Hoax atau cerita bohong sebenarnya bukan hal baru lagi. Kita mungkin masih ingat cerita masa kecil tentang seorang penggembala, yang karena iseng kemudian membuat hoax kepada para penduduk desa. Dia berteriak-teriak meminta tolong jika domba-domba yang sedang digembalakannya diserang serigala.Â
Teriakan itu pun didengar oleh beberapa warga desa dan dengan cepat menyebar ke warga lainnya. Namun ketika kemudian warga desa beramai-ramai datang untuk menolongnya, dia justeru menertawakan mereka yang telah ditipunya.Â
Ia pun mengulanginya dan untuk kedua kalinya warga desapun datang. Namun, ketika ia mengulangi teriakan minta tolongnya, tidak ada warga pun yang datang, padahal saat itu serigala benar-benar menghampiri.
Hoax memang telah ada sejak dahulu kala.Â
Hoax yang tercatat atau disebarkan melalui media massa, sebagaimana disebutkan Britannica, sudah muncul dan berkembang sejak tahun 1600-an, seiring muncul dan berkembangnya media cetak.Â
Sifat penyebaran berita dan pengumpulan informasi kala itu, membuat hoax dengan mudah berkembang. Dalam banyak hal, informasi disajikan tanpa disertai komentar. Pembaca dibiarkan menentukan sendiri kebenarannya. Toh, banyak hal yang diklaim sebagai sesuatu yang ilmiah, bagaimanapun, dibangun di atas spekulasi, bukan berdasarkan penyelidikan ilmiah.Â
Seperti misalnya ketika Benjamin Franklin, melaporkan dalam Pennsylvania Gazette edisi 17 Oktober 1745, bahwa obat yang terbuat dari zat yang disebut "Batu Cina" dapat menyembuhkan rabies, kanker, dan sejumlah penyakit lainnya, verifikasi potensi obat didasarkan pada kesaksian pribadi. Namun, kemudian terungkap bahwa batu-batu itu terbuat dari tanduk rusa dan tidak mengandung nilai obat.Â
Hoax-hoax serupa terus beredar sebagai berita atau dalam iklan obat-obatan, hingga kemudian di awal abad ke-20 pemerintah Amerika Serikat membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan guna membatasinya.Â
Di Indonesia sendiri hoax telah muncul sejak lama. Keberhasilan politik Devide et Impera penjajah untuk memecah belah bangsa ini salah satunya dengan cara menebar hoax.
Dan di masa sekarang, dengan hadirnya internet yang memberikan kebebasan yang tanpa batas bagi penggunanya, memberikan ruang pula kepada hoax untuk kembali menjamur dan mewabah dengan subur.
Memutus Rantai Penyebaran Hoax