Pada abad itu pula, dalam hal kondisi sosial-politik di negeri Syailendra juga lebih tertata dan kondusif daripada negeri China. Kerajaan-kerajaan yang dibangun olehWangsa Syailendra sudah membentuk hukum dan konstitusi negara di masa Kerajaan Kalingga. Di masa kerajaan mataram kuno, konsep sistem tata negara pun sudah mengenal pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan. Raja adalah pengontrol sistem kebijakan negara serta sebagai simbol kehormatan kerajaan. Sedangkan eksekutor kebijakan pemerintahan adalah rakrayan mahamantri (baca : perdana menteri).
Negeri Syailendra di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya juga telah mampu menjaga kedamaian di seluruh negerinya. Meskipun memiliki wilayah persemakmuran yang sangat luas. Sedangkan negeri China saat itu sedang dalam kondisi sosial-politik yang kacau, perang saudara antar dinasti di sana-sini . Negeri China saat itu juga sedang terbagi menjadi dua negeri yakni utara dan selatan. Bahkan mengalami zaman lima negara barbarian dan enam belas negara.
Begitupun jika ditinjau dari segi periode waktu, letak geografis dan kearifan penduduknya. Nabi Muhammad SAW bisa dipastikan tidak akan mungkin memberi sebuah rekomendasi yang tidak logis kepada umatnya. Jika rekomendasi belajar tersebut dimaksudkan agar belajar ke negeri atau bangsa China, maka sangat tidak logis. Karena nama bangsa atau wangsa China belum lahir saat itu. Sangat logis jika rekomendasi belajar tersebut dimaksudkan ke bangsa Syailendra, karena bangsa Syailendra telah berdiri jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir dan negeri Syailendra masih masyhur dan kokoh bertahan hingga masa dakwah Nabi. Nabi merekomendasikan  negeri Syinin untuk umatnya saat itu pasti dengan pertimbangan matang-matang. Ajakan untuk belajar ke negeri yang telah ada, belum lenyap dan sudah terbukti layak untuk dipelajari. Rekomendasi tersebut pasti didasari atas ijtihad Nabi bahwa di dunia ada sebuah negeri maju bernama Negeri syinin. Negeri atau bangsa syinin yang sangat tepat untuk dijadikan tempat menuntut ilmu kehidupan bagi umatnya.
Dari tinjauan letak geografis, kita semua mengetahui bahwa Madinah tempat nabi terletak di jazirah arab, sehingga tidak terlalu jauh dengan daratan China. Madinah dan China terhubung menjadi satu daratan. Bahkan di pasar-pasar Madinah telah banyak diketahui orang ras china saat itu. Dari Arab ke daratan China, sangat mudah jika ditempuh dengan mengendarai unta atau kuda di masa itu. Penggambaran kesungguhan menuntut ilmu di masa itu dari Madinah ke Negeri Syailendra sepertinya lebih logis. Karena jarak yang harus ditempuh dari Jazirah Arab menuju kepulauan Nusantara membutuhkan kesungguhan niat. Karena penuntut ilmu harus bersusah payah menyeberangi samudera untuk sampai ke negeri syinin tersebut.
Terakhir, tinjauan kondisi kearifan penduduk negeri. Kondisi moral penduduk negeri Syailendra terkenal akan keluhuran budi pekertinya dan sangat welas asih. Sehingga sangat kondusif untuk penuntut ilmu dalam belajar. Nabi Muhammad SAW akan diragukan oleh umatnya jika di masa itu menyarankan untuk belajar ke negeri China pada masa itu. Karena penduduk China saat itu masih gemar berperang. Jangankan menerima penuntut ilmu dari bangsa lain. Kondisi penduduk China saat itu belum memungkinkan untuk menerima orang asing dengan mudah. Ibarat saat ini, Â jika ada guru yang merekomendasikan muridnya untuk belajar ke negeri yang sedang perang. Seperti merekomendasikan belajar ke negara Palestina, pasti guru tersebut tidak akan di-gubris oleh muridnya. Semoga kedepan Bangsa Indonesia semakin menyadari bahwa bangsanya adalah bangsa guru dunia. Dari bangsa yang berada di tanah Nusantara inilah seluruh bangsa di dunia nantinya akan belajar. Sudah saatnya generasi terpelajar Indonesia lebih percaya diri dalam menggelorakan pemikiran dan karya leluhurnya sendiri. Wallahu a'lam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H