Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 9)

26 Desember 2021   17:30 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:36 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SENIMAN YANG TAK SEKEDAR BERKESENIAN 

Keberadaan seniman terkadang dipandang sebelah mata di dalam sebuah negara. Mereka kebanyakan hanya dianggap sebagai penghibur oleh sebagian masyarakat kita. Peran seniman tak lagi dimasukkan ke dalam kategori aktor perubahan yang dapat mempengaruhi kemajuan peradaban sebuah bangsa. 

Padahal, anggapan seperti itu sebenarnya kurang pas. Karena sebenarnya, sejak masa silam, seniman selalu menjadi aktor utama kebangkitan peradaban manusia di dunia. 

Misalnya saja, Leonardo Da Vinci : sang seniman asal Italia adalah salah satu aktor besar kebangkitan peradaban Renaisans di Eropa. Pun kejayaan peradaban Islam di wilayah imur tengah, juga banyak dipengaruhi oleh seniman besar bernama  Jalaludin Rumi. 

Begitupun yang terjadi di Nusantara, seniman masa silam kita ternyata menempati posisi sentral dalam mewujudkan kesadaran masyarakat Nusantara. 

Banyak tokoh pencerah peradaban di era Nusantara klasik yang berhasil memajukan peradabannya lewat kesenian. Raden Sahid atau yang lebih masyhur dikenal dengan nama Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh seniman pencerah di Nusantara. 

Pengaruhnya sangat besar dalam proses pembentukan seni dan budaya di Nusantara khususnya di tanah Jawa. Karya-karya dan pengaruhnya tetap lestari di masyarakat hingga kini. 

Kreatifitas keseniannya abadi dan menjadi budaya bangsa. Metode, strategi dan inovasi Raden Sahid dalam bidang kesenian pun masih menjadi rujukan yang tak pernah lekang dipelajari oleh seniman Indonesia. Khususnya seniman-seniman muslim kita.

Raden Sahid hidup pada masa akhir Kerajaan Majapahit yakni sekitar akhir abad ke-15 Masehi. Disaat negeri yang pernah mencapai puncak keemasan peradabannya tersebut sedang mengalami kemunduran. 

Fase perjalanan hidup Raden Sahid terbilang sangat menarik. Ia pernah hidup normal sebagaimana para anak bangsawan di masa kecilnya. Pernah pula hidup sebagai gelandangan dan menjadi perampok karena diusir oleh orang tuanya di masa muda. 

Dan ketika  memasuki usia dewasa, Raden Sahid bertransformasi menjadi seorang guru agama, gurunya para raja dan seorang seniman agung, dengan segudang kreatifitas maha karyanya yang melegenda.

Raden Sahid  sangat memahami kesenian, kesustraan dan budaya Jawa. Maklum, karena sejak kecil ia telah mendapat tempaan dan pendidikan dari keluarga Adipati Tuban. Raden Sahid adalah pewaris sah pemerintahan Kadipaten Tuban. Karena ia adalah putra Tumenggung Wilatikta Adipati Tuban. Salah satu provinsi di Kerajaan Majapahit saat itu. 

Namun Raden Sahid tidak seperti anak bangsawan lainnya, yang tinggal menikmati warisan jabatan dan kekayaan keluarganya. Ia mempunyai alur pencarian jati dirinya sendiri. 

Saat usianya masih belia, Raden Sahid kala itu sudah memiliki kepekaan terhadap kemerosotan kebijakan yang teradi di pemerintah pusat kerajaan. 

Pemerintah pusat terlalu memaksakan upeti yang tinggi dari rakyat di kadipatennya. Padahal saat itu kondisi rakyat kecil sedang mengalami paceklik berkepanjangan.

Raden Sahid mengalami pergolakan batin. Ia berusaha mencari  jati diri dan perannya di tengah masyarakat yang mengalami penderitaan. Sebenarnya untuk apa dirinya menikmati hidup sebagai anak seorang bangsawan, jika masyarakat di sekitarnya kesusahan. 

Apakah dirinya hanya berdiam diri dan menikmati kehidupannya sebagai anak pejabat. Padahal di sekitarnya, banyak rakyat yang sedang kelaparan dan tersiksa dengan upeti kerajaan. 

Di tengah kebimbangan tentang peran, Raden Sahid muda pun melakukan tindakan yang gegabah. Ia curi hasil bumi di lumbung kadipaten untuk dibagikan kepada rakyat jelata. 

