Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 9)

26 Desember 2021   17:30 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:36 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Raden Sahid  sangat memahami kesenian, kesustraan dan budaya Jawa. Maklum, karena sejak kecil ia telah mendapat tempaan dan pendidikan dari keluarga Adipati Tuban. Raden Sahid adalah pewaris sah pemerintahan Kadipaten Tuban. Karena ia adalah putra Tumenggung Wilatikta Adipati Tuban. Salah satu provinsi di Kerajaan Majapahit saat itu. 

Namun Raden Sahid tidak seperti anak bangsawan lainnya, yang tinggal menikmati warisan jabatan dan kekayaan keluarganya. Ia mempunyai alur pencarian jati dirinya sendiri. 

Saat usianya masih belia, Raden Sahid kala itu sudah memiliki kepekaan terhadap kemerosotan kebijakan yang teradi di pemerintah pusat kerajaan. 

Pemerintah pusat terlalu memaksakan upeti yang tinggi dari rakyat di kadipatennya. Padahal saat itu kondisi rakyat kecil sedang mengalami paceklik berkepanjangan.

Raden Sahid mengalami pergolakan batin. Ia berusaha mencari  jati diri dan perannya di tengah masyarakat yang mengalami penderitaan. Sebenarnya untuk apa dirinya menikmati hidup sebagai anak seorang bangsawan, jika masyarakat di sekitarnya kesusahan. 

Apakah dirinya hanya berdiam diri dan menikmati kehidupannya sebagai anak pejabat. Padahal di sekitarnya, banyak rakyat yang sedang kelaparan dan tersiksa dengan upeti kerajaan. 

Di tengah kebimbangan tentang peran, Raden Sahid muda pun melakukan tindakan yang gegabah. Ia curi hasil bumi di lumbung kadipaten untuk dibagikan kepada rakyat jelata. 

Tindakan gegabah Raden Sahid itu ternyata diketahui oleh penjaga lumbung. Oang tua Raden Sahid yang seorang adipati merasa sangat malu dengan kenakalan anaknya tersebut. Akhirnya, Raden Sahid pun diusir dari rumah oleh orang tuanya dan hidup menggelandang di sekitar hutan Jatisari.

Meskipun di usir dari rumah, hukuman itu tidak menyurutkan keberanian Raden Sahid. Ia tidak jera sama sekali bahkan semakin liar. Ia tidak berniat kembali ke rumah. Gelar kebangsawanannya yang glamor dan ningrat tersebut ia tanggalkan. Raden Sahid muda memilih hidup bersama rakyat jelata di jalanan. 

Trahnya sebagai pewaris penguasa pemerintah Kadipaten Tuban sudah tidak penting lagi baginya. Dimasa pelariannya dari kehidupan bangsawan itulah, ia sempat terjerumus kedalam dunia hitam, suka berjudi, minum -minuman keras dan mencuri. Raden Said bahkan berani merampok hingga membunuh orang. Raden Said muda terkenal sebagai pimpinan kelompok perampok yang paling ditakuti di masa itu. Sehingga ia mendapatkan julukan Brandal Lokajaya. 

Kenekatan Raden Said hingga berani membunuh orang-orang kaya yang ia rampok hartanya tersebut memiliki alasan kuat. Raden Sahid hanya merampok kelompok bangsawan dan pembawa upeti kerajaan. Ia tak lakukan itu demi kesenangan pribadi. Harta hasil rampokan ia bagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin yang dijumpainya. Kehidupan jalanan memberikan pengihatan kepada Raden Sahid tentang realita kehidupan yang sesungguhnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun