"Maafkan aku. Aku tak bisa lagi terus-menerus menghianatimu, menipumu.
"Tujuh tahun perkawinan kita, aku hanya merasa seperti hidup dalam panggung opera.
"Aku hidup hanya sebagai pemain sandiwara.
"Aku memang selalu berusaha mencintaimu, mencintai wanita yang dipilihkan Ibu untuk menjadi istriku.
"Aku berusaha menuruti ucapan Ibu bahwa kau adalah wanita baik, yang pasti bisa mengurus suami, mengurusku, mencintaiku.
"Dan memang aku menemukan kebenarannya.
"Kau memang wanita baik. Penuh kejujuran. Kesetiaan.
"Tapi, entahlah. Saat aku mencoba mencintaimu, selalu saja aku tak mampu.
"Aku selalu gagal.
"Aku tak bisa!"
Sang istri pun menangis. Lelaki yang telah bertahun-tahun dikenalnya sebagai sosok yang penuh kasih, pelindung, penyayang itu, hingga ia sampai lupa untuk menanyakan soal cinta padanya---hingga baru saat ini ia menanyakannya, tiba-tiba menyatakan kalau ia tak pernah mencintai dirinya.