Tindakan gegabah Raden Sahid itu ternyata diketahui oleh penjaga lumbung. Oang tua Raden Sahid yang seorang adipati merasa sangat malu dengan kenakalan anaknya tersebut. Akhirnya, Raden Sahid pun diusir dari rumah oleh orang tuanya dan hidup menggelandang di sekitar hutan Jatisari.

Meskipun di usir dari rumah, hukuman itu tidak menyurutkan keberanian Raden Sahid. Ia tidak jera sama sekali bahkan semakin liar. Ia tidak berniat kembali ke rumah. Gelar kebangsawanannya yang glamor dan ningrat tersebut ia tanggalkan. Raden Sahid muda memilih hidup bersama rakyat jelata di jalanan. 

Trahnya sebagai pewaris penguasa pemerintah Kadipaten Tuban sudah tidak penting lagi baginya. Dimasa pelariannya dari kehidupan bangsawan itulah, ia sempat terjerumus kedalam dunia hitam, suka berjudi, minum -minuman keras dan mencuri. Raden Said bahkan berani merampok hingga membunuh orang. Raden Said muda terkenal sebagai pimpinan kelompok perampok yang paling ditakuti di masa itu. Sehingga ia mendapatkan julukan Brandal Lokajaya. 

Kenekatan Raden Said hingga berani membunuh orang-orang kaya yang ia rampok hartanya tersebut memiliki alasan kuat. Raden Sahid hanya merampok kelompok bangsawan dan pembawa upeti kerajaan. Ia tak lakukan itu demi kesenangan pribadi. Harta hasil rampokan ia bagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin yang dijumpainya. Kehidupan jalanan memberikan pengihatan kepada Raden Sahid tentang realita kehidupan yang sesungguhnya. 

Empatinya terhadap kesengsaraan hidup masyarakat kecil ia lampiaskan dengan cara merampok harta para bangsawan. Sikap kritis dan protes anak muda yang cenderung kurang bijaksana. Raden Sahid muda memang belum memiliki pemikiran yang jernih. Untuk membahagiakan hidup para fakir miskin, solusi yang dimilikinya saat itu hanya memberi harta kepada mereka agar bisa bahagia. Meskipun harta itu ia dapatkan dari cara yang tercela yakni dengan  mencuri, merampok bahkan membunuh para bangsawan dan pemeras upeti.

Dipuncak ketenarannya sebagai Brandal Lokajaya, Raden Sahid tiba-tiba menghilang dari aktifitas kejahatannya selama ini. Dunia hitam yang diselaminya hingga tingkat terdalam ternyata tidak memberikan kepuasan batin untuknya. Rakyat kecil yang diberi harta hasil rampokannya juga tidak serta merta bisa sejahtera dan bahagia. Raden Sahid pun berhenti menjadi Brandal Lokajaya. Faktor apa dan siapakah yang membuat Sang Brandal Lokajaya berhenti dari dunia kelam itu?

Ternyata yang membuat Raden Said bertaubat adalah karena ia mengalami kegagalan saat akan merampok seorang bangsawan di sekitar Kerajaan Kadiri. Saat ia berencana merampok seorang bangsawan yang sedang melakukan perjalanan dari Tuban ke Kadiri. Ternyata bangsawan itu adalah Raden Makdum Ibrahim atau yang dikenal sebagai Sunan Bonang. Salah satu tokoh wali songo yang juga masih berdarah bangsawan Majapahit. Atas izin Allah Yang Maha Kuasa, Raden Makdum Ibrahim pun berhasil membuktikan kepada Raden Sahid. Bahwa perjuangan yang dilakukannya selama ini sesungguhnya kurang tepat.

Seketika itu Raden Sahid pun tersadarkan dari kelalimannya, ia kemudian mengabdikan diri menjadi murid Raden Makdum Ibrahim. Raden Sahid lalu berguru dan siap mengikuti semua arahan Sunan Bonang tersebut. Raden Makdum Ibrahim pun meminta Raden Sahid untuk bertaubat, melakukan puasa, khalwat, uzlah dan berkontemplasi diri meminta petunjuk kepada Allah SWT. Raden Said juga diarahkan untuk berguru kepada beberapa tokoh Wali Songo lain. Seperti Raden Rahmat (Sunan Ampel), Raden Paku (Sunan Giri) dan Raden Syarif Hidayat (Sunan Gunung Jati).

Setelah melakukan khalwat dan belajar agama Islam selama bertahun-tahun, akhirnya Raden Sahid memperoleh pencerahan hidup. Laku rohaninya diterima oleh Allah SWT. Bahkan ia diangkat sebagai manusia pilihan (waliyullah). Setelah Raden Sahid belajar dan mengabdikan diri pada beberapa ulama' di tanah Jawa, Pasai hingga ke Malaka, ia pun kemudian dilantik sebagai salah satu pendakwa Islam di tanah Jawa. Raden Sahid mendapatkan amanah untuk menjadi salah satu anggota Wali Songo yang berasal dari orang pribumi Jawa. Wali Songo adalah sebuah "lembaga" dakwah Islam yang pada awal misi dikirim dari Negeri Islam di Jazirah Arab yang beranggotakan beberapa guru sufi di era Nusantara klasik. Selain mengurusi strategi penyebaran agama Islam, ternyata Wali Songo juga menata peradaban masyarakat Nusantara di berbagai bidang. Seperti penataan negara, pemerintahan, perekonomian, pendidikan, kesenian dan budaya.

Raden Sahid terkenal sebagai tokoh Wali Songo yang sangat menguasai budaya khas Nusantara. Maklum, sejak kecil ia telah didik sebagai bangsawan Jawa tulen yang harus mempertahankan budayanya.  Sehingga Raden Sahid pun memilih bidang seni dan budaya sebagai sarana utama dalam usahanya berdakwah Islam. Ia sangat mahir berkomunikasi dan mengajarkan Islam ke penduduk lokal Nusantara. 

Terbukti, kreasi pertunjukkan kesenian Raden Sahid seperti Wayang Purwa dan tembangtembang yang diciptakannya adalah media dakwah Wali Songo paling efektif pada saat itu. Raden Sahid mampu menanamkan esensi ajaran Islam ke sendi-sendi  terdalam  masyarakat lewat seni dan budaya. 

Produk budaya lokal Nusantara yang baik tetap dipertahan oleh Raden Sahid. Nilai, paham, konsep, gagasan, pandangan dan ide yang bersumber dari falsafah Islam pun ia kreasikan dengan seni dan budaya lokal.

Banyak sekali maha karya seni dan budaya yang tercipta dari konsep pemikiran kreatif Raden Sahid. Tatkala ia sudah tenar sebagai Sunan Kalijaga. Beberapa tembang dan gending gamelan karya Raden Sahid adalah Lir-Ilir, Gundul Pacul, Sluku-Sluku Bathok, Kidung Rumekso Ing Wengi, Sekar Alit  dan Sekar Ageng. Raden Sahid juga cukup masyhur sebagai sutradara pewayangan (dalang). Karya lakon pewayangannya tertulis di dalam Serat Dewa Ruci, Ajimat Kalisada Dan Suluk Linglung. Ia juga mampu menjadi perancang pakaian khas Islam Jawa atau Surjan. Alat-alat pertanian, seni tari topeng hingga seni ukir. Raden Sahid juga adalah inisiator tradisi budaya Sekatenan , Padusan Dan Gerebeg Maulud. Bahkan ia juga adalah penggagas lanskap pusat kota dengan konsep Papat  Panjer (keraton, masjid, alun-alun dan pasar) hingga seorang arsitek masjid Saka Tatal seperti Masjid Agung Demak.

Meskipun terobosan dan pembangunan kemajuan peradaban Raden Sahid terkesan berfokus di bidang seni dan budaya, bukan berarti Raden Sahid tidak menguasai bidang lain. Raden Sahid adalah tokoh  yang cakupan dakwahnya paling luas diantara tokoh-tokoh Wali Songo lainnya. Raden Sahid adalah ulama' mahaguru tasawuf, seniman-budayawan ekstra kreatif, ahli tata tegara, ilmuwan alam dan pertanian hingga pakar manajemen kondisi sosial kemasyarakatan. Pergerakan Raden Sahid tidak terfokus hanya pada satu daerah. Ia berkeliling dari satu negeri ke negeri lain, dari kota besar hingga ke pelosok-pelosok desa. Dari Kerajaan Pajajaran hingga perbatasan Majapahit.

Raden Sahid itu bukan tidak bisa menjadi penguasa dan berkuasa pada kerajaan-kerajaan yang dia dirikan bersama murid-muridnya. Ia memang sengaja menjauhkan dirinya dari nafsu jabatan dan kekuasaan. Memilih hidup di jalanan berdampingan dengan rakyat kecil, meskipun segala sumberdaya untuk berkuasa sebenarnya telah dimilikinya. Raden Sahid adalah pemandu proses transisi dan tranformasi negara. Ia menjadi pendidik politik para raja dan pangeran sejak era akhir Kerajaan Majapahit hingga awal kerajaan Mataram Islam. Saat kekuasaan Prabu Brawijaya V. Raja terakhir Majapahit mengalami krisis kepercayan dan banyak kerajaan kecil yang memberontak. Raden Rahid tampil sebagai peredam konflik, ia tidak berniat sedikitpun untuk mengkudeta penguasa Nusantara tersebut. Meskipun sebenarnya sangat bisa.

Malah yang terjadi adalah sebaliknya, ia sangat tidak menyetujui tokoh penyebar Islam yang berniat memusuhi Prabu Brawijaya V dan Kerajaan Majapahit. Raden Sahid bahkan sangat dihormati oleh Prabu Brawijaya V hingga dipercaya untuk mendidik 117 pangeran Majapahit. Para putra Prabu Brawijaya V tersebut oleh Raden sahid kemudian disebar menjadi pemimpin di seluruh Nusantara. Para pangeran itu ia kader agar dapat menjadi pengayom seluruh penduduk Jawa dan Nusantara tanpa harus berperang sesama saudara. Memperebutkan warisan kekuaasaan Majapahit. Salah satu pangeran Majapahit dibawah bimbingan Raden Sahid adalah pendiri kesultanan Demak yakni Raden Patah. Putra Prabu Brawijaya V yang berhasil melanjutkan kejayaan peradaban Majapahit di Nusantara. Begitupun saat transisi peralihan negara dari Demak ke Pajang, lalu Pajang ke Mataram Islam. Raden Sahid selalu memilih menjadi aktor penyelesai konflik di negerinya, dibanding ikut memperebutkan tahta.

Terobosan kemajuan peradaban Nusantara yang mendapatkan sentuhan lembut dari kebijaksanaan langkah dan gagasan Raden Sahid pun sangat luas. Sehingga menjadi keniscayaan tokoh Nusantara klasik yang satu ini banyak meninggalkan jejak dan mengisi cerita tutur atau legenda rakyat Nusantara khususnya di tanah Jawa. Selain dari bukti makam Raden Sahid yang terletak di Kadilangu Demak, beberapa sumber bukti keberadaan tokoh Sunan Kalijaga bernama asli Raden Sahid ini juga ada di beberapa naskah literatur kuno. Diantaranya adalah Babad Tuban, Babad Demak, Babad Cerbon dan Serat Walisana.

Raden Sahid adalah maha guru bangsa yang abadi untuk Indonesia. Mentor untuk para seniman, bagaimana seharusnya menciptakan karya seni yang dapat memperbaiki budaya masyarakat dan martabat bangsanya. Bukan sekedar mencari label duniawi agar disebut seniman dan budayawan. Bukan pula seniman-budayawan profit oriented yang menciptakan karya seni hanya untuk hiburan sesaat bahkan menyesatkan karakter masyarakat. Pergerakan langkah hidup Raden Sahid adalah teladan bagi rakyat yang masih terpuruk dengan masa lalunya. Konsistensinya dalam mengadvokasi dan mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan masyarakat wajib di teladani siapapun.

Strategi dakwah Raden Sahid yang melebur dan hidup berdamping dengan rakyat kecil adalah panutan untuk para tokoh dan pejabat publik Indonesia. Toleransinya terhadap kearifan lokal budaya Nusantara dalam menyiarkan agama adalah kurikulum bagi  para pemuka agama dalam mendidik umatnya. Raden Sahid adalah contoh untuk rakyat Indonesia, bagaimana menjadi manusia yang sudah selesai dengan dirinya. Negara sudah bersemayam di ruang cinta kalbunya. Negara bukan tempat mengemis dan menagih haknya. Negara bagi Raden Sahid adalah ladang bershodaqoh dengan menyayangi rakyat. Raden Sahid adalah begawan segala keilmuan yang sangat layak menjadi panutan para negarawan Indonesia, begawan yang seharusnya menyerahkan dirinya lahir dan batin untuk kemaslahatan umat dan bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun