Saya menemukan fakta menarik: orang Indonesia rata-rata menghabiskan 3 jam 17 menit sehari di media sosial. Sumber: Indonesia Social Media Statistics 2024 | Most Popular Platforms -- The Global Statistics
Bayangkan, 3 jam lebih setiap hari hanya untuk scrolling di Facebook, Instagram, atau TikTok. Apakah saya termasuk di antara yang menyumbang angka tersebut? Jujur saja, jawabannya adalah "iya."
Ketika saya bertanya kepada diri saya sendiri, kenapa saya tidak punya waktu untuk membaca lebih banyak buku atau menulis artikel misalnya di kompasiana?, alasan saya, "Wah, kapan ya? Saya sibuk kerja, tidak ada waktu, pagi sudah harus berangkat, pulang kerja juga udah cape" Tapi, saat mulai direnungkan, apa benar saya benar-benar sesibuk itu, atau sebenarnya ada waktu luang yang terselip di balik kesibukan?
Pagi hari seharusnya adalah waktu yang bisa saya gunakan untuk melakukan hal-hal bermanfaat, seperti menulis beberapa baris artikel atau membaca beberapa halaman buku sebelum hari kerja dimulai. Tapi kenyataannya? Begitu bangun, entah kenapa tangan ini otomatis meraih ponsel dan membuka Instagram, melihat foto-foto teman atau berita terbaru. Tidak terasa, waktu berlalu begitu saja, lima menit menjadi sepuluh menit, lalu lima belas. Alih-alih membaca atau menulis, pagi saya dihabiskan dengan scrolling tanpa tujuan yang jelas.
Lalu, tiba-tiba saya sadar bahwa saya harus bersiap untuk berangkat kerja. Waktu pagi yang tadinya bisa digunakan untuk mengasah pengetahuan atau keterampilan pun terlewat begitu saja. Hanya sekadar karena tidak bisa lepas dari daya tarik media sosial. Mungkin Anda pernah merasakannya juga, niat untuk produktif, tapi akhirnya malah jadi "tur wisata virtual" melihat kehidupan orang lain.
Sama halnya dengan jam istirahat siang di kantor. Setelah makan, saya biasanya punya waktu sekitar 30 menit untuk bersantai. Sebenarnya, ini bisa jadi waktu emas buat melanjutkan bacaan atau bahkan membuat catatan kecil untuk ide tulisan. Tapi kenyataannya? Lagi-lagi, media sosial jadi pilihan pertama. Kadang rasanya begitu alami dan tak sadar, tangan ini meraih ponsel, membuka aplikasi, dan mulai scroll tanpa niat yang jelas.
Awalnya, saya berniat hanya menghabiskan lima menit saja. Tapi seperti kita tahu, algoritma media sosial memang dirancang untuk terus memberi konten yang membuat kita betah berlama-lama. Tanpa sadar, sepuluh menit berlalu, dua puluh menit, hingga waktu istirahat habis. Lagi-lagi, waktu yang bisa digunakan untuk produktif hilang begitu saja.
Ada rasa puas sementara ketika melihat foto-foto menarik atau video lucu, tetapi efeknya cepat berlalu. Saya tidak mendapatkan ilmu atau inspirasi berarti, hanya sekadar menghibur diri sejenak. Tapi tetap saja, hiburan ini memakan waktu yang sebenarnya bisa dipakai untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.
Saat malam tiba, sepulang dari kantor, sebenarnya ini adalah waktu yang paling nyaman untuk bersantai sambil melakukan hal-hal yang produktif. Saya membayangkan membaca beberapa bab buku atau menulis beberapa paragraf artikel sebelum tidur. Tapi kenyataannya? Begitu selesai makan malam, dan tubuh mulai bersandar di sofa, yang terjadi adalah tangan ini otomatis meraih ponsel, membuka TikTok atau Instagram, dan lagi-lagi terjebak dalam rutinitas scrolling.
Satu video lucu berlanjut ke video informatif, lalu masuk ke video yang bahkan tidak begitu saya pedulikan, namun tetap saja saya tonton. Sekali lagi, waktu yang semestinya bisa dipakai untuk mengembangkan diri hilang begitu saja. Sebelum sadar, waktu sudah menunjukkan jam tidur, dan kepala sudah penuh dengan informasi yang bahkan tak terlalu penting.