Kabuaten Serang, Banyak orang bertanya bagaimana bisa daun talas beneng bisa menghasilkan uang? Bagaimana mana prosesnya? Digunakan untuk apa daun talas beneng? Bagaimana pemasarannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul bagi banyak orang yang mencari alternatif pendapatan dalam mencari alternatif usaha membuat bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang sudah digelutinya. Sebenarnya budidaya daun talas beneng bukan merupakan hal baru lagi bagi pengusaha khususnya para petani talas beneng.
Seperti diketahui talas beneng merupakan tanaman yang dimanfaatkan umbinya untuk dijadikan bahan makanan dengan cara direbus kemudian dikonsumsi sebagai makanakan sehat rendah karbohidrat atau menjadi bahan makanan olahan seperti kue, kripik dan sebagainya, tetapi dari pada itu tanaman talas beneng juga bisa dimanfaatkan daunnya menjadi salah satu pendapatan ekonomi yang tidak kalah menggiurkan, seperti yang dilakukan bagi warga Desa Sindangsari Kabupaten Serang – Banten. (Red)
Lebih lanjut Eben salah satu warga Desa Sindangsari menjelaskan bahwa tanaman talas beneng merupakan tanaman yang mempunyai nilai enomis sebab selain umbi talas beneng, daun talas beneng juga bisa dijual dengan cara diproses dikeringkan terlebih dahulu sebagai bahan tembakau yang saat ini sudah sampai diekspor ke mancanegara.
Di Desa mekarsari, Kecamatan Cinangka banyak membudidayakan talas beneng (Xanthosoma undipes). Dimana usia tanaman talas beneng ditanam sekitar empat bulan, barulah bisa panen daunnya. Setelah usia tanaman dua tahun bisa memanem umbi. Setelah umbi dipanen, selanjutnya mahkota dipotong baru bisa ditanam lagi. Berat umbi sekali panen bisa mencapai 10 kilogram per batang talas beneng. Untuk lahan satu hektar talas beneng, per bulannya bisa mencapai 3 ton daun talas. Maka, dengan harga satu kilo Rp1000 daun talas beneng basah, satu bulan petani bisa mendapat Rp 3 juta. Daun talas beneng memiliki peruntukan sebagai substitusi atau pengganti tembakau. Jika tembakau memiliki kandungan nikotin, daun talas tidak memiliki kandungan nikotin. (Red)
Menurut informasi warga desa Sindangsari, peruntukan daun talas beneng digunakan sebagai bahan baku tembakau yang terbaut dari daun talas beneng. Sedangkan untuk proses pengolahannya hampir sama dengan daun tembakau mulai dari pemetikan, pengikatan, pematangan daun, penyortiran, perajangan, penjemuran, dimana yang membedakan adalah setelah dipetik daun talas beneng langsung dirajang dan dikeringkan untuk proses pengeringanya 1 hari dengan cuaca panas bisa lebih cepat. Tutur petani di Desa Sindangsari.
Menurut Eben, yang menjadi kendala saat ini pada proses pengeringan dimana pada waktu proses pengeringan dilokasi Desa Sindangsari terletak di pegunungan sehingga cuaca kadang tidak menentu sehingga apabila musim panen cuaca kurang mendukung maka daun talas beneng yang tidak langsung dikeringkan akan membusuk dan gagal produksi. Tuturnya
Dari hasil survey lokasi budidaya talas beneng di Desa Sindangsari proses pemasaran saat ini dilakukan melalui penjualan kepada tengkulak yang mengambil bahan baku daun talas beneng yang telah kering ke petani langsung, menurut warga penjualan kepada tengkulak nantinya akan di ekspor ke luar negeri. Tuturnya.
Saat ini di Desa Sindangsari dalam pengolahan budidaya daun talas beneng sudah lebih maju dalam pengolahan dan pemasaran hasil budidaya dan produksi daun talas beneng hal tersebut terlihat adanya mesin pengering hybrid menggunakan biomassa dan matahari yang digunakan untuk mengeringkan daun talas beneng menggunakan mesin pengering yang modern tanpa terhalang cuaca.
Mesin pengering tersebut merupakan bantuan Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kerjasama Universitas Darma Persada Jakarta sebagai Ketua Tim Pelaksana Didik Sugiyanto, ST.,M.Eng., Anggota Dr. Asyari dibantu Mahasiswa sebagai pelaksana kegiatan bermitra dengan Koperasi Gunung Malang yang menaungi para petani khususnya talas beneng dalam meningkatkan budidaya dan pengolahan serta pemasaran talas beneng dan daun talas beneng di Desa Sindangsari. (Red.)
Selain proses produksi dari segi pemasaran saat ini sudah mulai meningkat dengan kerjasama workshop pelatihan yang dilakukan oleh Dr. Agus Munandar, MSc. Dari Universitas Esa Unggul dibantu mahasiswa yaitu Manajemen Pemasaran berbasis teknologi informasi sehingga para petani dan UMKM sudah mulai memasarkan produknya secara online yang sebelumnya menjual secara langsung ke tengkulak yang datang ke lokasi petani daun talas beneng.
Menurut Dayat Ketua RT di Desa Sindangsari, dengan adanya kegiatan Pemberdayaan Mayarakat yang telah dilaksanakan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan tidak hanya dibidang teknologi peralatan pengolahan daun talas beneng tetapi juga dengan adanya pelatihan manajemen pemasaran banyak menambah wawasan bagi warga desanya yang letaknya di pegunungan namun dengan adanya kegiatan ini mulai terbuka wawasannya sehingga bisa mengolah produk pertanian menjadi lebih mudah dan memasarkan dengan cara yang lebih luas dengan cara yang mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H