Mohon tunggu...
didin hartojo
didin hartojo Mohon Tunggu... -

part-time scratcher, full-time dreamer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tugas sang Penguasa

16 Februari 2011   00:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh, bayangan mata itu datang lagi. Aku ingat sekarang. Mata itu, mata bapakku. Persis.

Ah, datang lagi yang lain. Bayangan ketika aku lari sekencang-kencangnya menghindari bapak.

Ibuku, ya ibuku juga ada. Ibuku melarikanku cukup jauh, tak seperti ibu anakku yang lemah.

Bapak lama sekali baru menemukanku. Aku cukup kuat untuk menghindar bapak. Aku jadi rindu ibu dan saudara-saudara perempuanku. Dulu aku bertanya kenapa hanya aku yang harus berlari. Kenapa bapak hanya sayang pada saudara-saudara perempuanku saja?

Aku tahu sekarang.

Karena hanya seorang pejantan tangguh yang bisa jadi penguasa!

Seperti aku. Seperti bapak. Dan seperti anakku yang baru saja kuhabisi. Aku lega.

Ternyata ini menguras tenaga. Aku lapar.

Kuhampiri warung Ce Etty yang cerewet itu. Siapa tahu ada yang bisa kusantap.

Byuurrr!!!

"Meong!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun