Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 6)

23 Desember 2021   05:48 Diperbarui: 25 Desember 2021   11:03 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kondisi masyarakat yang semakin kacau balau. Kerusuhan oleh para pemberontak pun masih terjadi di mana-mana. Rakyat kecil dan pemuka agama semakin cemas dan tertekan. Rakyat tanah Jawa mengharapkan kedatangan seorang pemimpin yang kuat untuk mengembalikkan kedamaian dan ketentraman. 

Akhirnya, Prabu Airlangga pun tak kuasa lagi menolak permintaan para utusan rakyat yang datang silir berganti kepadanya tersebut.    Prabu Airlangga kemudian menerima penobatannya sebagai raja dari seluruh Kadipaten dan rakyat di tanah Jawa.

Perdikan Kahuripan yang dirintisnya dimasa pengasingan itu kemudian dijadikannya pusat pemerintahan. Prabu Airlangga faham betul kalau keadaan negerinya sedang dalam keadaan darurat perang. Sehingga ia pun memulai proses penumpasan pemberontak, diplomasi dan penyatuan seluruh Kadipaten di negeri yang sudah terpecah belah tersebut setapak demi setapak.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Prabu Airlangga adalah membangun istana keraton dan pasukan militer untuk mengembalikkan kewibawaan dan martabat negara. Selanjutnya, cara diplomasi secara damai pun ia lakukan. Memanggil seluruh adipati, patih, menteri, wedana serta pegawai tinggi negara dari seluruh negeri. Rekonsiliasi penyatuan seluruh negeri dilakukan dengan mengedepankan musyawarah. Bahkan untuk kadipaten yang masih membelot dan tidak mau kembali ke pangkuan pemerintahan pusat, Prabu Airlangga tidak langsung memeranginya. Seperti Kadipaten Wengker, ia kirim terlebih dahulu seorang utusan untuk melakukan mediasi, membahas persatuan negeri. Prabu Airlangga tidak menginginkan adanya kekerasan dan pertumpahan darah.

Namun utusan dan pasukan mediator Prabu Airlangga ternyata tetap diserang oleh pasukan Adipati Wengker. Prabu Airlangga pun akhirnya turun tangan sendiri menemui Adipati Wengker. Ia tekankan pada Adipati Wengker bahwa dirinya datang bukan untuk mengambil kekuasaannya. Kedatangannya ke Wengker semata-mata hanya untuk menepati janjinya pada rakyat yang menginginkan kedamaian dan persatuan untuk negeri Jawa seperti di masa  leluhur mereka.

Meskipun akhirnya tetap terjadi perang kecil. Diplomasi kebangsaan yang dilakukan Prabu Airlangga pun menuai keberhasilan. Adipati Wengker menyerah dan bersumpah bergabung kembali ke pemerintahan pusat. Seluruh kadipaten dan kerajaan kecil bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Medang akhirnya kembali bersatu. Semua masuk ke dalam persemakmuran Keraton Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Airlangga.

Wilayah Keraton Kahuripan membentang luas dari ujung barat di Sungai Pemali di Jawa Barat, hingga di ujung timurnya yang meliputi wilayah Kerajaan Blambangan. Setelah hampir setengah abad lamanya negeri Prabu Airlangga dalam kondisi chaos. Prabu Airlangga akhirnya berhasil menyelesaian prahara tersebut. Ia gelar sidang dewan menteri kerajaan KeratonKahuripan. Seluruh elemen kerajaan di intruksi untuk menanggalkan senjata dan kembali bekerja memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Rakyat Kahuripan sudah terlalu lama menderita, sehingga Prabu Airlangga di masa awal kepemimpinannya lebih mengutamakan pembangunan ketahanan pangan rakyat. Ia bangun waduk-waduk dan bendungan aliran sugai untuk sawah rakyat. Pelabuhan-pelabuhan di pesisir pantai Jawa untuk mendukung perdagangan. Jalan-jalan transportasi baru untuk penduduk dari pedalaman dan pesisir menuju keraton. Asrama pelajar untuk pengembangan pendidikan serta tempat-tempat peribadatan.

Prabu Airlangga adalah raja pertama di bumi Nusantara yang menaruh perhatian besar pada sastra tulis. Ia minta secara khusus pada Mpu Kanwa salah satu penasehatnya untuk menuliskan kisah-kisah perjalanan hidupnya dan sejarah Keraton Kahuripan. Prabu Airlangga menjadi narasumber dari kitab tersebut. Karya yang ditulis pada tahun 1035 Masehi tersebut  bernama Kitab Arjuna Wiwaha. Kitab yang menceritakan perjuangan Prabu Airlangga sejak masa penderitaan hingga berhasil memperbaiki kondisi negerinya.

Selain memperbaiki kondisi di dalam negerinya, hubungan baik dengan pihak-pihak luar negeri atau kerajaan lain pun juga ia perbaiki. Kerajaan Kahuripan mencapai kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga seperti kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Kamboja. Meskipun pemimpin kerajaan Sriwijaya saat itu pernah membantu Raja Worawari yang melakukan pemberontakan pada leluhurnya, Prabu Airlangga tidak menaruh dendam sama sekali. 

Prabu Airlangga menyikapinya dengan bijak dan rendah hati. Ia menjadi prabu yang tidak haus akan keabadian tahta, dinasti dan pelebaran wilayah imperium kekuasaan kerajaan. Setelah kemakmuran rakyat dan kedamaian negeri Kahuripan tercapai, Prabu Airlangga kemudian menurunkan tahtanya. Ia  kemudian kembali melakukan 'uzlah' bersama guru sucinya di hutan belantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun