Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 6)

23 Desember 2021   05:48 Diperbarui: 25 Desember 2021   11:03 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

RAJA YANG FAHAM BETAPA PENTINGNYA LITERASI, SASTRA DAN PENGARSIPAN SEJARAH BAGI GENERASI PENERUS BANGSA

Istilah dan penggunaan nama 'Airlangga' pasti sudah sangat familiar di telinga kita. Banyak masyarakat Indonesia yang saat ini menggunakan kata Airlangga untuk nama anaknya, gedung, instansi maupun perusahaan. Namun yang paling melekat hingga sekarang adalah penggunaan nama 'Airlangga' untuk nama sebuah universitas. 

Nama universitas terkenal yang dilabeli menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di Jawa Timur. Tapi dari manakah asal usul nama tersebut. 

Siapakah tokoh Nusantara klasik yang bernama Airlangga itu sebenarnya. Sehingga masyarakat Indonesia sampai saat ini masih sangat mengaguminya. Namanya tetap abadi hingga kini.

Airlangga adalah nama seorang raja atau prabu yang mendirikan Keraton Kahuripan. Keraton yang pernah mencatat sejarah keluhuran peradabannya di bumi Nusantara. Prabu Airlangga membangun keraton Kahuripan tepat di masa  awal abad ke-11 Masehi. 

Perjuangan Prabu Airlangga dalam membangun keraton Kahuripan terbilang cukup sulit. Karena pada saat itu kondisi di tanah Jawa sedang dalam keadaan kacau paska tragedi 'Pralaya'. 

Tragedi Pralaya adalah tragedi pemberontahan dan kerusuhan yang terjadi di masa akhir Kerajaan Medang. Medang adalah sebutan lain dari Kerajaan Mataram Lama saat pusat kekuasaanya dipindahkan ke wilayah Jawa Timur oleh Mpu Sindok.

Tragedi Pralaya tersebut menjadi titir akhir pemerintahan Kerajaan Medang yang sempat memimpin seluruh Kadipaten di bumi Jawa Tengah hingga wilayah Jawa Timur di masa lampau. Prabu Airlangga yang seharusnya menjadi penerus tahta Kerajaan Medang harus meninggalkan kerajaan. 

Karena saat itu Prabu Airlangga masih terlalu muda untuk berperang melawan pemberontak, ia terpaksa harus bersembunyi di hutan belantara untuk sementara waktu. Prabu Airlangga bersama pengikut setia akhirnya berhasil meloloskan diri dari kerusuhan tersebut.

Hampir tiga tahun lamanya Prabu Airlangga berusaha bertahan dan menempa diri di tempat tinggal sementaranya tersebut. Di masa inilah Prabu Airlangga diperkirakan mulai merintis Perdikan Kahuripan. Perdikan kecil di pedalaman hutan yang kemudian menjadi ibu kota pusat kekuasaan Keraton Kahuripan. 

Ketika mulai merintis perdikan Kahuripan tersebut, Prabu Airlangga mulai sering ditemui oleh utusan rakyat bekas Kerajaan Medang yang memintanya untuk kembali memimpin negerinya. Karena ia adalah pewaris sah Kerajaan Medang yang saat itu hancur porak-poranda oleh pemberontakan.

Di tengah kondisi masyarakat yang semakin kacau balau. Kerusuhan oleh para pemberontak pun masih terjadi di mana-mana. Rakyat kecil dan pemuka agama semakin cemas dan tertekan. Rakyat tanah Jawa mengharapkan kedatangan seorang pemimpin yang kuat untuk mengembalikkan kedamaian dan ketentraman. 

Akhirnya, Prabu Airlangga pun tak kuasa lagi menolak permintaan para utusan rakyat yang datang silir berganti kepadanya tersebut.    Prabu Airlangga kemudian menerima penobatannya sebagai raja dari seluruh Kadipaten dan rakyat di tanah Jawa.

Perdikan Kahuripan yang dirintisnya dimasa pengasingan itu kemudian dijadikannya pusat pemerintahan. Prabu Airlangga faham betul kalau keadaan negerinya sedang dalam keadaan darurat perang. Sehingga ia pun memulai proses penumpasan pemberontak, diplomasi dan penyatuan seluruh Kadipaten di negeri yang sudah terpecah belah tersebut setapak demi setapak.

Langkah pertama yang dilakukan oleh Prabu Airlangga adalah membangun istana keraton dan pasukan militer untuk mengembalikkan kewibawaan dan martabat negara. Selanjutnya, cara diplomasi secara damai pun ia lakukan. Memanggil seluruh adipati, patih, menteri, wedana serta pegawai tinggi negara dari seluruh negeri. Rekonsiliasi penyatuan seluruh negeri dilakukan dengan mengedepankan musyawarah. Bahkan untuk kadipaten yang masih membelot dan tidak mau kembali ke pangkuan pemerintahan pusat, Prabu Airlangga tidak langsung memeranginya. Seperti Kadipaten Wengker, ia kirim terlebih dahulu seorang utusan untuk melakukan mediasi, membahas persatuan negeri. Prabu Airlangga tidak menginginkan adanya kekerasan dan pertumpahan darah.

Namun utusan dan pasukan mediator Prabu Airlangga ternyata tetap diserang oleh pasukan Adipati Wengker. Prabu Airlangga pun akhirnya turun tangan sendiri menemui Adipati Wengker. Ia tekankan pada Adipati Wengker bahwa dirinya datang bukan untuk mengambil kekuasaannya. Kedatangannya ke Wengker semata-mata hanya untuk menepati janjinya pada rakyat yang menginginkan kedamaian dan persatuan untuk negeri Jawa seperti di masa  leluhur mereka.

Meskipun akhirnya tetap terjadi perang kecil. Diplomasi kebangsaan yang dilakukan Prabu Airlangga pun menuai keberhasilan. Adipati Wengker menyerah dan bersumpah bergabung kembali ke pemerintahan pusat. Seluruh kadipaten dan kerajaan kecil bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Medang akhirnya kembali bersatu. Semua masuk ke dalam persemakmuran Keraton Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Airlangga.

Wilayah Keraton Kahuripan membentang luas dari ujung barat di Sungai Pemali di Jawa Barat, hingga di ujung timurnya yang meliputi wilayah Kerajaan Blambangan. Setelah hampir setengah abad lamanya negeri Prabu Airlangga dalam kondisi chaos. Prabu Airlangga akhirnya berhasil menyelesaian prahara tersebut. Ia gelar sidang dewan menteri kerajaan KeratonKahuripan. Seluruh elemen kerajaan di intruksi untuk menanggalkan senjata dan kembali bekerja memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Rakyat Kahuripan sudah terlalu lama menderita, sehingga Prabu Airlangga di masa awal kepemimpinannya lebih mengutamakan pembangunan ketahanan pangan rakyat. Ia bangun waduk-waduk dan bendungan aliran sugai untuk sawah rakyat. Pelabuhan-pelabuhan di pesisir pantai Jawa untuk mendukung perdagangan. Jalan-jalan transportasi baru untuk penduduk dari pedalaman dan pesisir menuju keraton. Asrama pelajar untuk pengembangan pendidikan serta tempat-tempat peribadatan.

Prabu Airlangga adalah raja pertama di bumi Nusantara yang menaruh perhatian besar pada sastra tulis. Ia minta secara khusus pada Mpu Kanwa salah satu penasehatnya untuk menuliskan kisah-kisah perjalanan hidupnya dan sejarah Keraton Kahuripan. Prabu Airlangga menjadi narasumber dari kitab tersebut. Karya yang ditulis pada tahun 1035 Masehi tersebut  bernama Kitab Arjuna Wiwaha. Kitab yang menceritakan perjuangan Prabu Airlangga sejak masa penderitaan hingga berhasil memperbaiki kondisi negerinya.

Selain memperbaiki kondisi di dalam negerinya, hubungan baik dengan pihak-pihak luar negeri atau kerajaan lain pun juga ia perbaiki. Kerajaan Kahuripan mencapai kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga seperti kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Kamboja. Meskipun pemimpin kerajaan Sriwijaya saat itu pernah membantu Raja Worawari yang melakukan pemberontakan pada leluhurnya, Prabu Airlangga tidak menaruh dendam sama sekali. 

