Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lilin yang Tak (Bisa) Bercahaya

12 Juli 2020   13:53 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:49 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

"Maafkan aku. Aku tak bisa lagi terus-menerus menghianatimu, menipumu.

"Tujuh tahun perkawinan kita, aku hanya merasa seperti hidup dalam panggung opera.

"Aku hidup hanya sebagai pemain sandiwara.

"Aku memang selalu berusaha mencintaimu, mencintai wanita yang dipilihkan Ibu untuk menjadi istriku.

"Aku berusaha menuruti ucapan Ibu bahwa kau adalah wanita baik, yang pasti bisa mengurus suami, mengurusku, mencintaiku.

"Dan memang aku menemukan kebenarannya.

"Kau memang wanita baik. Penuh kejujuran. Kesetiaan.

"Tapi, entahlah. Saat aku mencoba mencintaimu, selalu saja aku tak mampu.

"Aku selalu gagal.

"Aku tak bisa!"

Sang istri pun menangis. Lelaki yang telah bertahun-tahun dikenalnya sebagai sosok yang penuh kasih, pelindung, penyayang itu, hingga ia sampai lupa untuk menanyakan soal cinta padanya---hingga baru saat ini ia menanyakannya, tiba-tiba menyatakan kalau ia tak pernah mencintai dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun