karena tidak paham penjelasan yang disampaikan Usuf .
Begitu juga temen ustadz Sahrul yang bernama Kodil, jangankan  menanggapi penjelasan Usuf atau menyimak pertanyaan Kakek? Sedari awal ngobrol dan diskusi Kodil  sibuk dengan jarinya memainkan gadget, hanya  sesekali jari jarinya lepas dari layar gadget untuk mengganti rokok filter karena apinya padam.
Obrolan dan diskusi di KTH 5 terus berlanjut walau pertanyaan Kakek tentang pohon Kresek dan hubungan nya dengan lingkungan masih sedikit  keterangan disampaikan oleh Usuf.
Obrolan terhenti sejenak karena tiba tiba datang Mang Alo membawa beberapa  bungkus nasi dengan lauknya untuk makan di waktu siang. Mang Alo membawa bungkusan nasi hasil pemberian dari warung yang berada di KTH 5 secara gratis.Â
Di KTH 5 disamping sebagai tempat budidaya tanaman holtikultura, disitu juga  berdiri tenda warung nasi dengan harga serba 5 000 rupiah, si pemilik warung nasi punya niatan sedekah nasi bungkus diperuntukkan bagi warga yang tidak mampu.
" Silahkan dimakan dulu nasinya mumpung masih hangat" seru Mang Alo dengan logat Sundanya yang kental menyela obrolan temen temen Ustadz Sahrul, mempersilahkan .
Mang Alo sendiri merupakan seorang pendatang dari wilayah Jawa Barat bagian Selatan. Sosok paruh baya ini bergabung di KTH 5 karena mempunyai keahlian sebagai petani tanaman holtikultura,oleh sebab itu Ustadz Sahrul dan temen- temennya mempercayakan Mang Alo untuk mengelola tanaman holtikultura.
Â
Dipanggil Mang Alo karena kebiasaan mengikuti anak anak kecil di sekitar RT 11 dimana Mang Alo tinggal, tempat kontrakan tinggal Alo sekaligus tempat mengajar ngaji tiap lepas Magrib bagi anak anak. Anak anak kecil umuran 6-7 tahun yang tinggal di RT 11 belajar mengaji kepada orang yang sehari hari kalau siang merawat tanaman holtikultura dengan panggilan ustad Alo. Panggilan Alo sendiri belum jelas asal usulnya? Apakah dari asal nama Ali diplesetkan menjadi Alo, atau kebiasan orang Sunda memanggil ponakan kepada kerabatnya.
Obrolan diskusi ustadz Sahrul dan temen-temennya terhenti sejenak untuk istirahat makan siang.
( Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H