Prabu Airlangga menyikapinya dengan bijak dan rendah hati. Ia menjadi prabu yang tidak haus akan keabadian tahta, dinasti dan pelebaran wilayah imperium kekuasaan kerajaan. Setelah kemakmuran rakyat dan kedamaian negeri Kahuripan tercapai, Prabu Airlangga kemudian menurunkan tahtanya. Ia  kemudian kembali melakukan 'uzlah' bersama guru sucinya di hutan belantara.

Sumber yang menceritakan Prabu Airlangga bukan hanya dari Kakawin Kitab Arjuna Wiwaha. Masih banyak sumber bukti yang mendukung fakta keberadaan prabu pendiri Keraton Kahuripan ini. Ada bukti-bukti berupa prasati seperti Prasati Pamwatan, Prasasti Turun Hyang dan Prasati Sumengka. 

Selain bukti prasasti juga ada bukti dari karya tulis, yakni Serat Calon Arang dan Babad Tanah Jawi. Namun dari berbagai sumber bukti di atas, tidak ada satupun yang menerangkan secara pasti dimana letak istana ibu kota Keraton Kahuripan di masa lampau. Istana yang dibangun oleh Prabu Airlangga sebagai pusat pemerintahan persemakmuran negeri-negeri Kahuripan.

Dewasa ini mulai muncul hipotesa-hipotesa baru tentang letak pusat Keraton Kahuripan. Ada yang mempercayai di Kabupaten Sidoarjo. Adapula yang meyakini kalau pusat pemerintahan Prabu Airlangga tersebut  diperkirakan berada di wilayah Kabupaten Lamongan. Banyak ditemukan prasasti batu purba di Kabupaten Lamongan seperti Prasasti Puncakwangi Babat dan Prasasti Sendang Rejo Ngimbang. Selain berdasar dari penemuan prasasti-prasasti, hipotesis tersebut juga berdasarkan fakta arkeologis di lapangan. 

Di Kecamatan Babat, salah desa di Kabupaten Lamongan, ada desa bernama Kuripan. Desa itu berada di dekat Prasasti Puncakwangi. Penyebutan nama desa Kuripan bisa disebabkan pada masa lalu ada faktor penyederhanaan penyebutan dari nama kahuripan. Bahkan studi terbaru, di Kecamatan Sambeng-Lamongan, baru-baru ini telah ditemukan Candi Pataan yang diperkirakan warisan dari Keraton Kahuripan Prabu Airlangga.

Dimana persisnya letak pusat Keraton Kahuripan dahulu berada, tidak terlau menjadi perdebatan yang 'urgen'. Karena yang paling mendesak adalah seberapa besar masyarakat Indonesia bersedia untuk meneladani 'mbah buyut' bernama Prabu Airlangga ini. Bagaimana kita mengambil inspirasi dari pemikiran, sikap dan karakter beliau untuk kehidupan berbangsa dan bernegara kini. Terutama dalam hal kebijaksanaannya dalam mencapai persatuan dan perdamaian negeri. Mengutamakan rekonsiliasi, mediasi, musyawarah mufakat serta diplomasi untuk perdamaian dan ketentaman dunia.

Warisan pemikiran, karakter dan sikap yang sangat berharga dari Prabu Airlangga untuk kita. Warisan yang sangat tepat untuk bangsa yang sedang mengalami krisis karakternya dalam hal persatuan dan perdamaian abadi. Selain itu, kita juga dapat belajar dari Prabu Airlangga dalam pengembangan dan kemajuan di bidang karya sastra tulis pengarsipan sejarah. Leluhur kita adalah bangsa yang cinta akan literasi. 

Kenapa saat ini budaya cinta literasi dan sejarah semakin luntur di Indonesia. Kita bisa belajar dari keteguhan rakyat Kahuripan. Rakyat yang selalu otimis dan selalu punya harapan, meskipun mengalami penderitaan panjang. Rakyat Kahuripan bersedia untuk bergerak bersama dengan Prabu Airlangga. Sehingga perjuangan untuk perdamaian negeri dapat dicapai di negeri Kahuripan pada masa lampau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun