Ketika ditunjuk memimpin pemenangan Partai Demokrat untuk Pemilu 2019, AHY lagi-lagi menunjukkan kemampuan besarnya. Di tengah perhatiannya kepada Ibu Ani Yudhoyono yang tengah sakit keras, AHY tetap mampu menyelamatkan Partai Demokrat yang terancam tidak lolos ambang batas parlemen.
Ini bukanlah pekerjaan mudah karena Susilo Bambang Yudhoyono, ikon Partai Demokrat, hanya bisa memberikan arahan dari jauh. SBY mesti mendampingi Ibu Ani Yudhoyono di sebuah rumah sakit di Singapura.
Prestasi yang ditorehkan AHY itulah yang menyebabkan ia memang satu-satunya kader Partai Demokrat yang layak menduduki Ketua Umum Partai Demokrat.
Maka tak perlu heran jika pencalonannya sebagai Ketum PD didukung hampir 100 persen pemilik suara se-Indonesia. Dukungan mayoritas mutlak itu membuat AHY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi.
Kini, seperti terjadi sebuah keajaiban kedelapan dunia, ketika AHY yang mendapat demikian besar penghargaan dari masyarakat justru dihina di partai sendiri. Padahal nama para kader penghinanya itu bahkan tak pernah disebut di bursa calon presiden 2024. Bahkan mungkin tak dikenal masyarakat.
Tentu ada korelasi antara posisi sebagai ketua umum suatu parpol dengan tingkat elektabilitas sebagai capres. Buktinya Prabowo Subianto yang memiliki elektabilitas tertinggi adalah Ketum Gerindra.
Para ketum parpol lainnya, meski hanya dapat nol koma sekian persen suara pun tapi bernasib lebih baik dibandingkan kader lain di partai mereka, yang bahkan tak disebut namanya.
Mestinya sedikit kenyataan-kenyataan di atas membuat para kader Demokrat merasa bangga pada pemimpinnya.
Bukan malah mengkhianatinya dengan memburukkan, menghina, bahkan ingin menggantinya dengan sosok lain yang elektabilitas sebagai capres tak masuk sepuluh besar.
*)Kader di DPP Partai Demokrat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H