Shen (2011) menemukan bahwa permainan peran berhasil meningkatkan produktivitas bahasa peserta dengan memberi mereka kesempatan untuk berbicara dan memperluas pengetahuan mereka sebelumnya dengan fasilitator dan rekan-rekan mereka.Â
Rayhan (2014) menemukan bahwa, setelah menyelidiki dampak permainan peran pada siswa sekolah dasar, permainan peran meningkatkan kemampuan berbicara peserta dengan memberi mereka lebih banyak waktu untuk memperbaiki keterampilan berbicara mereka.Â
Selain itu, dia menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran ini telah membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa karena memungkinkan mereka untuk saling mendukung dalam kegiatan dan menciptakan suasana kerja tim daripada persaingan di kelas. Selain itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa permainan peran membantu siswa meningkatkan kemampuan berbahasa mereka (Aini et al., 2020).
Di sisi lain, kegiatan bermain peran memberikan konteks yang diperlukan bagi anak-anak untuk melakukan kesalahan sambil belajar tanpa rasa takut akan konsekuensinya karena lingkungan belajar dirancang untuk menyenangkan dan bebas dari tekanan.Â
Dengan cara ini, anak-anak dapat meningkatkan keterampilan komunikasi mereka secara bertahap melalui partisipasi aktif dalam bermain peran dan umpan balik dari teman sebaya serta guru.
Salah satu keuntungan dari model pembelajaran role play adalah bahwa model pembelajaran role playing memberikan siswa kebebasan untuk berkomunikasi dan membuat keputusan secara bebas. Kesan yang dihasilkan oleh model ini akan bertahan lama dalam ingatan siswa (Nurbaini et al., 2023; Siregar et al., 2022; Damanik et al., 2023). Selain itu, role play memiliki beberapa keuntungan, seperti lebih praktis secara praktis dan dapat digunakan sebagai hiburan.Â
Model ini juga sesuai dengan karakteristik dari anak-anak yang masih suka dalam hal bermain dan meniru. Role playing melatih kreativitas, keberanian, jiwa sosial, dan kemampuan berbicara mereka.
Menurut Jasil (2017), sintaks model pembelajaran role play adalah sebagai berikut: 1) Guru membuat skenario yang akan ditampilkan, 2) Guru meminta siswa mempelajari skenario tersebut beberapa hari sebelum pelajaran.Â
aktivitas, 3) Guru membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan 3-6 orang, 4) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, 5) Guru memanggil kelompok siswa yang telah dibentuk untuk memerankan skenario yang telah dibuat, 6) Setiap siswa berada dalam kelompoknya sambil mengamati skenario yang ditunjukkan, 7) Setelah pertunjukan berakhir, setiap kelompok siswa diminta untuk memberikan penilaian terhadap penampilan masing-masing kelompok siswa. Siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar dengan penerapan model ini, yang akan berdampak pada kemampuan berbicara mereka.
Model pembelajaran role playing merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Melalui aktivitas bermain peran, siswa tidak hanya belajar memahami materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan keterampilan berbicara, mendengarkan, dan berpikir kritis.
 Pendekatan ini memberikan ruang bagi anak untuk berimajinasi, berkolaborasi, dan berekspresi dengan cara yang menyenangkan dan bebas tekanan, sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam berkomunikasi.