Mohon tunggu...
Didik Setyadi
Didik Setyadi Mohon Tunggu... operasional manajer PT TSI -

PakDidik omahe bekasi pelosok

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Bikin SIM Secara Resmi (Tidak Nembak) untuk Persyaratan Mencari Kerja

20 Januari 2016   05:33 Diperbarui: 20 Januari 2016   07:14 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak apa2 pak", sela saya. Dengan sedikit kasar formulir diserahkan ke saya lagi.

Saya kemudian menuju loket penyerahan formulir dan duduk menunggu. Sempat juga melihat tulisan terpampang"waktu menunggu maksimal ...(?) menit". Baguslah, ini termasuk bagian dari "pelayanan" batin saya. 15 menit kemudian saya dipanggil bersama 5 peserta lain dan kemudian oleh petugas polisi berseragam diajak masuk ke suatu ruang, disitu kami ditawarkan "bantuan" untuk mendapatkan Sim. Saya iseng bertanya: "berapa pak", beliau bilang: "Rp400.000,- saya menolak halus dan kemudian formulir diserahkan ke saya dan disuruh ke loket 3 

 Saya kemudian mencari loket 3, karena tidak ketemu saya masuk ke loket penyerahan formulir dan bertanya ke petugas penerima formulir, oleh beliau disuruh masuk ke sebuah ruang, dan ternyata ruang ujian teori. Ada beberapa baris meja dengan komputer, 2 baris dengan layar komputer menyala dan 2 baris layar komputer mati. Saya disuruh duduk dibaris komputer yang mati dan diberikan buku soal dan lembar jawaban. Sewaktu membaca petunjuk soal seorang petugas datang dan kemudian menawarkan "bantuan". Saya menolak dan kemudian melanjutkan mengerjakan soal. 

Ada 30 soal, dan saya kerjakan secara cermat, menurut saya soal-soalnya tidaklah terlalu sulit (juga tidak terlalu mudah)karena bersifat umum seperti tanda2 lalu lintas, "etika" mengemudi juga semacam "logika"berkendara. 

Setelah selesai dan memeriksanya, lembar jawaban saya taruh di meja petugas oleh petugas, lembar jawaban diambil dan saya disuruh mengikutinya, waduuh..apalagi ni, batin saya. Di suatu ruang dia mengambil kertas berlubang-lubang dari dalam bukunya, feeling saya mengatakan "wah jangan2 dikerjain". Petugas itu bilang :"kerjaannya saya periksa ya, harus betul paling sedikit 18". Saya menganguk saja.

Dia menempelkan "kunci jawaban"(?) diatas lembar jawaban dan menghitung satu, dua dstnya. "Jawaban bapak hanya benar 12 pak, gimana..?" Saya menghela napas dan kemudian terucap: "maaf pak, saya yakin hasil jawaban saya benar dari itu"

Petugas: "lha ini sudah saya hitung cuma 12"

Jawab saya: "maaf pak, boleh saya lihat dan pinjam kunci jawabannya" 

"Nggak boleh", sambil cepat2 memasukkan kertas berlubangnya kedalam buku"

"Maaf pak, saya masih yakin jawaban saya lebih dari 18 benarnya" (untuk lulus minimal 18 jawaban benar). 

"Kalau bapak sok yakin begitu jadi presiden saja!" Suaranya keras dan meninggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun