Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belajar Bahasa itu Bukan Soal Bakat Tapi Soal Mindset

16 Januari 2025   04:32 Diperbarui: 16 Januari 2025   09:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar bahasa sering dianggap sebagai kemampuan bawaan atau bakat, tetapi sesungguhnya, itu lebih tentang bagaimana kita memandang prosesnya. Mindset adalah kunci utama, dan ketika kita memahami hal ini, kemampuan belajar bahasa menjadi keterampilan seumur hidup, bukan sekadar tujuan jangka pendek. 

Dalam artikel ini, saya akan membahas 5 prinsip penting yang akan menjadikan belajar bahasa sebagai bagian dari kehidupan kita.

Mungkin kita pernah merasa frustrasi saat mencoba belajar bahasa baru, merasa kewalahan, atau bahkan ragu pada kemampuan diri sendiri. Banyak orang yang merasa gagal, bukan karena kurang cerdas atau kurang sumber daya, tetapi karena pendekatan yang salah. Buku tata bahasa, aplikasi, dan kartu kosakata hanyalah alat. Tanpa mindset dan sistem yang tepat, alat tersebut tidak akan efektif. Belajar bahasa adalah tentang membangun kepercayaan diri, memperluas pandangan, dan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah.

Mari kita pecahkan langkah-langkahnya.

1. Ubah Identitas Kita

Langkah pertama dalam belajar bahasa adalah mengubah cara kita melihat diri sendiri. Jika kita terus berpikir, "Saya buruk dalam belajar bahasa," tidak ada metode yang akan berhasil. Sebaliknya, mulai ubah identitas. Alih-alih berkata, "Saya mencoba belajar bahasa Inggris," ubah menjadi, "Saya sedang menjadi seseorang yang berbicara bahasa Inggris."

Sebagai contoh, seseorang pernah kesulitan belajar bahasa Prancis. Namun, saat ia mulai menyebut dirinya sebagai "penutur bahasa Prancis dalam proses," segalanya berubah. Ia lebih percaya diri memulai percakapan, menikmati proses, dan akhirnya berbicara dengan lancar. 

2. Ciptakan Ekosistem Bahasa

Belajar bahasa tidak seharusnya menjadi aktivitas terpisah dalam jadwal harian kita. Sebaliknya, jadikan bahasa itu bagian dari kehidupan sehari-hari. Ubah pengaturan bahasa di ponsel kita, laptop, ikuti kreator konten yang berbicara bahasa target, dan dengarkan musik atau podcast dalam bahasa tersebut.

Saya mengenal seseorang yang berhasil belajar bahasa korea hanya dengan menonton acara memasak makanan korea setiap malam. Ia tidak menyadari seberapa banyak yang telah ia pelajari sampai akhirnya ia bisa berbicara bahasa korea tanpa hambatan. Bahasa adalah lingkungan, bukan sekadar kegiatan. 

3. Terima Tahap Awal yang Canggung

Tahap awal belajar bahasa sering kali tidak nyaman, mungkin salah mengucapkan kata, lupa kosakata dasar, atau bahkan membuat kesalahan yang memalukan. Tetapi fase ini adalah bagian alami dari proses, dan semua orang mengalaminya. Perbedaannya adalah bagaimana cara kita merespons.

Dokpri (Warsawa, tahun 2007)
Dokpri (Warsawa, tahun 2007)

Pernah saya dulu sekitar tahun 2007 di Polandia, saya dan teman-teman dari Indonesia mengalami kejadian lucu saat mencoba berkomunikasi dengan penduduk setempat. Saat kami hendak membeli daging untuk dimasak, karena keterbatasan kosa kata yang kami kuasai dalam bahasa Polandia, dan sebaliknya pedagang tersebut hanya mengerti bahasa Polandia, jadi kami harus menggunakan bahasa tubuh untuk menanyakan apakah daging tersebut halal atau haram bagi kami sebagai muslim.

Meskipun kami belum bisa berkomunikasi dengan lancar dalam bahasa setempat, kami cukup berhasil menirukan suara dan gerakan ayam juga menghindari memilih daging babi dengan cara yang cukup konyol.

Saya pernah mencoba berbicara bahasa Polandia kepada seorang pedagang lokal. Meskipun setiap kalimat saya salah, pedagang itu tetap menghargai usaha saya, dan pengalaman itu justru memberi saya kepercayaan diri lebih besar. Kesalahan bukanlah kegagalan; itu adalah bukti bahwa kita sedang mencoba.

4. Konsistensi Mengalahkan Intensitas

Banyak orang berpikir mereka perlu belajar selama berjam-jam untuk menjadi fasih. Namun, rahasia sebenarnya adalah konsistensi, bukan intensitas. Alih-alih belajar tiga jam setiap minggu, mendingan membiasakan mendengarkan podcast misalnya selama 10 menit setiap hari secara konsisten.

Sebagai contoh, dua orang ingin belajar bahasa Inggris. Yang satu belajar tiga jam setiap hari Minggu, sedangkan yang lain mendengarkan podcast 15 menit setiap hari. Siapa yang lebih mungkin menjadi fasih dalam setahun? Tentu saja yang kedua. Apakah kita membiasakan belajar setiap hari atau menunggu "momen sempurna" atau "nanti aja deh kalo ga sibuk"?

5. Belajar Bahasa Adalah Maraton, Bukan Sprint

Jika seorang pembelajar bahasa memiliki kebiasaan menuliskan di buku catatan setiap pencapaian kecil dalam jurnal bahasanya. Lambat laun, ia menyadari betapa banyak kemajuan yang telah ia buat, meskipun awalnya tampak kecil. Padahal, sukses itu adalah akumulasi dari memulai langkah kecil. 

Sekarang kita memiliki semua prinsip penting untuk sukses dalam belajar bahasa. Namun, mengetahui saja tidak cukup, harus mengambil langkah nyata. Setiap penutur bahasa yang sudah menguasai beberapa bahasa memulai dari titik yang sama: ragu, gugup, dan sedikit takut. Tetapi mereka terus melangkah.

Belajar bahasa bukan hanya tentang berkomunikasi. Ini adalah tentang transformasi diri, melihat dunia dengan cara baru, dan membuktikan bahwa kita bisa. Jadi, mulailah hari ini, tetap konsisten, dan suatu hari nanti, kita akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa kita tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga membuka dunia baru.

Selamat menjalani prosesnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun