Pagi hari di Bogota. Nico nampak telah duduk di sebuah bangku di dalam gereja. Dia meletakkan pistol di sampingnya. Perut dan tangan kirinya nampak berlumuran darah. Maria kemudian nampak menghampiri dengan senyum merekah melihat Nico telah menunggunya. Namun senyumannya berubah menjadi tangisan ketika melihat Nico menjulurkan keluar tangan kirinya dan kemudian melihat ke bagian perut Nico.
Maria pun kemudian kembali bergegas mencari pertolongan. Dia menggedor-gerdor gerbang Kedutaan Kanada yang nampak sepi. Dan saat ia membalikkan diri, nampak mobil yang semalam membawa Escobar menghampirinya.
Di dalam gereja, nampak Nico pasrah meregang nyawa. Mendengarkan teriakan Maria yang menyebut-nyebut namanya.
Dios Como Te Amo
Escobar barangkali memang sebuah sosok yang sempurna dari seorang Godfather seperti halnya Don Corleone. Ia menyimpan kebengisan yang sama seperti ia menyimpan cinta kasih dalam dadanya. Dia dapat sepenuh hati melindungi keluarga dan orang-orang yang dikasihinya, namun bisa begitu keji terhadap orang-orang yang dibenci dan dianggap menghianatinya.
Cinta kasih Escobar dapat diungkapkan dalam lagu Dios Como Te Amo yang dinyanyikannya untuk istrinya, Maria Victoria (Laura Londono), saat pesta ulang tahunnya silam. Lagu yang disampaikannya pada Nico untuk mesti dapat dikuasai Nico hingga dapat Nico nyanyikan sendiri bagi Maria suatu saat kelak.
Sementara kekejian Escobar, dapat terungkap juga pada perlakuannya kemudian kepada Nico. Nico yang telah dianggapnya telah menghianatinya. Nico yang telah lupa dengan kisah Clyde dan Bonnie.
Simak juga ulasan film KBC-43 yang menarik lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H