Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Data Covid-19 Indonesia Bocor!

20 Juni 2020   01:03 Diperbarui: 17 Juni 2021   21:37 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kompas.com

Jumat (19/6) kemarin, portal berita CNN Indonesia menurunkan setidaknya tiga buah berita yang cukup mengejutkan terkait Covid-19.

Ketiga berita tersebut menyoroti tentang bocornya data Covid-19 Indonesia yang terjadi pada tanggal 20 Mei 2020.

CNN Indonesia menyebutkan bahwa data Covid-19 Indonesia sejumlah 230 ribu data berhasil diretas oleh hacker.

Data tersebut kemudian dijual di sebuah forum hacker. Data yang berhasil diretas meliputi antara lain nama, umur, nomor telepon, alamat rumah, NIK, hasil rapid test, hasil PCR, hingga status terkait Covid-19.

Juga terdapat data jenis kasus, tanggal awal risiko, keluhan sakit, hasil laboratorium, tanggal sampel, hingga diagnosa.

Terkait dengan kebocoran data tersebut, CNN Indonesia juga sempat menghubungi seorang pengamat keamanan siber dari CISSRec, Pratama Persadha. 

Sebagaimana disebutkan CNN Indonesia, Pratama menyinggung peran Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam menangani ancaman siber terkait peretasan data Covid-19 tersebut.

Pratama mengatakan BSSN seharusnya bisa memonitor ancaman siber lewat National Security Operation Center (NSOC) atau Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional.

"Di mana BSSN yg katanya sudah punya NSOC untuk memonitor semua ancaman siber ke Indonesia?," ujar Pratama kepada CNN Indonesia, sebagaimana ditulis di laman CNNIndonesia.com.

Peretasan Semakin Rawan Terjadi

Hal ini tentu mengingatkan kita kembali kepada beberapa kasus peretasan yang menimpa beberapa market place besar Indonesia. Terakhir seperti yang dialami Tokopedia. Setidaknya 15 juta data pengguna Tokopedia berhasil diretas dan dicuri.

Pada akhir tahun 2019 yang lalu, Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia, mengatakan bahwa serangan siber di tahun depan (2020) akan semakin kompleks.

"Memasuki 2020, menurut pengamatan kita akan ada fenomena dan hal-hal baru. Serangan makin kompleks, dengan cara yang baru pula. Aplikasi biasanya ada bug atau patches saat update, nah biasanya itu dimasuki attacker," jelas Laksana sebagaimana dikutip suara.com.

Hal ini tentu mesti menjadi peringatan yang serius buat kita bersama. Terlebih, sejak pandemi Covid-19 melanda, hampir semua kegiatan kita berpindah ke ruang internet. Jika sebelumnya kita lebih banyak berinternet mungkin hanya untuk bersosial media, sejak pandemi melanda, pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya pun kita jalankan dengan berinternet. 

Dengan semakin banyaknya orang menggunakan internet, semakin membuka peluang juga kepada para hacker untuk melaksanakan kejahatannya. Sebisa mungkin kita membatasi diri untuk tidak mengunggah data-data pribadi yang bersifat rahasia. Juga akses atau login kita ke berbagai situs dan layanan, sebisa mungkin dapat kita jaga. Termasuk mengurangi dan menghindari penggunaan layanan internet yang bersifat umum dan bersama. Apalagi terbuka.

Demikian, semoga bermanfaat.

Baca juga artikel-artikel terkait keamanan data dan teknologi lainnya dari KBC-43:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun