atas pikiran dan bahasanya.14
Al-Attas memandang bahwa umat Islam menghadapi tatangan terbesar saatÂ
ini yaitu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang telah salah dalam memahami ilmu dan keluar dari maksud dan tujuan ilmu itu sendiri. MeskipunÂ
ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban barat telah memberikan manfaat dan kemakmuran kepada manusia, namun ilmu pengetahuan itu jugaÂ
telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan di atas pandangan hidup, budayaÂ
dan peradaban barat, menurut Al-Attas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : 1) mengendalikan akal, 2)bersikap dualistic, 3)menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekuler, 4)membela doktrin humanisme, dan 5)
[6/10 10.59] D_DHIDHIN: menjadikan drama dan sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia.
Islam memandang bahwa visi mengenai realitas dan kebenaran bukan semata-mata berkaitan dengan alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana dalam pandangan sekuler BaratÂ
terhadap dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian secara metafisis terhadap dunia yang tampak maupun yang tidak Nampak. Dengan demikian Islam memandang realitas bagai sesuatu yang kelihatan dan gaib dunia akhirat. Dalam hal ini dunia tidak dapat dilepaskan dengan akhiratdan akhirat juga dapat dikesampingkan untuk kepentingan duniawi.
Dengan kekurangan-kekurangan ilmu pengetahuan di atas, Al-Attas meyakini pentingnya digagas suatu gerakan Islamisasi pengetahuan, karena ilmu pengetahuan modern tidak netral dan masuk budaya dan filosofis yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Islamisasi ilmu pengetahuan modern bukan memberikan label Islam pada ilmu penegetahuan dan menolak semua yang berasal dari Barat, karena terdapat beberapa persamaan antara Islam dengan filsafat Barat.